Oktober 2008 - CUPITEBET

JADIKAN RASULULLAH SAW SEBAGAI IDOLA

ads

Hot

Post Top Ad

Kamis, 30 Oktober 2008

Rasulullah saw Beristighfar Lebih Dari 70 Kali Setiap Hari

22.21.00 0
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، وَأَتُوبُ إِلَيْهِ، فِي الْيَوْمِ، أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً (صحيح البخاري 

Sabda Rasulullah saw :
“Demi Allah, Sungguh aku beristighfar dan bertobat kepada Nya pada tiap harinya lebih dari tujuh puluh kali” (Shahih Bukhari)



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Alam Semesta, Maha Agung dan Maha Luhur, Maha Abadi dan Maha Sempurna, Maha Memuliakan hamba hamba Nya dengan tuntunan Para Nabi dan Rasul Nya,. (Dialah Allah) Nama yang paling berhak diagungkan dari semua Nama, Nama yang mengawali segala kesucian dalam kehidupan, Nama Termulia dan Kekal Abadi, Barang siapa yang menyebut Nama-Nya (Allah Swt), semakin dekat kehadirat Allah, berjatuhanlah dosa-dosanya, terbukalah bagi kehidupannya pintu kedekatan kehadirat Allah Jalla wa Alla. Termuliakanlah hamba hamba Nya yang ingin dekat kepada Allah.

Hadirin hadirat, sambutan yang hangat dari Maha Raja Langit dan Bumi (Allah Swt) terhadap hamba hambaNya, Mereka yang ingin dekat kepada Allah, walaupun mereka pendosa, walaupun mereka pezina, walaupun mereka pembuat dosa dosa besar, tidak tertutup pintu Rabbul Alamin bagi mereka untuk ingin dekat kepada Allah, Demikianlah Sang Maha Pemurah dan Sang Maha Dermawan yang membuka pintu Nya bagi semua yang berbuat kesalahan untuk kembali dekat dan dicintai dan dimuliakan, Demikianlah sambutan hangat dari Yang Maha Baik dan Maha Dermawan, Allah Jalla wa Alaa (Jalla wa alaa = Maha Megah dan Maha Luhur). 

Demikianlah hadirin hadirat, Dialah (Allah Swt) Yang Paling Indah, yang seluruh keindahan di alam semesta bersumber dari keindahan Allah. Yang cahaya matahari, bulan dan seluruh bintang bintang diambil dari Cahaya Keindahan Allah, Kalau kita memahami Allah itu Maha Indah, Maha Mengawali Keindahan di Alam, maka ketika kita mengingat bahwa dekat kepada Allah, mencintai Allah maka Allah akan membenahi kehidupan kita semakin indah dan kita akan menemui keindahan yang abadi. 

Kehidupan dunia selalu ada hal hal yang tidak mengenakkan kita, karena memang Allah ciptakan demikian. Kalau kami jadikan kenikmatan dunia itu seluruhnya indah kata Allah “mereka tidak akan mau meninggalkan dunia”. (Firman Nya : "Kalau Allah luaskan seluas luasnya rizki hamba hamba Nya dibumi, maka mereka akan betah di dunia, maka Allah turunkan dengan kadar batas yg dikehendaki Nya" QS Assyuura 27), Memang Allah jadikan kehidupan dunia itu ada hal hal yang mengecewakan. Supaya apa? supaya mereka memahami ini hanya kehidupan yang sementara, akan muncul kehidupan yang kekal dan abadi.

Oleh sebab itulah hadirin hadirat, dibangkitkan Para Nabi dan Rasul sampai Nabi yang membawa Rahmat dan Kesempurnaan Akhlaq, dialah Sayyidina Muhammad Saw. “aku dibangkitkan untuk menyempurnakan kesempurnaan akhlaq”, didukung oleh hadits Shahih, riwayat Shahih Bukhari “manusia yang terbaik adalah yang paling baik akhlaqnya”. Maka jika budi pekerti kita perbaiki untuk semakin baik, pada teman, pada Ayah dan Ibu, pada saudara, pada kerabat, pada tetangga, pada masyarakat, pada muslim, pada non muslim bahkan pada musuh. Itu namanya mewarisi indahnya akhlaq Nabiyyuna Muhammad Saw yang berakhlaq kepada seluruh makhluknya Allah. Berakhlaq kepada siapapun bahkan kepada hewan dan makanan. Sampai makanan pun beliau tidak mau untuk kecuali berbuat budi pekerti yang indah. 

Pada makanan (beliau) tidak mau mencaci, bila suka dimakan, bila tidak suka dibiarkan. Beliau (Nabi Saw) tidak mau mencaci makanan, padahal makanan ini hadirin hadirat bukan manusia tetapi demikianlah sempurnanya akhlaq yang dikatakan oleh Allah Swt. : "Sungguh engkau (wahai Muhammad memiliki akhlak yg agung" (QS Alqalam 4) Oleh sebab itu sambungkan jiwa kita kepada kesempurnaan akhlaq. Sulit rasanya kita membenahi akhlaq kita. Pintu pintu kesucian didalam jiwa bukalah, Apa itu pintu pintu kesucian? Mengingat Allah, mengingat Yang Maha Suci, menyebut Yang Maha Suci, Mengagungkan Allah, Merindukan Allah. Inilah yang akan membenahi jiwa kita dari segala sifat sifat yang tidak baik.

Hadirin hadirat bisa dibuktikan, ketika engkau mengingat perjumpaan dengan Allah, muncul kerinduan kepada Yang Maha Indah. Ketika engkau asyik dalam mengingat Allah itu, setelah itu berhenti. Di hatimu tidak akan ada benci pada siapapun, di hatimu tidak ada permusuhan, tidak ada sombong, tidak ada riya, tidak ada penyakit lagi. Sirna!! Kemana? hilang karena munculnya Cahaya Allah di dalam jiwa. Tapi ketika cahaya itu pudar, muncul lagi sifat sifat buruk, 
maka perbanyaklah dzikrullah terutama melewati keadaan zaman yang semakin hari semakin berat. Semakin dibutuhkan jiwa yang suci dengan Nama Allah Swt dan Allah Swt tidak pernah mengecewakan hamba hamba Nya yang ingin bertaubat selalu diterima oleh Allah Swt.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, ketika Rasul saw bercerita tentang seseorang yang belum pernah berbuat amal shalih seumur hidupnya. Sudah sampai sakaratul mautnya dekat, sudah punya anak dan istri baru sadar. Maka apa yang diperbuatnya? Menyesal! Mau taubat sudah tidak berdaya, sudah sakit parah. Maka ia panggil anak dan istrinya (ini Rasul saw bercerita, berarti dari Bani Israil, dari umat sebelumnya). Demikian riwayat Shahih Bukhari. Ia panggil anaknya dan istrinya, “anakku, istriku kalau aku wafat jangan dikafani, jangan dimandikan namun bakar. Setengah tubuhku buang di daratan dan setengahnya buang di lautan”. Bertanya istri dan anaknya “kenapa Ayah?”, sang Ayah menjawab “tubuhku ini tidak pantas dikafani, penuh dosa, tidak pantas dimakamkan sebagaimana orang yang beriman. Malu aku kalau seandainya tubuh penuh dosa dan kotor ini diperlakukan seperti jenazah orang mukmin”. 

Hal seperti ini hadirin, bukan untuk diikuti karena ini syariah sebelum kita. Sesudah zaman Nabi saw, semua jenazah muslim hendaknya dikafani dan dimakamkan layaknya seorang muslim. Cuma ini adalah hikmah.

