CUPITEBET: Ahlussunah

JADIKAN RASULULLAH SAW SEBAGAI IDOLA

ads

Hot

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label Ahlussunah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ahlussunah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 September 2015

Klarifikasi Permintaan Maaf Teuku Wisnu di Berita Islam Masa Kini ( BERIMAN ) TRANS TV

04.21.00
di sela kesibukan update status(hehehehe), saya melihat sebuah setatus dari timeline teman saya yang kemarin kemarin sempat mengklarifikasi pernyataan Teuku Wisnu di acara BERIMAN Trans TV

inilah tulisan teman saya :)


Secara PRIBADI saya MEMINTA MAAF kepada saudara TEUKU WISNU ( Abu Adam Teuku Wisnu ) atas ketidaknyamanan postingan saya sebelumnya.
Setelah anda meminta maaf di akun twitter resminya, juga kami sampaikan TERIMA KASIH karena anda sudah Meminta Maaf secara terbuka pada acara BERIMAN TRANS TV episode Kamis, 3 September 2015.
Mohon sampaikan permintaan maaf saya kepada istri anda mbak SHIREEN SUNGKAR yang telah "misuh-misuh" di akun twitter pribadinya.
Melalui postingan ini saya MENGKLARIFIKASI bahwa saudara Teuku Wisnu itu BUKAN USTADZ. Dalam postingan sebelumnya saya menyebutkan bahwa beliau adalah 'Ustadz' karena memang setelah kemunculan beliau di acara Beriman Trans TV dengan gaya barunya banyak yang memanggil dia Ustadz. Teuku Wisnu hanya PEMBAWA ACARA ( host ) dalam acara tersebut.
Sekali lagi saya sampaikan bahwa saya TIDAK PERNAH berkomentar kasar, saya tuliskan apa yang ada dalam pikiran saya dengan sepenuh jiwa semata untuk MELURUSKAN pemahaman JUTAAN ORANG yang menonton tayangan kontroversial tersebut.
Hanya saja banyak dari 'netizen' yang sudah terbawa emosi karena mungkin mereka TIDAK MENYANGKA seorang artis terkenal bisa dengan mudah terpengaruh ajaran Islam yang selalu meributkan perbedaan.
Saya memahami raut wajah dan mimik anggota tubuh saat saudara TEUKU WISNU meminta maaf di awal acara dan di akhir acara sore tadi.
Semoga benar-benar permintaan MAAF YANG TULUS dari lubuk hati yang paling dalam.
Seandainya tidak ada statement yang menimbulkan perdebatan pun sebenarnya kami tidak ada masalah.
Dan apabila suatu saat nanti siapapun itu baik itu artis, ustadz, bupati, gubernur atau presiden sekalipun yang melemparkan sesuatu yang berbau 'khilafiyah / perbedaan' dengan hanya satu sudut pandang saja, maka kami para admin website Ahlussunnah Wal Jama'ah seluruh Indonesia AKAN MELURUSKAN masalah tersebut dengan berbagai rujukan dalil Al-Qur'an, Hadits, Ijma' dan Qiyas yang diambil dari kitab-kitab salaf para Ulama.
Semakin lama kami diam terhadap pemahaman-pemahaman agama yang selalu menyudutkan amaliyah sebagian umat Islam di Indonesia, semakin banyak sahabat-sahabat kami yang tidak tahu apa-apa akan mudah terpengaruh olehnya.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dan manfaat dari peristiwa ini. Sekali lagi secara pribadi saya MEMINTA MAAF yang sebanyak-banyaknya.
Hormat Saya
Ttd
Imron Rosyadi
Tegal, 3 September 2015
Sumber Klarifikasi Permintaan Maaf dalam acara Berita Islam Masa Kini ( BERIMAN ) TRANS TV, Kamis, 3 September 2015, pukul 17.00 WIB
Silahkan DITONTON


blog comments powered by Disqus SocialTwist Tell-a-Friend
Read More

Teuku Wisnu Meminta Maaf untuk Tayangan Hadiah Fatihah Bid’ah di Beriman Trans TV

03.46.00
JAKARTA, ARRAHMAH – Setelah membawakan  “Hadiah Bacaan Al-Fatihah itu BID’AH dan tidak sampai pahalanya ke mayit” di acara Beriman Trans TV, Teuku Wisnu menuai kecaman di akun Twitternya, @teukuwisnu2. Baca: Respon Netizen Pada Tayangan Hadiah Bacaan Fatihah Bid’ah di Program Beriman TransTV
Akun Zulfikri @abangdjoel misalnya yang menanggapi tayangan di Trans TV itu dengan minta agar Teuku Wisnu belajar agama lagi yang benar.
“@teukuwisnu2 belajar dulu mas yg bener. Jgn sok bener pake nyalahin amalan2 kami pengikut ahlus sunnah wal jamaah.” tulisnya
Senada, akun Ahmad Fauzi @sang_menara memberi pesan agar Teuku Wisnu tidak terlalu cepat membuat kesimpulan,
 jgn tll cepat memberi kesimpulan “tdk sesuai syariat” kalau br skdr tanya sna sni. Kmi jg brdiri diatas dalil bkn skdr ikut2an.” ujarnya
Menanggapi itu Teuku Wisnu mengucapkan maaf yang sebesarnya. Dari kasus ini dia belajar banyak. Dan mengucapkan terima kasih atas masukan para netizen.
“Iya akhi.. Afwan Ana memang salah.. Semoga Ana bisa mengambil hikmah dari pelajaran ini.. Syukron ya akhi.. ” Tulisnya

Twitter Teuku Wisnu
Twitter Teuku Wisnu

Inilah dalil yang membolehkan bacaan alfatihah kepada orang yang telah mati
sumber: kiswah

Bolehkah menghadiahkan pahala bacaan Al-Quran dan dzikir kepada orang yang telah mati?
Ya, itu dibolehkan. Madzhab yang benar dan terpilih menyatakan sampai­nya pahala bacaan dan amal-amal jas­mani lainnya kepada mereka, dan bah­wasanya karena itu pula mereka bisa men­dapatkan pengampunan atas dosa atau peningkatan derajat, cahaya, ke­gembiraan, dan pahala lainnya lantaran karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apa dalilnya?
Dalilnya, Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda, “Ba­calah surah Yasin kepada orang-orang mati di antara kalian.” – Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (3121), Ibnu Majah (1448), dan lainnya, dari hadits Ma’qil bin Yasar Radhiyallohu ‘Anhu.
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam juga bersabda, “Ya-Sin adalah jantung Al-Quran. Tidaklah seseorang membacanya dengan niat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghendaki ne­geri akhirat melainkan Allah mengam­puninya. Dan bacakanlah ia kepada orang-orang mati di antara kalian.” – Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (5: 26), An-Nasa’i dalam Al-Kubra (10914), dan lainnya.
Ulama ahli tahqiq menyatakan, ha­dits ini bersifat umum, mencakup bacaan kepada orang sekarat yang akan mati dan bacaan kepada orang yang sudah mati. Inilah pengertian yang jelas dari hadits di atas.
Hadits ini menjadi dalil bahwa baca­an tersebut sampai kepada orang-orang yang sudah mati dan adanya manfaat padanya sebagaimana yang disepakati para ulama. Perbedaan pendapat hanya berkaitan jika pembaca tidak berdoa setelahnya dengan doa semacam ini, misalnya, “Ya Allah, jadikanlah pahala bacaan kami kepada Fulan.”
Jika seesorang membaca doa ini se­bagaimana yang diamalkan kaum mus­limin, yang memberikan pahala bacaan mereka kepada orang-orang mati di an­tara mereka, tidak ada perbedaan pen­da­pat di antara ulama terkait sampainya bacaan itu, karena ia dikategorikan seba­gai doa yang disepakati tersampai­nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka ber­doa, ‘Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami’.” – Qur’an Surat Al-Hasyr (59): 10.
Jika dia tidak berdoa demikian de­ngan bacaannya itu, menurut pendapat yang termasyhur dalam Madzhab Syafi’i, pahalanya tidak sampai. Namun ulama Madzhab Syafi’i generasi akhir menyata­kan, pahala bacaan dan dzikir sampai kepada mayit, seperti mazhab tiga Imam yang lain, dan inilah yang diamalkan umat pada umumnya. “Apa yang menu­rut kaum muslimin baik, itu baik di sisi Allah.” Ini adalah perkataan Ibnu Mas’ud Radhiyallohu ‘Anhu.
Sayyidil Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, semoga Allah melimpahkan manfaat kepada kita lantarannya, mengatakan, “Di antara yang paling besar keberkah­annya dan paling banyak manfaatnya untuk dihadiahkan kepada orang-orang mati adalah bacaan Al-Quran dan meng­hadiahkan pahalanya kepada mereka. Kaum muslimin pun telah mengamalkan ini di berbagai negeri dan masa. Mayo­ritas ulama dan orang-orang shalih, salaf maupun khalaf, pun berpendapat demi­kian.” Silakan simak perkataan Al-Haddad Radhiyallohu ‘Anhu selengkapnya dalam Sabil al-Iddikar.
Dari Ibnu Umar Radhiyallohu ‘Anhu, ia mengatakan, “Jika salah seorang di antara kalian mati, janganlah kalian menahannya. Segera­kanlah ia ke kuburnya, dan hendaknya di­bacakan permulaan Al-Baqarah di dekat kepalanya, dan di dekat kedua kaki­nya dengan penutup Al-Baqarah.” – Disampaikan secara marfu’ (perkataan sahabat yang dinisbahkan sebagai per­kataan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam) oleh Imam Ath-Thabarani dalam Al-Kabir (12: 444) dan Imam Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab (7: 16) dari hadits Ibnu Umar Radhiyallohu ‘Anhu. Al-Baihaqi mengatakan, yang benar adalah bahwasanya itu adalah perkataan Ibnu Umar Radhiyallohu ‘Anhu.
Dalam kitabnya, Ar-Ruh, Ibnu Qayyim mengungkapkan adanya penyampaian pelajaran di atas kubur. Ia berhujjah, se­jumlah ulama salah berwasiat agar di­adakan bacaan pada kubur mereka, di antaranya adalah Ibnu Umar, yang ber­wasiat agar dibacakan surah Al-Baqarah pada kuburnya, dan bahwasanya kaum Anshar mengamalkan jika ada orang yang mati, maka mereka silih berganti ke kuburnya untuk membaca Al-Quran padanya (Ar-Ruh hlm. 10).
Ulama menyatakan, seseorang di­bolehkan menghadiahkan pahala amal­nya kepada orang lain, baik itu berupa bacaan maupun yang lainnya. Dalilnya, hadits yang diriwayatkan Amru bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, yang bersabda, “Dibolehkan bagi salah seorang di antara kalian, jika hendak bersedekah dengan sukarela, memberikannya kepada kedua orang­tuanya. Dengan demikian, kedua orang­tuanya mendapatkan pahala sedekah­nya dan ia pun mendapatkan seperti pa­hala kedua orangtuanya tanpa mengu­rangi pahala kedua orangtuanya sedikit pun.” – Disampaikan oleh Imam Ath-Thabrani dalam Al-Ausath (7: 92) dan Abu Syaikh Ibnu Hayyan dalam Thabaqat Al-Muhad­ditsin bi Ashbahan (3: 610).
Di antara hadits-hadits yang diriwa­yat­kan terkait hal ini, meskipun dhaif, telah ditetapkan di antara ulama hadits bahwasanya hadits dhaif dapat diamal­kan terkait fadhail al-a’mal, keutamaan-keutamaan amal.
ZiarahGusDur020110-1
Apa hukum bacaan Al-Quran kepada mayit dan di atas kubur?
Imam Syafi’i Rahimahullah menyatakan, dianjurkan membaca ayat apapun dari Al-Quran di dekat kubur. Jika mereka mengkhatamkan Al-Quran seluruhnya, itu baik. Ini disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin dan dalam Al-Adzkar.
Apa dalil yang membolehkannya?
Dalilnya, sebagaimana yang baru saja disampaikan di atas, perkataan Ibnu Umar Radhiyallohu ‘Anhu, “Jika salah seorang di antara kalian mati, janganlah kalian menahan­nya. Segerakanlah ia ke kuburnya, dan hendaknya dibacakan permulaan Al-Ba­qarah di dekat kepalanya, dan di dekat kedua kakinya dengan penutup Al-Baqarah.”