Maka diikutilah oleh anak dan istrinya wasiat sang Ayah, Setelah wafat ruhnya dipanggil oleh Allah, Allah Swt bertanya “Wahai hamba Ku, kenapa kau berbuat demikian?”, hamba ini menjawab “Ya Rabb, tubuh penuh dosa ini aku ingin taubat, belum sempat untuk beramal shalih. Aku menyesal atas seluruh kesalahanku, aku telah salah berbuat kepada Mu, tubuh ini rasanya tidak pantas diperbuat seperti tubuh orang yang beriman”. Allah menjawab “lalu kenapa kau habiskan tubuhmu dengan cara seperti itu? kau wasiatkan seperti itu?”. Hamba itu menjawab “karena aku takut pada Mu, Wahai Allah, aku risau mengecewakan Perasaan Mu dan memancing Kemurkaan Mu”. 

Maka Rasul saw berkata “Allah mengampuni orang itu”. Kenapa? masih sempat taubat disaat saat akhir sakaratul maut. Demikian Rabbul Alamin memanjakan hamba hamba Nya yang ingin bertaubat. Sudah di akhir masih dimuliakan oleh Allah Swt. Bagaimana kalau yang masih segar bugar? bagaimana kalau yang masih baik? bagaimana kalau yang masih sehat wal afiah? Tentunya lebih agung lagi sambutan Illahi untuk mereka, lebih hangat lagi kasih sayang Allah dan keberkahan yang akan mereka lewati dalam sisa kehidupannya. Karena sisa kehidupannya terbuka bagi mereka Pintu Rahmat yang lebih luas, keberkahan yang lebih luas, cinta Allah lebih besar membuat hari harinya semakin indah.

Hadirin hadirat, kita bertanya barangkali ada diantara kita “saya tidak banyak berbuat dosa dosa besar, apakah perlu taubat dan istighfar?, Hadits yang baru saja kita baca, sabda Rasulullah saw. (padahal) Siapa beliau? (Nabi saw) adalah orang yang tidak pernah berbuat dosa (ma’shum), tidak ada dosa besar tidak ada dosa kecil. 

Beliau saw bersabda “Wallahi inniy la astaghfirullah wa atubu ilaihi fil yaumi, aktsar min sab’in marrah”. Sungguh Demi Allah, aku (Nabi saw) beristighfar kepada Allah mohon ampunan dosa setiap hari dan bertaubat setiap hari lebih dari 70X. 

Ini manusia yang paling sempurna akhlaqnya kepada Allah Swt. Beliau (Nabi saw) tidak pernah berbuat dosa tapi ingin berada dikelompok orang orang yang bertaubat. Kenapa? karena Firman Allah Swt “Allah itu mencintai orang orang yang bertaubat dan Allah Swt mencintai orang yang suka mensucikan diri” (QS Albaqarah 222), dengan istighfar dan taubat, itulah puncak kesucian antara makhluk dan Al Khaliq.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
(Sabda Nabi saw :) Allah itu Indah dan Menyukai yang indah indah, dan juga tidak menerima terkecuali yang indah, Apa maksudnya? Allah itu menyukai yang indah. Apa yang indah di Mata Allah? Tidak ada yang lebih indah daripada tuntunan Nabiyyuna Muhammad Saw. Tuntunan kebenaran inilah yang indah di sisi Allah, Allah itu Maha Indah, menyukai yang indah indah dan tidak mau terima kecuali yang indah. Maksudnya apa? Allah tidak mau terima kalau ajaran daripada mereka yang diluar daripada ajaran Allah. Mereka yang mengaku Nabi, mereka yang mengaku Tuhan lain, hal seperti itu tidak diterima. Indah di mata manusia namun tidak indah di Mata Allah. Yang Indah di Mata Allah adalah yang diajarkan oleh Allah Swt. 

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan (Mukasyifatul quluub oleh Hujjatul Islam AL Imam Ghazali) tentang indahnya seseorang yang bertaubat kepada Allah Swt. Ketika seorang maju ke hadapan Allah, lantas diputuskan baginya neraka karena dosanya lebih banyak daripada pahalanya. Ia harus kembali kepada tempat para pendosa, disucikan dahulu melewati pencucian yaitu api neraka. Kalau ia mempunyai pahala berarti ia seorang muslim. Harus lewat neraka dulu baru bisa sampai ke surga. Sampai di pintu neraka, sehelai bulu matanya menjerit kepada Allah “Ya Rabb, aku ini pernah terbasahi air mata taubat dari hamba ini, Kau sudah janjikan kepada Nabi Mu (Nabi saw) bahwa Kau tidak akan meng-azab mata yang menangis taubat untuk Mu. Saat mengingat Mu, aku ini terkena basahan air matanya, aku tidak mau masuk neraka”, kata sehelai bulu matanya. Maka Allah Swt menyelamatkan bulu mata dari tubuhnya, selamat ia dari api neraka. 

Maka berkatalah Jibril as “fulan bin fulan ini selamat karena sehelai bulu matanya yang berdoa kepada Allah”. Kita lihat, sehelai bulu mata bisa berdoa, kalau bukan kehendak Allah, tidak bisa! Allah ingin menyelamatkan hamba itu maka berdoalah sehelai bulu matanya dengan izin Allah. 

Hadits ini diperkuat riwayat Shahih Bukhari “satu kelompok yang tidak akan disiksa oleh Allah adalah orang yang ketika mengingat Allah, mengalirlah air matanya”. Orang seperti ini di Naungi (dilindungi) oleh Allah di hari tidak ada naungan (perlindungan), selain Naungan (perlindungan) Allah.

Hadirin hadirat, demikian indahnya Allah memanjakan mereka yang mengingat Nya (Allah Swt), yang mensucikan dirinya dengan mengingat Allah hingga air matanya mengalir ketika menyebut Nama Allah Swt. Inilah yang mesti kita hidupkan kembali.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Para Imam iman kita yang terdahulu, mereka adalah Ahlul Shalah (orang orang yg banyak berbuat baik), .bukan berarti seseorang yang memilik iman yang tegas itu tidak boleh menangis. Zaman sekarang orang berkata “kalau banyak menangis adalah seorang penakut atau orang yang berjiwa lemah”. Tidak juga. Siapa orang yang paling terkenal tegas di dalam Syariatul Muthaharah (Syariatul Muthahharah = ajaran syariah yg suci) adalah Sayyidina Umar bin Khattab ra. Paling terkenal tegas, paling ditakuti oleh Para Sahabat di masanya. Tegas!! Tapi ternyata beliau itu paling banyak menangis. Hingga diriwayatkan di dalam Syi'bul Iman oleh Imam Al Baihaqi dijelaskan bahwa “pada wajah Sayyidina Umar bin Khattab ra terdapat 2 garis hitam di kedua pipinya”. Garis membekas karena selalu mengeluarkan air mata tangis, ini di wajah Ammirul Mukminin Sayyiidna Umar bin Khattab ra. Menunjukkan orang yang tegas pada umat ini bukan orang yang berjiwa keras, bukan orang yang berjiwa bengis. Tapi orang yang berjiwa rahmat bahkan sangat banyak menangis. Demikian keadaan mereka, di siang hari dalam tugas dan dimalam hari dalam tangis dan munajat.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Sering seringlah halalkan air matamu mengalir untuk mengingat Nama Allah dan jagalah panca indera kita semampunya. Jangan mengkhianati Sang Pemberinya (Allah Swt). Panca indera kita ini jangan dijadikan sebagai perantara atas hal hal yang tidak disenangi oleh Sang Pemiliknya (Allah Jalla wa Alla). Ini hadirin Majikan kita Yang Maha Tunggal, Yang Maha Abadi. Kalau kita berbuat kepada manusia, majikan kita seperti ini sudah diusir kita. Kita berbuat kepada majikan kita seperti berbuat kepada Allah, habislah kita. Allah Swt memerintah, kita berpaling dari perintah Nya di hadapan Nya. Coba kalau majikan kita, lantas kita keluar dari perintahnya dan lantas membantahnya, bukan sekali namun terus berkali kali. Dalam satu hari sejak terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari, berapa kali kita menyalahi perintah Allah Swt? 