Hadits marfu’ juga telah disampaikan sebelum ini, “Bacalah Ya-Sin kepada orang-orang yang mati di antara kalian.” Sebagian ulama hadits menafsirkannya pada makna sebenarnya, sebagaimana ini cukup jelas dari lafal hadits. Semen­tara sebagian yang lain menafsirkannya pada makna kiasan. Maksudnya, orang yang sudah mendekati kematiannya. Namun masing-masing makna dimung­kinkan. Dan seandainya kedua makna ini sama-sama diamalkan, itu lebih baik.
Al-Khallal meriwayatkan dari Sya’bi, ia mengatakan: “Jika di antara kaum Anshar ada orang yang mati, mereka silih berganti ke kuburnya untuk mem­baca Al-Quran. Demikian. Kaum muslim­in pun masih tetap membaca Al-Quran kepada orang-orang mati sejak masa kaum Anshar”.
Dari semua penjelasan di atas dapat diketahui bahwasanya bacaan Al-Quran di atas kubur merupakan anjuran syari’at. Allah lebih mengetahui.
Apa makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan tidaklah manusia mendapatkan kecuali apa yang diusahakannya.” – Quran Surat An-Najm (53): 39, dan sabda Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, “Jika manusia mati, terputuslah amalnya”?
Dalam kitab Ar-Ruh, Ibnu Qayyim mengatakan, Al-Quran tidak menafikan seseorang mendapatkan manfaat dari usaha orang lain, tetapi Al-Quran hanya memberitahukan bahwasanya ia tidak memiliki kecuali usahanya. Adapun usaha orang lain, itu adalah milik orang yang melakukannya. Orang lain itu dapat menghendaki memberikannya kepada orang lain atau menghendaki menahan­nya untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini, Allah SWT tidak menyatakan “Sesung­guhnya dia tidak boleh menerima man­faat kecuali lantaran apa yang diusaha­kannya sendiri.”
Sabda Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, “Terputuslah amal­nya.” Beliau tidak menyatakan “Peman­faatannya”, tetapi beliau hanya memberi­tahukan ihwal keterputusan amalnya. Ada­pun amal orang lain, itu menjadi hak orang yang melakukannya. Jika ia mem­berikannya kepadanya, pahala amal orang yang melakukannya sampai ke­padanya, bukan pahala amalnya sendiri. Dengan demikian, yang terputus adalah satu hal, dan yang sampai adalah hal lainnya. Demikian yang disampaikannya secara ringkas (Kitab Ar-Ruh halaman 129).
Ulama tafsir menyebutkan dari Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘Anhu, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan se­sungguhnya manusia tidak mendapat­kan kecuali apa yang diusahakannya” – Quran Surat An-Najm (53): 39, telah dihapus hu­kumnya dalam syari’at ini dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan orang-orang yang ber­iman, beserta anak-cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka.” – Quran Surat Ath-Thur (52): 21. Allah memasukkan anak-cucu ke dalam surga lantaran kebajikan leluhur mereka. (Lihat Tafsîr Al-Qurthubi (17: 114)).
Ikrimah mengatakan, itu terjadi pada kaum Musa ‘Alaihis Salam. Adapun umat ini menda­patkan apa yang mereka usahakan dan mendapatkan pula apa yang diusahakan oleh yang lain. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan bahwa seorang wa­nita mengangkat bayinya dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah anak ini men­dapatkan pahala haji?”
Beliau menjawab, “Benar, dan bagi­mu pahala.” – Hadits ini disampaikan oleh Imam Muslim (1336) dan lainnya, dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘Anhu.
Yang lainnya bertanya kepada Nabi SAW, “Ibuku terluputkan dirinya (mati tanpa wasiat), apakah ia mendapatkan pahala jika aku bersedekah atas nama dia?”
Beliau menjawab, “Benar.” – Hadits ini disampaikan oleh Imam Al-Bukhari (1322) dan Muslim (1004) dari hadits Aisyah Radhiyallohu ‘Anha.
Perkataan penanya, “terluputkan”, kata ini diucapkan terkait orang yang mati secara tiba-tiba, dan diucapkan pula terkait orang yang tewas oleh jin dan gangguan. “Dirinya,” menurut Imam Na­wawi, “kami menulisnya dengan harakat fathah dan dhammah nafsaha dan naf­suha, dengan nashab dan rafa’. Bacaan rafa’ dengan maksud sebagai obyek yang tidak disebutkan subyeknya. Nashab dengan maksud sebagai obyek kedua.” – Syarh Muslim (7: 89-90).
Demikian, Allah lebih mengetahui.
hb zein bin smith2
Apa hukum bacaan Al-Fatihah dan bacaan kepada mayit serta tawasul dengannya untuk penerimaan doa?
Ketahuilah, di antara yang terbesar keberkahannya dan terbanyak manfaat­nya untuk dihadiahkan kepada orang-orang mati adalah bacaan Al-Quran Al-‘Adzim dan menghadiahkan pahalanya kepada mereka. Mayoritas ulama dan orang-orang shalih, baik salaf maupun khalaf, berpendapat demikian, dan kaum muslimin di berbagai masa dan negeri pun mengamalkannya. Dalam hadis marfu’ yang telah disampaikan terdahulu dinyatakan, “Jantung Al-Quran adalah Ya-Sin. Tidaklah seseorang membaca­nya dengan niat kepada Allah dan meng­hendaki negeri akhirat melainkan ia di­ampuni. Hendaknya kalian membaca­nya kepada orang-orang mati di antara kalian.”
Diriwayatkan dalam hadits dhaif, “Siapa yang masuk pemakaman dan mem­baca ‘Katakanlah: Dialah Allah Yang Esa’ sebelas kali, kemudian mem­berikan pahalanya kepada orang-orang mati, ia diberi pahala sesuai dengan jum­lah orang-orang yang mati.” Diriwayat­kan oleh Imam Ar-Rafi’i dalam kitabnya At-Tarikh dan Ad-Daraquthni dalam kitab­nya As-Sunan.
Adapun tawasul dengan surah Al-Fatihah terkait penerimaan doa, ini se­baik-baik wasilah. Pada hakikatnya, itu hanyalah tawasul dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hadits qudsi dikatakan, “Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.” Disampaikan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahîh Muslim (598) dari hadits Abu Hurairah Radhiyallohu ‘Anhu.
Oleh: Sayyidil Habib Zein bin Smith Ba’alwi Madinah, Ketua Umum Rabithah Alawiyah/ Mustasyar PBNU dalam tanya jawab yang dimuat Majalah Al Kisah/ Sufi Road).

blog comments powered by Disqus SocialTwist Tell-a-Friend
Read More

Kamis, 27 Agustus 2015

FAHAM ASH'ARY DAN MATURIDI SEBAGAI FAHAM YANG DIANUT OLEH PARA PAKAR ISLAM

23.46.00
"FAHAM ASH'ARY DAN MATURIDI SEBAGAI FAHAM YANG DIANUT OLEH PARA PAKAR ISLAM"

Oleh : Aniq Muthi'ah S.Pdi
Alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Tribakti kediri.

Faham Ash'ary dan Maturidi merupakan faham yang dianut oleh mayoritas ummat islam di dunia. Faham Ashary dan Maturidi sudah teruji kebenarannya dalam membentengi akidah kita seperti yang diajarkam Rosululloh S.A.W 

Banyak sekali ulama yang menjadi penganut faham Ashari dan Maturidi Bahkan Al Imam Abdulloh Al haddad tarim berkata dalam Nailul Marom Hal.8 ; 
"ketahuilah bahwa faham Ash'ary Dalam kepercayaannya adalah faham yang dianut ummat islam serta para ulama adalah orang yang bernisbat kepada mereka yang mengikuti Toriqoh nya orang orang yang menjadi pakar ilmu sepanjang masa, yang mana mereka menjadi imam dalam ilmu tauhid, ilmu teologi, tafsir, Qiro'ah,  Fiqh,  Ushul Hadits, tashowwuf , Bahasa dan sejarah".
Read More

Minggu, 09 Agustus 2015

Ucapan "Sayidina" apakah salah?

21.29.00
"MENGKRITISI MUKTAMIRIN MUHAMMADIYAH 2015."
Oleh : M. Nasirul Haq
Mahasiswa S1 Fakultas Syariah, Imam Shafie College Hadhramaut - Yaman.

Pada acara Muktamar Muhammadiyah di Makasar terjadi keanehan yang
membuat kita Isykal (penuh tanda tanya). Pasalnya mereka
memperdebatkan MC yang mengucapkan lafadz "SAYYIDINA MUHAMMAD", bahkan
beberapa tokoh saat diwawancarai jawabannya kurang memuaskan,
nampaknya mereka tidak terbiasa mengucapkan penghormatan pada Kanjeng
Nabi.