Lalu apa? Latar belakang daripada semua ini yang diperbuat Allah. Ia (Allah Swt) tidak mencabut kenikmatan Nya, Ia (Allah Swt) tidak mengangkat dan melemparkan kita ke dalam api neraka. Allah bersabar menanti taubat kita, menanti istighfar kita sampai detik detik terakhir sakaratul maut kita. Allah menunggu bukan 1 atau 2 menit, berjam jam, berhari hari mungkin bertahun tahun. Demikian indahnya Yang Maha Indah (Allah Swt).

Hadirin hadirat, diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw duduk bersama para sahabat tercium bau yang sangat busuk. Para sahabat bertanya “bau apa ini? busuk sekali”, Rasul saw berkata “kalau mau tahu inilah bau busuknya orang yang suka mengumpat orang orang yang beriman, ini bau busuknya..”. Juga riwayat lain dalam riwayat yang tsigah, ketika Sayyidatuna Aisyah ra mengucapkan satu kalimat yang menghina salah seorang wanita lain maka berkata Rasul saw “kalimatmu ini kalau ditumpahkan di lautan berubahlah warnanya dan buruk baunya”. Kenapa? karena mengumpat orang orang yang beriman, orang orang muslim. 

Maka jagalah hati kita. Bagaimana kalau sudah terlanjur membicarakan aib orang lain? doakan saja, Insya Allah dengan doa itu bisa menutupi kesalahan kita. Kalau ditagih nanti di hari kiamat, bisa dibalas dengan doanya. Bagaimana? Rasul saw mengajarkan. Ketika Rasul saw berdoa, doa ini diajarkan kepada para sahabat ra. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari “Wahai Allah siapapun yang pernah ku caci jadikan caciannya itu membuatnya semakin dekat kepada Mu di hari kiamat”.

Hadirin orang yang sudah kau caci, doakan. Jika tidak hafal bahasa arabnya, pakai hati kita, pakai lidah kita, kita berdoa kepada Allah Swt “Siapapun Rabbiy yang pernah ku caci maki sebelum ini, jadikan ia semakin dekat kepada Allah”. Hadirin inilah indahnya jiwa Nabiyyuna Muhammad Saw. dan Rasul saw juga bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, agar kita selalu membenahi hari hari kita dengan kalimat Laillahailallah.

Rasul saw bersabda “Allah sudah haramkan api neraka untuk orang yang mengucap Lailahailallah untuk mencari keridhoan Allah”. Kenapa? karena kita sudah tahu, semua yang tidak menyembah selain Allah, kita tidak mengakui ada Tuhan selain Allah.

Akan tetapi hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, Ucapan itu memperbaharui hubungan kita dengan Allah. Sebagaimana misalnya kita bicara dengan ibu kita, ini sudah tahu ini ibunda kita, bukan orang lain. Tapi kalau kita berkata “Wahai Ibu, kau adalah ibuku, kau adalah satu satunya ibuku tentunya aku tidak akan mengaku orang lain sebagai ibuku kecuali engkau”. Tambah senang ibunya, padahal sudah jelas jelas ini Ibunya bukan orang lain tapi ketika kalimat itu terucap, itu memancing kesenangan yang keluar dari cinta dan penghormatan. Demikian pula dan lebih dan lebih seseorang berkata “Lailahailallah” Tiada Tuhan Selain Allah. Itu didengar oleh Yang Maha Mendengar. Oleh sebab itu Allah Swt mengharamkannya dari api neraka. 

Ketika Abu Hurairah ra bertanya kepada Rasul saw ”Ya Rasulullah, siapa orang yang paling cepat dan yang paling bahagia beruntung mendapat syafa’atmu di hari kiamat”, Rasul saw menjawab “Orang yang paling cepat dengan syafa’atku dan paling bahagia dengan syafa’atku adalah mereka yang mengucap Lailahailallah”. Ikhlas dari dalam hatinya, karena kalimat itu membuka keridhoan Illahi. Kalimat itu jika sering sering diucapkan akan mengangkat jiwa kita pada puncak kemuliaan.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, Kita bermunajat kepada Allah Swt, Semoga Allah Swt memuliakan diri kita, memuliakan jiwa kita, memuliakan sanubari kita dengan kesucian Nama Nya. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am muliakan jiwa kami dan ruh kami dengan indahnya sujud, dengan indahnya munajat, dengan indahnya doa, Ya Rahman Ya Rahim muliakan jiwa kami dengan indahnya akhlaq, terangi kami dengan cahaya akhlaq Nabiyyuna Muhammad Saw, munculkan generasi generasi yang mewarisi akhlaq Rasulullah Saw, Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am tidak lupa kita berdoa untuk kemaslahatan muslimin muslimat khususnya di bumi Jakarta dan sekitarnya dan juga di wilayah Irian Barat, Semoga Allah Swt melimpahkan pertolongan dan hidayah kepada muslimin muslimat disana dan juga kepada santri santri yang datang baru untuk taklim di Jakarta ini semoga Allah memberikan kepada mereka cahaya hidayah dan inayah menuntun mereka sebagai pembawa panji panji dakwah Rasulullah Saw.

Ya Rahman Ya Rahim tenangkan jiwa mereka, muliakan hari hari mereka danlimpahkan atas mereka sakinah juga atas Guru mereka KH. Ahmad Baihaqi semoga dilimpahi keberkahan bersama tamu tamu kita yang datang dari Makassar semoga dilimpahi keberkahan untuk semua yang berjuang menegakkan dakwah Nabiyyuna Muhammad Saw, Rabbiy pandanglah jiwa kami, Wahai Yang Maha Bercahaya, Wahai Yang Maha Menerangi Jiwa, Wahai Yang Maha Melimpahkan Kebahagiaan, Wahai Yang Maha Menerbitkan kemakmuran, 

Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah 

Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Hadirin yang saya sampaikan terakhir, tentunya malam sabtu yang akan datang saya mohon doa karena kita akan berangkat ke Denpasar, Bali untuk mengadakan Tabligh. Sebagaimana biasa Tabligh per 3 bulan dari wilayah klungkung, karangasem dan lainnya akan bersatu di Denpasar, Bali. Oleh sebab itu mohon doa semoga acara sukses karena acara banyak juga dihadiri oleh para pimpinan dan tokoh tokoh dari agama hindu. Mereka hadir dan kita berdoa semoga Allah melimpahkan hidayah untuk mereka dan banyak muslimin muslimat di wilayah Bali yang dikenal juga wilayah yang paling banyak permasalahannya antara muslimin dan non muslim. Semoga menjadi kedamaian dan menjadi sebab terbukanya gerbang hidayah bagi kita bagi muslimin muslimat disana. Demikian dan hari sabtu saya sudah kembali Insya Allah. Malam minggu kita kembali mengadakan Tabligh Akbar sekaligus ziarah, cuma saya mohon kepada para pemuda jangan melintasi lampu merah, dan ini sudah disampaikan pada bulan yang lalu, jangan sampai kita menutup jalan untuk masyarakat. Pertama tama memang hanya 10, 20 namun sekarang sudah ratusan yang konvoi. Jangan sampai melanggar rambu rambu lalu lintas, karena kita ingin masyarakat suka pada kita. Bukannya ingin menunjukkan bahwa kita mempunyai kekuatan, sungguh bukan itu akhlaq tapi kita ingin masyarakat yang melihat senang melihat para pemuda yang tertib. Demikian hadirin, jagan menyingkirkan orang orang yang dijalanan disuruh minggir untuk kita lewat, jangan begitu.., Biarkan orang orang lewat, ambil satu jalan saja jangan ambil dua jalan tapi satu jalan saja dengan tertib itu adalah dakwah. Dan hal itu menggembirakan hati Rasulullah Saw. kalau kita tertib, orang orang akan senang, ini anak anak muda betul betul mengikuti akhlaqnya Rasul saw. 
Ini yang kita harapkan, nanti mereka senang dan mereka ikut hadir juga, mereka mendapat hidayah juga. Kalau tidak tertib sebaliknya nanti orang orang akan melihat (dan berkata) akhlaq akhlaq yang begini akan merusak, makin banyak yg begini makin rusak negara kita. Seperti itu nanti (ucapan mereka), oleh sebab itu jaga ketertiban. Tujuan konvoi adalah memperlihatkan kepada masyarakat bahwa pemuda muslimin muslimat berakhlaq mulia, berakhlaq Nabiyyuna Muhammad Saw. Dan bahwa kita di malam minggu tidak kumpul trek trekkan, tidak memenuhi diskotik dan kafe, namun kita berziarah, kita berdzikir dan bershalawat. Semoga Allah jadikan malam itu malam yang bercahaya dengan cahaya ibadah. Demikian hadirin hadirat.

Kita doakan juga para tamu kita, wakil Ketua MPR Bapak AM Fatwa semoga dilimpahi rahmat dan keberkahan oleh Allah Swt, semoga dimuliakan dan didukung perjuangannya dan juga kedua mempelai kita yang baru saja menikah semoga dilimpahi keberkahan, juga KH. Ahmad Baihaqi dan santri santri beliau semoga dilimpahi keberkahan oleh Allah Swt dan para tamu kita.

Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh 


Kontributor: Munzir Almusawa  
Thursday, 30 October 2008


Read More

Undang-Undang Pornografi Disahkan

19.27.00 0

Baru berkunjung kembali kedunia maya, eh ternyata sudah ada postingan tentang disahkannya UU Pornografi, ya udah saya liat trus saya copy deh. hehehe, 

Bang David, sorry ya artikelnya saya copy di blog saya, mohon ridhonya.

saya sudah dengar dari adik saya tercinta Bahtiar bin Nurrochim Al Ghantengi (Gelar dari diri dia sendiri tuh, narsis ya?) klo kemaren sudah disahkan UU Pornografi, dia kelihatan gembira dan merasa puas sekali, wah mudah"an adikku ini jadi seorang 'alim dan pendakwah ahlussunah wal jama'ah., Amin.

klo mau lihat isi UU Pornografi di sini

nih artikelnya dicopy dari hotarticle.org :

Undang-Undang Pornografi merupakan suatu produk hukum berbentuk undang-undang yang mengatur mengenai pornografi. Undang-undang ini disahkan dalam Sidang Paripurna DPR pada 30 Oktober 2008.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks.

Dalam RUU Pornografi (cikal bakal UU Pornografi) dikatakan bahwa pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.

Sebenarnya UU Pornografi itu niatnya baik, untuk memerangi pornografi yang memang marak di masyarakat. Banyak sudah pemuda berbuat mesum setelah menonton VCD phorno yang dijual bebas, atau setelah membaca buku porno yang juga dijual bebas. 

Ketika ada undang-undang anti-terorisme, ummat Islam setuju. Karena ummat Islam dan Islam memang tidak menghendaki adanya terorisme. Ketika ada hukuman mati bagi teroris, umma Islam setuju. Karena mayoritas ummat Islam dan Islam tidak menginginkan adanya teroris dan pembuat makar. Ketika adanya UU Pornografi ini, mengapa ada yang tidak setuju? Apakah agamanya membolehkan pornografi? Tidak ‘kan? Jadi, apa masalahnya? Apakah mereka takut jika Kitab Sucinya digolongkan sebagai buku porno karena mengandung tulisan yang dapat merangsang syahwat? Hehehe… tenang saja, dalam UU Pornografi, Kitab Suci dan adat istiadat tidak akan terkena pasal-pasal tersebut. Karena pornografi yang dimaksud adalah yang melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat. Masyarakat yang dimaksud tentu saja masyarakat asli di suatu tempat. Selama tari ali itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat Bali, maka tarian tersebut tidak terkena pasal-pasal tersebut. Tetapi bagi yang beragama Islam, mereka jangan terpaku kepada UU Pornografi. Karena walau pun tarian Bali tidak melanggar nilai-nilai kesusilaan masyarakat Bali, tetapi bukan berarti agama Islam memperbolehkan kita menontonnya. 

Kita adalah kita dengan syariat kita. Jika menurut mereka hal itu tidak bertentangan dengan nilai kesusilaan mereka, itu urusan mereka. Kita tidak berhak meminta mereka untuk memakai jilbab jika mereka bukan Islam. Dan kita juga berhak untuk tidak menonton mereka, karena toh mereka juga tidak memaksa kita untuk menonton mereka. Sebagaimana kita tidak pernah memaksa mereka untuk menjalankan syariat Islam. Dalam Piagam Jakarta, yang disuruh menjalankan syariat Islam itu adalah ummat Islam. Di Bali, yang disuruh Nyepi itu ummat Hindu. Jadi tidak ada paksaan bagi non-Hindu untuk ikut Nyepi. Dan tidak dibenarkan bagi ummat Hindu untuk memaksa ummat non-Hindu untuk ikut Nyepi. Intinya, bagi mereka aturan mereka, bagi kita syariat kita. UU Pornografi hanya menindak para produser dan industri pornografi, bukan untuk memberangus kemajemukan bangsa.

UU Pornografi tidak dibuat berdasarkan Syariat Islam. Maka kelirulah jika Anda memandang bahwa UU Pornografi ini hanya untuk kepentingan ummat Islam. Kelirulah Anda jika memandang bahwa UU Pornografi ini merupakan undang-undang seperti di NAD yang mewajibkan wanita untuk berjilbab.

Kami hanya tidak ingin pemuda-pemuda ini dengan bangganya berbuat mesum sambil merekam perbuatannya itu, lalu rekaman itu beredar di masyarakat. Ini negara Pancasila. Apakah Anda tidak malu sebagai bangsa Indonesia, jika bangsanya ini ternyata tidak bermoral? Negara Pancasila, tetapi 50% remaja puterinya sudah tak suci lagi karena perbuatan bejat para remaja putera. Tidak malu kepada burung Garuda? Tidak malu kepada Merah Putih? Tidak malu kepada para pahlawan? Tidak malu kepada Tuhan?

Niat baik harus kita dukung. Jika ada pasal-pasal yang kurang berkenan, silahkan dibicarakan lagi untuk direvisi. Ketika ada pembuatan Piagam Jakarta, apa ada yang menolak? Tidak ada bukan? Karena itu adalah niat yang baik. Tetapi ketika ada pihak yang kurang berkenan, toh akhirnya direvisi. Jadi, jangan ‘parno’ terhadap UU Porno.