Saya ingin menjelaskan kebolehan mengucapkan lafadz "Sayyidina" pada
Nabi Muhammad SAW, berikut selengkapnya :
Pertama kita harus tau apa arti kalimat Sayyid, dijelaskan dalam kitab
"Ghoytsus Sahabah" karya Sayyidi Syeikh Muhammad Ba'atiyah hal. 39,
dijelaskan bahwa:

"Kata Sayyid jika dimaknai secara mutlak, maka yang dimaksud adalah
Allah. Akan tetapi jika dikehendaki makna lain maka bisa bermakna:
1. Orang yang diikuti di kaumnya.
2. Orang yang banyak pengikutnya.
3. Orang yang mulia di antara relasinya."

Sementara pada hal. 37 disebutkan:
"Orang yang memimpin selainnya dengan berbagai kegiatan dan
menunjukkan tinggi pangkatnya".

Sedangkan di dalam Kitab "Ghoyatul Muna" hal. 32, Sayyidi Syeikh
Muhammad Ba'atiyah menyebutkan: "Sayyid ialah orang yang memimpin
kaumnya / banyak pengikutnya."

Dan masih banyak lagi makna lainnya, dari sini kita mulai bisa
mengerti makna beberapa Hadits yang ada lafadz Sayyid, misalnya:

-ﺍﻧﻬﻤﺎ ﺳﻴﺪﺍ ﺷﺒﺎﺏ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ
"Hasan dan Husein adalah pemimpin pemuda Ahli Surga"

-ﺍﻧﺎ ﺳﻴﺪ ﻭﻟﺪ ﺍﺩﻡ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﻻ ﻓﺨﺮ
"Aku adalah pemimpin anak adam pada hari kiamat"

-ﺍﻧﺎ ﺳﻴﺪ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ
"Aku adalah pemimpin alam"

-ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ; ﻗﻮﻣﻮﺍ ﺍﻟﻰ ﺳﻴﺪﻛﻢ
Pada hadits ini Khottobi berkomentar tidak apa-apa mengatakan Sayyid
untuk memuliakan seseorang, akan tetapi makruh jika dikatakan pada
orang tercela.

Sementara dalam Kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi dalam catatan
kaki halaman 4 nomer 2, dikatakan bahwa: "Memutlakkan kata Sayyid pada
selain Allah itu boleh".

Dalam kitab Roddul Mukhtar diterangkan: "Disunnahkan mengucapkan
Sayyid karna Ziyadah Ikhbar Waqi' itu menunjukkan tatakrama dan itu
lebih baik dari meninggalkannya".

Lalu selanjutnya jika mereka para Muktamirin bertendensi dengan dua
hadits yaitu:
1. ﻻ ﺗﺴﻴﺪﻭﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ
2. ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﺍﻟﻠﻪ
Maka saya akan menjawab dari kitab "Ghoyatul Muna" karya Sayyidi
Syeikh Muhammad Ba'atiyah dijelaskan pada hal. 32:
"Adapun hadits yang mengatakan "Jangan kau men-sayyid-kan aku dalam
Shalat", Hadits ini adalah Hadits yang tidak sah matan dan sanadnya,
adapun matannya gugur menurut Ahli Hadits, sementara matannya lafadz
ﺗﺴﻴﺪﻧﻲ itu tidak benar secara Nahwu karena yang benar lafadznya ﻻ
ﺗﺴﻮﺩﻭﻧﻲ sedangkan Rasulullah SAW adalah paling fasihnya orang orang
Arab."

Sementara dalam Kitab "Maqosid Hasanah" hal. 463 dikatakan:
"Hadits ini merupakan Hadits Maudlu' (palsu), itu tanggapan Al-Hafidz
As-Sakhowi bahwa hadits ini tidak ada asal usulnya. Dan salah dalam
lafadznya."

Sementara Hadits yang kedua akan saya jawab dari kitab "Zadul Labib"
karya Sayyidi Syeikh Muhammad Ba'atiyah juz. 1 hal. 9:
"Adapun Hadits yang diriwayatkan dari Abu Dawud dan Ahmad dari Hadits
Nabi SAW ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﺍﻟﻠﻪ yang dimaksud Siyadah disini adalah Siyadah
secara mutlak, maka fahamilah dan diteliti betul".

Jika anda masih mempertanyakan mengapa dalam Shalawat Ibrahimiyah pada
Tahiyyat ditambah Sayyidina dan pada Tasyahhud tidak ada Sayyidina?
Saya jawab: Mengatakan Sayyidina ini bertujuan memuliakan beliau. Dan
perlu diingat memuliakan dan tatakrama itu lebih baik dari pada
mengikuti perintah seperti Sayyidina Ali yang enggan menghapus kalimat
"Rasulullah" dan berkata: "Aku tak akan menghapusmu selamanya".
Pada saat itu Rasulullah tidak menyalahkan Sayyidina Ali. Begitu juga
Hadits Dlohhak dati Ibnu Abbas, bahwa dulu orang menyebut "Ya
Muhammad", "Ya Abal Qosim", lalu Allah melarang demi memuliakan
beliau.