Read More

Senin, 27 Oktober 2008

DOWNLOAD KITAB ALAQIDATUL MUJMALAH

03.44.00 0
Inilah kitab AlAqidatul Mujmalah yang biasa dibaca dan dibagikan oleh Majelis Taklim diMasjid Al Barkah yang dipimpim oleh KH Abdurrasyid Abdullah Syafi'i bin Al Walid KH Abdullah Syafi'i, Kitab AlAqidatul Mujmalah dikarang oleh Quthbul Irsyad wal Bilad Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Kitab ini juga termasuk pembacaan Aqidah yang dikarang oleh Al 'Arif billah Al Habib 'Ali bin Abibakar Assakron. #NB KH Abdurrasyid Abdullah Syafi'i memperbolehkan difoto copy. *artikel tentang AlAqidatul Mujmalah bisa dibaca di sini. Kitab ini bisa diunduh di

al-‘Aqīdah al-Mujmalah by Agung Dwi Prasetyo

Read More

Al-‘Aqidah Al-Mujmalah

01.56.00 0
Istilah ini ditujukan pada bacaan yang dibacakan sebagai pernyataan kesaksian (syahadaH) dan kerelaan (ridha) ke-Islaman, sebagaimana yang disusun Quthbul Irsyad wal Bilad Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Bacaan tersebut berbunyi, ” Radhitu billahi rabba, wa bil islami dina, wa bimuhammadin nabiyyan wa rasula, wa tabarra’tu min kulli dinin yukhalifu dinal islam…(dan seterusnya)”(agamis.wordpress.com)


Salah satu majelis Taklim yang selalu membaca Aqidah Mujmalah adalah Majelis taklim hari ahad pagi di masjid Al Barkah Assyafi'iyah, yang dipimpin oleh KH Abdurrasyid Abdullah Syafi'i. Taklim yang juga disiarkan di 95.5RASFM ini mengajak jamaahnya khususnya dan umat Islam pada umumnya untuk membentengi Umat Islam dari Aqidah yang sesat dan budaya-budaya barat sebagaimana dikatakan oleh KH Abdurrasyid Abdullah Syafi'i dalam pertemuan Silahturahmi Tokoh/Ulama dan Habaib(yang dikutip dari hizbut-tahrir.or.id). "saya telah menyampaikan isi hati dan keprihatianan saya yang paling dalam bahwa ternyata akhlak, kemerosotan moral sebagian umat di Indonesia, baik pria maupun wanita, telah demikian dasyatnya. Itu bisa kita baca dari publikasi dari berbagai macam media. Terus terang, hati saya sangat sedih. Di berita tersebut dilansir banyak remaja yang melakukan seks pranikah; 97,02 % mahasiswa rusak atau hancur-hancuran di Yogyakarta yang dikenal dengan kota pelajar. Luar biasa. Saya sangat sedih dan prihatin. Upaya menyelamatkan yang masih baik, yaitu anak-anak kita, cucu-cucu kita wajib kita lakukan berdasarkan firman Allah Swt. (yang artinya): Wahai orang-orang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.

Kegundahan ini, boleh dikatakan, setiap mengisi ceramah Maulid Nabi dimanapun, selalu saya bawa dan saya sampaikan. Menurut saya, obatnya adalah kita menanamkan keimanan atau akidah agar anak kita itu kokoh akidahnya. Kalau akidah anak-anak dan masyarakat kita sudah kokoh, insya Allah mereka akan terpelihara dan terjaga dari arus kebudayaan asing yang melanda seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Saya memberikan contoh yang sangat sederhana, barangkali. Dulu, waktu saya kecil, taruhlah, ada keinginan untuk nonton bioskop harus naik sepeda atau becak, pergi ke tempat bioskop yang jaraknya 4-5 kilometer. Sekarang, televisi itu kan masuk ke rumah kita. Datang ke setiap rumah-rumah. Bukan hanya itu saja, bagi yang mampu sampai-sampai masuk ke kamar-kamar tidurnya. Apa yang kita saksikan? Kebudayaan yang dipertontonkan ternyata bertentangan dengan kebudayaan dan akhlak kita seperti tariannya, dansa-dansinya, pergaulan bebasnya dan segala macam. Bayangkan jika keluarga kita belum mempunyai benteng yang kokoh, pasti akan tergerus.

Karena itulah, kami di Asy-Syafiiyyah, saya meneruskan perjuangan ayah saya untuk mencetak generasi yang mempunyai akidah yang kokoh melewati karya besar beliau, ’Aqîdah al-Mujmalah. Saya cetak beribu-ribu. Setiap habis dibagi-bagikan ke masjid-masjid, ke majelis-majelis taklim, saya cetak lagi. Menurut hemat saya, dengan cara itulah, kita bisa berkontribusi dalam mengerem kehancuran akidah umat yang luar biasa.

Saya hanya bisa mengajak, Marilah kita jaga saudara-saudara kita, keluarga kita dan anak cucu kita nanti dari faham-faham yang sesat dengan mengajak mereka hadir di majelis 'ilmu Ahlussunah wal jama'ah, bukan Majelis-majelis salafi (yng banyak disekolah/kantor dan masjid tertentu) yang ustadz mereka tidak mempunyai SANAD.
Dari Guru kita AL Habib Munzir bin Fuad Al Musawa berkata,"
Berkata Imam Syafii : "Tiada ilmu tanpa sanad",

berkata pula AL Hafidh Imam Attsauri : "Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau tak memiliki senjata, maka dengan apa kau membela diri?".

berkata Imam Ibnul Mubarak rahimahullah : penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yg ingin naik ke atap rumah tanpa tangga"

berkata pula Imam Syafii : "penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan pencari kayu bakar yg mencari kau bakar ditengah malam, yg ia membawa tali pengikatnya adalah ular berbisa dan ia tak tahu" (Faidhul Qadir Juz 4 hal 442)

dan masih banyak lagi, dan merupakan hal yg baku diantara para Muhadditsin bahwa mereka tak mengakui suatu ajaran/tuntunan ibadah dari seseorang ustaz/guru/ulama kecuali orang itu mempunyai sanadnya.

namun saudaraku, hal semacam ini tidak perlu dirisaukan untuk kita, karena ahlussunnah waljamaah telah mempunyai sanad dalam segala perbuatannya, ziarah, tawassul, istighatsah, tabarruk, maulid, tahlilan dlsb ini ada sanadnya, bersambung kepada Rasul saw, atau pada sahabat, atau pada para Muhadditsin, oleh sebab itu tak perlu risau.

semua guru guru/ustaz / ulama / kyai yg mengajarkan hal yg sama secara umum, dalam fiqihnya yg bermadzhab syafii, dalam masalah furu'iyah dll walaupun mereka mungkin ada yg tak mempunya sanad, namun apa yg mereka ajarkan itu sama, dan itu sudah cukup, karena perbuatan2 itu berlandaskan sanad.

yg mesti dirisaukan adalah ajaran baru semacam wahabii, syiah dan ajaran aneh lainnya ini, mereka tak punya sanad, hanya fatwa fatwa akal dan logika yg menyesatkan ummat,

maka disinilah senjata kita, maka oleh sebab itu saya selalu membahas dan mensyiarkan masalah sanad ini, agar ummat tidak tertipu kepada para penipu syariah itu, kembalilah pada bimbingan yg mempunyai sanad, jangan menuruti mereka yg sanadnya putus, karena sanad pada Buku tak diakui dalam syariah.

kita ahlussunnah waljamaah mempunyai sanad dan guru guru yg jelas sampai pada Nabi Muhammad saw dan para sahabat dan para Muhadditsin."

Demikian penjelasan yang saya ambil dari berbagai sumber
Insya Allah Akidah AlMujmalah akan saya taruh dalam bentuk PDF di blog ini.
Read More

Kamis, 23 Oktober 2008

Bantulah Saudaramu Yang Berbuat Dholim dan Yang diDholimi

21.28.00 0
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالَ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ (صحيح البخاري 

Sabda Rasulullah saw :
“Bantulah saudaramu yang berbuat dholim dan yang didholimi", mereka berkata : Wahai Rasulullah, kami mengerti membantu orang yang didholimi, namun bagaimana maksudmu kami membantu orang yang berbuat dholim..?, sabda Rasulullah saw : "genggam dan angkatlah kedua tangannya" (selamatkan ia agar menghindari perbuatan dholimnya)” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt, Maha Raja Langit dan Bumi, yang selalu mengundang hamba hamba Nya untuk dekat untuk mencapai keluhuran, untuk mencapai kesucian, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, Dialah (Allah Swt) Pemilik Alam Semesta dan Maha Memeliharanya, memelihara setiap kehidupan hingga (suatu) kehidupan menjadi sebab kehidupan lainnya, Dialah (Allah Swt) Maha Bercahaya, Maha Menerangi Alam Semesta dengan cahaya bintang bintang , matahari dan bulan. Maha Menerangi jiwa hamba Nya dengan iman, Maha Menerangi jiwa hamba Nya dengan khusyu’, Maha Menerangi jiwa hamba Nya dengan kalimat Tauhid, Maha Menerangi hamba hamba Nya dengan pengampunan sehingga para pendosa selalu dihibur untuk tidak putus asa dari Rahmat Nya. 

Demikianlah keindahan yang melebihi segenap keindahan, demikianlah kebaikan yang melebihi segenap kebaikan, demikianlah kasih sayang tunggal yang menamakan Dirinya Arrahman Arrahiim. Yang Maha Memiliki kenikmatan dunia dan akhirat, Yang Selalu dilupakan oleh hamba hamba Nya, yang selalu mengundang hamba Nya untuk selalu dekat dan hamba Nya selalu berpaling menolak dari kasih sayang Nya. Dan Dia (Allah Swt) tiada pernah bosan memanggil hamba Nya untuk mendekat kehadirat Nya. Untuk mencapai pengampunan Nya, untuk mencapai kasih sayang Nya hingga Dia (Allah Swt ) menamakan Dzatnya Yang Maha Menerima taubat, agar dikenal oleh hamba hamba Nya, inilah “Allah Swt”. Yang kebaikan dan maaf Nya melebihi segenap maaf hamba Nya.

Yang Maha Menerima Taubat dari zaman ke zaman, entah telah berapa banyak dosa dan kejahatan sepanjang zaman Nabiyullah Adam As hingga akhir zaman. Ribuan tahun di penjuru Barat dan Timur kejahatan dan dosa terus dilakukan dan Dia (Allah Swt) telah memaafkannya, dari zaman ke zaman bagi mereka yang ingin mendekat kehadirat Nya. Bagi yang ingin bertaubat dan mencapai Rahmat serta Kebahagiaan dunia dan akhirat. Telah sampai kita kepada tuntutan sang Pembawa Rahmatan lil Alamin, Sayyidina Muhammad Saw.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Telah bersabda Nabiyyuna Muhammad Saw, diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari “3 sifat yang barangsiapa memilikinya ia akan merasakan kenikmatan”. Kenikmatan apa yaitu “Kenikmatan Iman” adalah kenikmatan yang muncul dari sanubari yang lebih agung daripada kenikmatan dunia dan surga akhirat. Yang lebih manis daripada kenikmatan surga firdaus. Apa itu? yaitu kenikmatan iman. Kelezatan dalam doa dan munajat, kelezatan dalam khusyu’, ruku’ dan sujud. Mereka yang belum memahami kenikmatan ini tentunya bisa mengingkarinya tetapi mereka yang telah memahaminya, yang telah merasakannya akan lupa dengan semua kenikmatan yang ada di dunia dan akhirat daripada lezatnya kenikmatan bersama keridhoan Illahi.

Untuk siapa kenikmatan yang sedemikian indah dan berharga itu? bagi mereka yang pertama adalah “Allah dan Rasul lebih dicintainya daripada selain keduanya”. Tidak ada yang mengalahkan cintanya pada Allah dan Rasul. Mempunyai cinta terhadap teman, kerabat dan lainnya tapi tidak melebihi cintanya kepada Allah dan Rasul. Kita bertanya bagaimana seseorang bisa sampai cinta kepada Allah dan Rasul? seseorang tidak akan bisa cinta terkecuali telah mengenal kebaikan yang dicintainya. Ketika seseorang ingin sampai pada samudera cinta Allah dan Rasul, mestilah ia mendalami keindahan Allah dan Rasul. Ketika ia telah memahaminya tidak perlu dipaksa dan diberi tahu, ia sudah langsung tidak mencintai yang lain melebihi Allah dan Rasul. Kalau sudah tahu kebaikan Allah dan Rasul, kalau sudah tahu keindahan Allah dan Rasul Nya.

Allah Swt telah berfirman mengingatkan kita “ayahsabu an lam yarahuu ahad” (QS. Al Balad:7) apakah manusia itu mengira tidak ada Yang Maha Tunggal yang selalu melihatnya, “alam naj’al lahu 'ainain” (QS. Al Balad:8) bukankah Aku berikan untuk mereka 2 mata agar mereka melihat “wa lisanan wasyafatain” (QS. Al Balad:9) lidah dan kedua bibirnya “wa hadaynaahunnajdain” (QS. Al Balad:10) dan kami hadiahkan untuk mereka 2 jalan. Allah Swt tidak paksa, mau yang mana. Jalan kebaikan atau jalan kehinaan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surah Al Insan “hal ataa a’lal insaani hiinun minaddahri lam yakun syay'an madzkuura” (QS. Al Insan:1) bukankah telah datang waktu masa, dahulu bahwa manusia itu belum pernah ada. Belum pernah ada satu nama manusia pun di muka bumi, Allah sudah Maha Ada. 

“Inna kholaqnal insana minnuthfatin amsyajin nabtaliihi faja'alnaahu samii'an bashiraa“(QS. Al Insan:2) Kami yang menciptanya dari satu sel air mani dan Kami jadikan ia melihat dan mendengar. Adakah jasa yang lebih dari ini? Adakah jasa melebihi dari menciptakan kita dari sebutir sel yang tidak terlihat sampai menjadi manusia yang bisa melihat, bisa mendengar, berbicara, berbuat dan lain sebagainya. Dan masih tersimpan lagi kebahagiaan yang kekal dan abadi kelak. Dan hadirin hadirat selayaknya setiap muslim, jika ia mengenal kasih sayang Allah padanya, ia akan lebih mencintai Allah dan Rasul dari yang lain. Kenapa? karena yang paling baik kepadanya adalah Allah Swt. 

Seorang muslim. Apa itu muslim? seorang muslim itu adalah orang orang yang pasti sampai akan ke surga Nya (Allah Swt) walaupun terlambat karena dosa dosanya. Walau melewati neraka, walau melewati siksa kubur, walau melewati musibah dunia, walaupun melewati pedihnya sakaratul maut, walaupun puluhan ribu tahun di neraka, ia pasti sampai ke surga. Jadi seseorang ketika telah diberi hidayah oleh Allah di dalam islam maka dihadapannya surga. Cepat atau lambat ia sampai kepada kebahagiaan yang kekal itu dan ketika ia sampai kepada kebahagiaan Allah Swt yang kekal itu, ia akan lupa dengan semua musibah sebelumnya. Seperti orang yang terakhir sekali masuk surga. Ketika ia ditanya jika ia dihadapkan pada Dzatnya Allah Swt, melihat keindahan Allah, melihat kasih sayang Allah, “hamba Ku berapa lama engkau berada di dalam api neraka?”. Ia berkata “aku tidak pernah merasakan siksa neraka”, kenapa? lupa dengan lezatnya berhadapan dengan Allah Swt. 