Sementara jika yang anda permasalahkan dari ayatالله الصمد ; اي بمعنى
سيد maka jawaban saya dari Kitab "Ibanatul Ahkam" juz 1 hal. 346:
"Bahwa kalimat Sayyid itu memiliki dua makna: Yang pertama tiada
satupun yang mengungguli, dialah yang dituju manusia dalam segala
hajat dan keinginan mereka.Sementara makna kedua yaitu yg tidak
memiliki pencernaan yang mana ia tidak makan dan tidak minum".

Sementara dalam Syahadat, Ulama dalam memberikan penghormatan beragam
dan jika tidak ada kata Sayyid-nya pastilah ada kata pujian lain pada
kata sebelum dan sesudahnya, itu terbukti setelah kata Muhammad dalam
Syahadat ada kata pemuluaannya yaitu gelar "Utusan Allah", disanding
dengan lafadz Allah yang sekaligus pencipta alam semesta. Bukankah
Allah tidak akan menyandingkan namanya kecuali dengan kekasihnya?
Dalam Kaidah Fiqih sangat mashur sekali "مراعة الأدب خير من الإتباع".
"Menjaga tatakrama lebih utama dari ittiba' (melaksanakan perintah)".
Sekian dari kami dan kami mohon maaf sebelumnya.

blog comments powered by Disqus SocialTwist Tell-a-Friend
Read More

Kamis, 23 Juli 2015

Ketika Imam Syafi'i Mengambil Berkah Dari Murid Ajaibnya

20.10.00
Ketika Imam Syafi'i Mengambil Berkah Dari Murid Ajaibnya

Siapa yang tidak kenal dengan Imam Syafi'i, Imam yang lahir di Gaza
tahun 150 H dan wafat di Mesir tahun 204 H ini adalah salah satu imam
madzhab empat, madzhab yang di terapkan di bumi Nusantara. Keilmuannya
di rasakan seantero dunia, Alim, tawadlu', pecinta Nabi dan
sebagainya. Salah satu bukti ketawadluannya adalah tetap mengambil
berkah dari muridnya Imam Ahmad bin Hambal.

Di masa masuknya abad ke 3 H, semasa akhir hidupnya Imam Syafi'i, umat
Read More

Selasa, 14 Juli 2015

BIOGRAFI SANG IMAM AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH

22.45.00
BIOGRAFI SANG IMAM AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH
Dialah adalah Ali Bin Isma'il Bin Abi Basyar Ishaq Bin Salim Bin Isma'il Bin Abdullah Bin Musa Bin Bilal Bin Abi Burdah Bin Shohib Rosulallahi Sollallahu 'Alaihi Wasallam Abi Musa Abdullah Bin Qois Al-Asy'ari. Dia adalah Al-Imam Al-Mutakallim Al-Faqih Al-Ushuli yang sangat luas ilmunya sangat terkenal namanya di Maghrib (ujung barat) dan Masyriq (ujung timur), Sang Pembela As-Sunnah dan Penolong Ilmu Agama.
Al-Imam Abul Hasan Al-Asy'ari dilahirkan pada tahun 260 H. Awal mulanya Al-Asy'ari mengikuti Madzhab Mu'tazilah yang diajarkan oleh ayah tirinya yaitu Imam Ali Al-Jubba'i Al-mu'tazili. Bahkan Al-Imam Al-Asy'ari sering menggantikan ayah tirinya untuk menghadiri Majelis perdebatan, dan semua orang mengakui kecerdesannya dan ilmunya. Sampai pada umur 40 tahun Al-Imam Al-Asy'ari menjadi Imamnya Mu'tazilah akhirnya Al-Imam Al-Asy'ari keluar dari Madzhab Mu'tazilah dikarenakan muncul sebuah pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh ayah tirinya yaitu Ali Al-Jubba'i.
Al-Imam Al-Asy'ari bertanya kepada Ali Al-Jubba'i bagaimana tanggapan ayah tentang tiga bersaudara ini?
Pertama: Orang yang mati dalam keadaan taat.
Read More

Kamis, 21 Mei 2015

Rotib Haddad Amalan Nusantara

03.46.00 0
Rotib Haddad Amalan Nusantara
Akhir zaman menuntut kita untuk semakin berhati-hati dalam urusan agama. Sudah tidak ada lagi sensor dalam fatwa. Semuanya bebas berfatwa dan berpendapat, tanpa menyadari bahwa semua ucapannya terlebih lagi fatwanya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah.
Tak perlu menyerang sana dan sini dengan membabi buta, akan tetapi tunjukkanlah Islam yang santun seperti konsep rohmatan lil 'alamin yang Nabi ajarkan. Bukan rohmatan lil 'alamin yang melegalkan kemaksiatan dan aliran sesat.
Ketika ada yang mencaci surban dan jubah, ternyata itulah pakaian yang dipilih oleh KH Hasyim Asy'ari , Pangeran Diponegoro , dll yang tentunya lebih berjasa untuk nusantara dibanding yang mencaci.
Ketika ada yang mengajak untuk meninggalkan simtudduror dan ratib haddad, ternyata itulah amalan ulama kita. Al Habib Muhammmad Luthfi bin Ali bin Yahya dalam majelis beliau selalu membaca maulid simtudduror, begitu juga Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf bahkan pondok Sidogiri dan pondok-pondok yang lain sudah sejak dahulu kala membaca maulid simtudduror.
Kyai Ahmad Dahlan pun juga membaca ratib haddad dalam kesehariannya. Berikut ini adalah foto yang diambil di stand pameran Lirboyo, berupa sebuah kertas yang berisi ijazah dari Syaikhona Kholil Bangkalan kepada Kyai Manaf 114 tahun yang lalu untuk selalu mengamalkan Ratib Haddad.
Read More