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Seorang muslim, tanda bahwa ia sebagai seorang muslim berarti ia telah dilamarkan oleh Allah untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. Jadi kita muslimin muslimat ini mesti memahami bahwa tidak ada yang lebih memanjakan kita melebihi Allah Swt. Tapi musibah datang padaku siang dan malam, tapi aku selalu ditimpa kesulitan. Ini semua kalau engkau telah melihat pintu surga, kau lupa semuanya. Dan disaat itu kita paham, ternyata betul Yang Maha Baik adalah Allah, Yang Maha Indah adalah Allah, Yang Maha Ada adalah Allah, Yang Maha Bercahaya adalah Allah.

(yg kedua) Dan tiada ia mencintai seseorang karena Allah dan Rasul Nya. Yang mencintai sesorang karena cintanya kepada Allah dan Rasul. Kenapa? sudah terlanjur cinta pada Allah dan Rasul. Kalau seseorang sudah cinta pada sesuatu ia tidak mau mencintai yang lain kecuali terikat dengan kekasihnya ini. Cinta dengan fulan, temannya, kekasihnya, ayahnya, ibunya atau gurunya atau siapapun. Tapi kalau ia mau mencintai yang lain, pasti ia lihat dulu yang paling ia cintai. Bagaimana ini orang yang paling ia cintai senang atau tidak selama ini, kalau tidak ia tidak mau mencintai orang lain karena yang paling ia cintai ialah seorang itu. 

Demikian orang yang mencintai Allah dan Rasul, ia tidak akan menemukan kebaikan melebihi Allah dan Rasul. Dan tentunya sang pembawa kasih sayang Allah, Sayyidina Muhammad Saw. Orang yang paling indah budi pekertinya (Nabi Saw), orang yang paling sopan dan membela kita sampai tidak ada lagi pembela. Sampai semua kekasih lupa dengan kita dan tidak mau dekat dengan para pendosa. Beliau (Nabi saw) yang di alam dunia seakan tidak kenal dengan kita, namun di alam akhirat berjuang untuk selamatnya kita dari api neraka. Tidak mau beliau (Nabi saw) puas kalau masih ada umatnya (Nabi saw) yang berada di dalam neraka. Itulah idola, inilah kekasih dan yang berhak dicintai yang dengan mencintainya berlimpah ruahlah Rahmat Nya (Allah Swt).

Sebagaimana ucapan syair “semua orang yang mencintai Nabi saw berada di dalam keamanan dan keselamatan”.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu Rasul saw mendoakan orang orang yang beliau cintai. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, Rasul saw mendoakan Sayyidina Anas bin Malik “wahai Allah limpahkan keberkahan dan kekayaan untuk Anas bin Malik”. Jangan kira Rasul saw tidak pernah mendoakan sahabat untuk kaya. Ada doa Rasul saw yang mendoakan para sahabat agar kaya raya, diantaranya Anas bin Malik. Wahai Allah perbanyaklah hartanya, dan perbanyak keturunannya, dan juga limpahkan keberkahan pada semua yang Engkau berikan kepadanya.

Riwayat Shahih Bukhari dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam ktabnya Fathul Bari bahwa Anas bin Malik panjang usianya sampai memiliki 100 orang cucu lebih dan kekayaannya luar biasa. Bukan hanya kekayaan luas tapi juga keberkahan. Anas bin Malik di dalam Fathul Bari dijelaskan mempunyai banyak anak dan sawah, mempunyai ladang dan semuanya berwangi misik. Itu ladang ladang dan sawahnya Anas bin Malik wangi misik disebabkan doanya Nabiyyuna Muhammad Saw agar dilimpahi keberkahan. Demikian indahnya Nabiyyuna Muhammad Saw mendoakan orang orang yang cinta kepada beliau dan beliau pun mencintai seluruh umatnya (Nabi saw). 

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, hadits yang baru saja kita dengar tadi dan yang baru kita baca bersama. “Unshur akhaaka dhaaliman aw madhluuman”, bantu saudara saudaramu itu yang dholim dan yang terdholimi. Para sahabat bingung dan bertanya “Ya Rasulullah kalau orang yang didholimi, kami paham kalau disuruh bantu tapi kalau orang dholim disuruh bantu, bagaimana caranya?”. Orang dholim disuruh bantu oleh Rasul, “bantu orang yang dholim dan orang yang didholimi”. Rasul saw berkata “cara Bantu orang yang dholim itu, selamatkan ia dari kedholimannya, angkat kedua tangannya”, Subhanallah!! Seakan akan orang kalau jatuh, maka pegang kedua tangannya. Maksudnya Sang Nabi saw adalah begitu, berbudi pekerti kepada semua orang bahkan pada orang yang dholim untuk diselamatkan dari kedholimannya. Adakah orang yang paling indah tuntunannya dari Sayyidina Muhammad Saw.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, ketika Rasul saw didatangi oleh salah seorang yang tua renta, miskin dan sudah tua renta datang bersama anaknya. ingin dapat bagian daripada shadaqah, minta bagian shadaqah. Ayahnya sudah bilang pada anaknya “wahai anakku pagi ini ada pembagian shadaqah fuqara oleh Rasulullah saw tapi kita datang nanti sore saja wahai anakku”. Anaknya berkata “wahai Ayah, kalau nanti sore keburu selesai, pembagian shadaqah sudah habis dan kita tidak dapat bagian”. Maka ayahnya berkata “tidak, Rasul saw itu tidak lupa pada para fuqara”. Subhanallah!! Sore harinya baru datang, betul sudah bubar pembagian shadaqah, tidak ada lagi yang membagi bagikan shadaqah. Rasul saw sudah masuk ke rumah . “wahai Ayah betulkan Rasul saw sudah masuk ke rumahnya”, maka berkatalah Ayahnya “panggilkan Rasulullah untukku”, anaknya berkata “Ayah..? Rasulullah ku panggil untukmu..? hanya untuk terima shadaqah, kenapa tidak dari tadi pagi kalau seandainya mau ambil shadaqah”. Ini Rasulullah sudah masuk dan pembagian shadaqah sudah selesai. Ayahnya berkata “wahai anakku Rasulullah itu bukan pemimpin yang bengis, panggil saja”. Maka berkata anaknya “ya Rasulullah ini Ayahku datang meminta bagian dari pembagian fuqara”, sambil malu anak itu. Keluar Rasul dengan senyum, maka ayahnya berkata “ya Rasulullah apakah masih ada bagian untukku?”, Rasul saw berkata “Na’am Na’am”, sudah kusiapkan untukmu, kalau kau tidak datang tadi mau aku antarkan sendiri”. Demikian indahnya budi pekerti Sang Nabi saw.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, ketika salah seorang dari para fuqara, Rasul saw sedang membagi bagikan shadaqah selesai dan ingin masuk rumah, ada satu orang belum mendapat bagian. Ditarik bajunya Rasul saw sampai merah leher beliau karena kerasnya tarikan itu dan ia berkata “mana itu harta Nya (Allah Swt) yang ada padamu?” Ini orang sudah minta bagian shadaqah tapi akhlaqnya tidak ada. Tidak berkata “mana yang harta milikku” tapi “punya Allah”, bukan punyamu itu harta tapi punya Allah. Mana bagianku dari punya Allah yang ada di sisimu?”. Maka Rasul saw tersenyum, tertawa. Beliau tersenyum sampai terlihat gigi beliau dari lebarnya senyum beliau dan disuruh beri pada orang yang susah itu. 