Rabu, 20 Mei 2015

Kisah Akhlak Islam: Menutup Aib Diri Sendiri dan Orang Lain

23.11.00
Ada salah seorang yang menceritakan kepada saya (red. Habib Muhammad bin Abdurrahman Assegaf) sebuah kisah yang sangat menakjubkan. Dikisahkan ada seorang laki-laki yang berasal dari kota Madinah Al-Munawaroh telah bermimpi bertemu Nabi Muhammad Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dan ketahuilah mimpi bertemu Rasulullah adalah haq (benar). Dalam mimpi tersebut, Rasulullah berkata kepadanya, “Berilah kabar gembira kepada Fulan bin Fulan yang tinggal di kota Makkah bahwa dia akan bersamaku insya Allah”. Maka laki-laki ini pun pergi ke Makkah untuk menemui Fulan bin Fulan sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah dalam mimpi tersebut.
Read More

Rabu, 13 Mei 2015

Kisah Nyata: Keindahan Akhlak Sang Putri Kecil Habib Umar bin Hafidz

04.03.00
Selagi aku masih duduk di Daruzzahro, Guru Mulia Al Habib Umar bin Hafidz pernah berkata kepada salah satu putri beliau:
“Darul Mustofa dan Daruzzahro ini bukanlah kepunyaan kita, sekalipun ayah yang mendirikannya tetapi sejatinya adalah kepunyaan Kakek kita Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam beserta putri kecintaan beliau ibu kita Sayyidah Fatimah Azzahro Radhiyallohu ‘Anha, maka sekali-sekali kamu jangan berbuat seenaknya di dalamnya, harus tunduk dengan segala macam peraturannya, jangan memakan hak-hak tamu Azzahro sebelum mereka semua telah habis makan kecuali sisa-sisa puing makanan dari mereka. Ingat !! peran kita di sini hanya sebagai pembantu, khaddam, dan pelayan yang melayani rumah ini beserta tamu-tamunya”.
Read More

Selasa, 21 April 2015

INDAHNYA PERBEDAAN PENDAPAT PADA MASA DAHULU

03.20.00

INDAHNYA PERBEDAAN PENDAPAT PADA MASA DAHULU

Beginilah 4 Imam (yang berlainan Madzhab) Ketika Berada Dalam Satu Waktu Sholat di Masjidil Harom <<
[FOTO]: Ka'bah di tahun 1320 H (sekitar tahun 1903 M), masih terlihat disekitar ka'bah terdapat pondokan-pondokan kecil. Disitulah maqom (kedudukan) yang disediakan bagi para imam madzhab masing-masing berdiri mengetuai sholat jama'ah di kalangan pengikutnya.
Dahulu, sholat berjama'ah di Masjidil Harom bukannya berimam pada satu imam seperti sekarang ini, melainkan sebanyak 4 imam berlainan madzhab. Setiap orang akan sholat mengikuti imam sesuai dengan pegangan (madzhab) fiqih masing-masing.
=======================================
Read More

Rabu, 04 Maret 2015

Akhirnya Walikota New York Tetapkan Libur Lebaran (Idul Fitri dan Idul Adha)

18.43.00 0
Akhirnya walikota New York mengumumkan Libur Lebaran(Idul Fitri dan Idul Adha) pada awal tahun ajaran 2015/2016, seluruh sekolah umum di New York akan diliburkan mulai tanggal 25 September 2015 mendatang. Beberapa alasan melatarbelakangi keputusan sang wali kota Bill de Blasio dan Kanselir Pendidikan New York Carmen Fariña mengumumkannya, Rabu (4/3) kemarin.
“Banyak keluarga Muslim di sini tak bisa menikmati suasana hari suci tersebut karena tidak libur. Ini harus diubah untuk menghormati komunitas Muslim yang berkembang dan berkontribusi bagi kota ini,”cetus De Blasio dikutip dari breitbart.com, Kamis (5/3).
Read More

Senin, 26 Januari 2015

MIMPI BERTEMU RASULULLAH SAW

01.30.00

Guru kita Al-Habib Quraisy Baharun,
Sudah di Ijazahi Shalawat dari beliau, Untuk siapa pun yang ingin..
Silahkan dibaca dan Amalkan.
(Untuk memudahkan rezeki dan menyampaikan Hajat)

Saya mendengar langsung cerita ini dari salah seorang santri senior Habib Quraisy, yang
bersyukur telah menjadi santrinya,dia berkata :
Read More

Senin, 08 September 2014

Ada Murid Yang Palsu?

22.48.00

Syeikh ada yang benar ada juga yang palsu, begitu juga para murid, ada murid yang benar benar murid ada juga murid yang palsu, maka tanyakan kepada diri kita,..benarkah kita seorang Thalabul Ilmi,..pantas menyandang sebutan sebagai seorang murid? Lihat teladan AlHabib Muhammad AlHaddar, beliau guru dari AlHabib Umar bin Hafidh juga guru dari AlHabib Zain bin Sumaith, ketika masih menuntut ilmu di Rubath Tarim ia selalu menghabiskan setiap malamnya bergadang menuntut ilmu, hingga jika kantuk datang maka beliau membasahkan dirinya dengan air hingga hilang kantuknya, bahkan sekali waktu beliau naik ke atap rumahny untuk menghilangkan kantuknya dan berkata kepada dirinya "Kalau aku jatuh maka aku mati". Beliau pun tidak mau ada hal yang menganggunya dalam menuntut ilmu, diceritakan jika datang surat dari keluarganya maka beliau tidak membukanya dan disimpan terus seperti itu hingga selesai masa belajar baru dibuka, disitu di surat diterangkan si fulan wafat, si fulan lahir, si fulan menikah dlsbnya, beliau berbuat seperti ini saking takdhimnya dalam menuntut ilmu. Simak juga bagaimana AlHabib Abdullah bin Abdurrahman bin Syaikh Abubakar bin Salim ketika sampai di Tarim, hari pertama sampai di tempat menuntut ilmu langsung sibuk belajar, zaman dahulu jika seseorang pergi belajar maka membawa kasurnya sendiri,
Read More

Selasa, 19 November 2013

Persiapkan Diri Untuk Menyambut "Pelita" dari Kota Tarim, Yaman

21.45.00
Berikut ini adalah jadwal guru mulia (Almusnid Alhafidz Alhabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dari Tarim, Yaman) di indonesia:
• 23 November Ba'da Maghrib Rauhah di Cidodol Live Video Streaming www.MajelisRasulullah.org
• 24 November jam 7 pagi Haul Akbar Fakhrul Wujud di Cidodol Live Video Streaming www.MajelisRasulullah.org
• 24 November ba'da Ashar Jalsah di PP. Al Fachriyyah Ciledug


Read More

Curahan Hati Sang Pengagum Almarhum Habib Munzir Almusawa

21.35.00
Mengutip sebuah hadits Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau : مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
 "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).
Read More

Kamis, 21 Februari 2013

Kisah Kemuliaan Guru Mulia al-Habib Umar bin Hafidz

03.31.00
Berikut adalah pengalaman al-Habib Ahmad bin Muhammad al-Kaf yang tak terlupakan tentang Kisah Kemuliaan Guru Mulia al-Habib Umar bin Hafidz. Beliau menuturkan: “Waktu itu pertengahan April 1994 musim dingin di Tarim Hadhramaut mulai menyapa kami yang memang kami belum terbiasa dengan dinginnya cuaca Tarim ketika musim dingin. Al-Habib Umar pun telah menyiapkan untuk kami, para santrinya dari Indonesia yang waktu itu sangatlah manja, sebuah selimut tebal yang mahal. Masing-masing dari kami mendapatkan satu selimut. Kisah pun bermula seperti biasa selepas Ashar kami dan al-Habib Umar menuju kota Tarim untuk menghadiri rauhah dan maulid di kota tersebut. Selepas acara kami pun kembali ke kediaman al-Habib Umar di kota Aidid. Biasanya kami pulang larut malam. Dan karena pada waktu itu al-Habib Umar hanya memiliki satu mobil maka kami pun selalu berebutan untuk menaiki mobil tersebut.
Read More

Senin, 21 Mei 2012

Puasa Bulan Rajab

23.10.00
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Rahmat dan keridhoan Nya swt semoga selalu tercurah pada hari hari anda,

saudaraku yg kumuliakan,
sebagaimana telah saya jelaskan di majelis majelis cabang dan pusat, bahwa hadits hadits tentang kemuliaan bulan rajab ini tidak ada yg shahih, sebagian besar adalah dhoif, namun bukan berarti itu menafikan kemuliaan di bulan rajab,

tak satupun para Muhaddits yg mengharamkan puasa di bulan rajab,

Read More

Selasa, 13 Maret 2012

#IndonesiaTanpaJIL Melawan JIL ala Habib Munzir

04.25.00


Pertanyaan: Assalamualaikum
semoga dirimu diberi kesehatan dan keberrkahan selalu guruku yang mulia,
Saya mahasiswa UIN Jakarta, Bib,
saya mohon di kuatkan imtak saya, karena berbagai aliran sesat berkembang disana dan Islam liberal sangat pesat!!! saya takut terjebak dalam lingkup tersebut, apa yang harus saya lakukan?? teman-teman saya telah terjebak didalamnya? bagai,ama menyadarkannya???
Read More

Rabu, 19 Oktober 2011

Al Habib Ahmad bin Ali Assegaf (Majelis Ta'lim Annurl Kassyaf)

00.22.00
Nasab beliau : al habib ahmad bin ali bin abdurrohman bin ahmad bin abdulqadir bin ali bin umar bin muhammad assegaf bin umar bin thoha bin umar ashofi bin abdurrohman bin muhammad bin ali bin abdurrohman assegaf bin muhammad mauladawilah bin ali bin alwi bin muhammad alfaqih muqadam bin ali bin muhammad shahib marbad bin ali khala ghazam bin alwi bin muhammad bin alwi alawiyah bin ubaidilah bin ahmad al muhajir bin isa arrumi bin muhammad an-nagieb bin ali uraidhi bin ja'far shadiq muhammad al-bagir bin ali zainal abidin bin al imam husein bin ali bin abi thalib karamalloh wajha bin fatimah azzahro binti MUHAMMAD SAW . Habib Ahmad bin Ali Assegaf adalah pribadi yang hangat, ramah,
Read More

Post Top Ad