Demikian indahnya budi pekerti Rasulullah saw. dan Rasul saw bersabda “barangsiapa yang melihat aku di dalam mimpinya sungguh ia telah melihat aku dan syaithan tidak bisa menyerupai aku”.

Beliau juga bersabda riwayat Shahih Bukhari “barangsiapa yang melihat aku di dalam tidur akan jumpa dengan aku dalam keadaan terjaga”.

Permasalahan ini saya bahas karena banyak pertanyaan saudara kita yang mengingkari mimpinya Rasulullah saw sehingga sebagian saudara kita mengatakan bahwa mimpi Rasul saw itu harus mengerti hadits. Kalau tidak mengerti bagaimana bentuk wajahnya Rasulullah dan tidak belajar haditsnya bagaimana wajahnya Rasulullah berarti mimpi Rasul saw adalah dusta. Karena ia tidak tahu mimpi Rasul saw itu seperti apa? ini dijawab oleh Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam Fathul Bari bahwa sedemikian banyak ikhtilaf para muhadditsin, beliau menukil ucapan Imam Qadhi Iyadh … dan Imam Nawawi bahwa orang yang bermimpi Rasul saw ia benar benar telah melihat Rasul saw. Sebagaimana sabda Rasul “yang melihat aku sunggu melihat aku”.

Jika yang terlihat bentuknya berbeda ataupun mempunyai kekurangan itu adalah cermin dari hatinya yang kurang sempurna. Bukan mimpi Rasul saw yang dituduh sebagai mimpi dusta tapi dirinya yang mimpi itu sendiri yang penuh kekurangan jika melihat Rasul saw tidak sempurna. Misalnya cacat atau lainnya. Demikian Imam Ibn Hajar juga menjelaskan sabda Rasul saw “barangsiapa yang melihat aku dalam mimpi, ia akan melihat aku dalam keadaan jaga”. Berarti bukan dalam keadaan tidur. Ini Al Imam Nawawi mengatakan sebagian ulama yang dimaksud adalah nanti di hari kiamat tapi pendapat yang lebih kuat adalah orang yang mimpi Rasul saw akan melihat Rasulullah saw sebelum ia wafat di dalam keadaan jaga. Al Imam Ibn Hajar mengatakan hal ini tidak mustahil karena menukil salah satu riwayat yang tsigah ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Sayyidatuna Aisyah ra tentang wajahnya Rasul saw itu seperti apa? itu disaat Rasul saw sudah wafat. Maka Sayyidatuna Aisyah ra memperlihatkan cermin yang selalu Rasulullah pakai untuk bercermin ketika masa hidupnya. Berkata Aisyah “ini lihat”, ketika sahabat itu melihatnya yang terlihat wajah Rasulullah saw di cermin itu. Bukan wajahnya tapi wajahnya Rasulullah saw. bahwa sejak cermin itu dipakai oleh Rasul, tidak mau mencerminkan wajah yang lainnya terkecuali wajah Nabi Muhammad saw. Maka Sayyidatuna Aisyah ra kalau rindu dengan Rasul, ia melihat cermin itu. Cermin kan bukan foto tapi ternyata cermin itu tidakmau menangkap gambar wajah yang lain setelah diapaki bercermin oleh Nabiyyuna Muhammad saw. Demikian riwayat Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari. 

Jelaslah sekarang bahwa Allah Swt banyak memuliakan umat ini dengan perjumpaan ruh mereka dengan ruhnya Rasulullah saw. Maka tentunya kita semua berharap kita semua adalah orang yang selalu berjumpa dengan Rasul saw dalam mimpi kita dan dalam jaga kita. Tapi satu hal yang perlu saya peringatkan, jangan sampai seseorang menganggap mimpi mimpi dan ia tertipu dengan keinginan untuk mimpi. Mimpi belum dapat, yang ada putus asa. Rasul saw bersabda ketika Sayyidina Abdullah bin Umar ra mengadu melihat para sahabat yang mimpi tentang Rasaw. Bicara aku mimpi ini, mimpi itu dan Abdullah bin Umar berkata “duh kalau aku ini orang shalih pasti aku mimpi juga”. Maka tidak lama Abdullah bin Umar mimpi juga sesuatu tentang surga. Datang kepada Rasul saw, Rasul mengingatkan “wahai Abdullah kau ini disebut orang shalih bukan karena mimpi tapi karena kau banyak melakukan qiyamullail”. Demikian sabda Nabiyyuna Muhammad Saw menenangkan Abdullah bin Umar. Dan kita jangan salah sangka jadi qiyamullail itu adalah kemuliaan orang orang yang shalih. Hadirin ketika seseorang itu shalih maka Allah akan berikan kekuatan Illahi dan pertolongan kepadanya walaupun ia sakit dan lemah. 

Penyampaian saya berakhir karena dalam salah satu riwayat Shahih Bukhari Rasul saw menceritakan kejadian istrinya Nabiyullah Ibrahim as, Sayyidatina Sarah alaiha salam ketika dibawa ke sebuah kerajaan yang padanya banyak tinggal orang yang dholim dan rajanya adalah raja yang dholim. Sayyidatina Sarah dibawa kesitu dan oleh raja diminta untuk menghadap ke istana. Nabi Ibrahim diam, kenapa suami biarkan istrinya dibawa oleh pasukan. Nabi Ibrahim sudah diilhami oleh Allah Swt untuk tidak berbuat apa apa dan membiarkan istrinya dibawa oleh raja yang dholim untuk menguji imannya Siti Sarah. Maka Siti Sarah alaiha salam dibawa menghadap raja yang bengis. In imau diapakan sekarang, mau dijadikan budak, dijadikan gundik atau lainnya sedangkan ia adalah kafir, orang yang tidak masuk islam. Sayyidati Sarah seorang wanita berhadapan dengan seorang raja dholim, raja bengis. Ia pun berwudhu, setelah wudhu ia berdoa“Wahai Allah kalau seandainya imanku ini Kau terima, jangan Kau kuasakan untukku orang kafir”. Jangan sampai orang kafir menguasai aku kalau seandainya Kau terima imanku. Bagaimana kejadiannya?, sehingga diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa ketika Sayyidatina Sarah berhadapan dengan raja itu, gemetar raja itu dan jatuh diatas lututnya kareana tidak mampu berdiri. Kenapa? Allah guncang jiwanya. Siapa Sayyidati Sarah, apakah ia bawa pasukan dan senjata? ia seorang wanita yang lemah tapi ia mempunyai kekuatan terbesar yaitu doa. Karena doa adalah kekuatan terbesar di alam semesta, karena doa menundukkan segala kekuatan karena doa itu adalah berpadunya kekuatan dari Allah Jalla wa Alla. Berarti kita tidak perlu usaha, tapi usaha yang disertai doa berarti usaha yang disertai kekuatan Allah Swt.

Demikian hadirin hadirat kita bermunajat,
Semoga Allah Swt melimpahkan kepada kita dan kemuliaan kepada kita sampai kita mengenal indahnya Allah dan Rasul Nya. Dan Dialah (Allah Swt) Yang Paling Berhak untuk dicintai. Hadirin hadirat kita bermunajat Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Wahai Yang Maha Bercahaya sepanjang waktu dan zaman, Wahai Yang Tiada pernah terbenam Cahaya Nya sepanjang alam semesta hingga alam ini berakhir.Wahai Yang Membagi bagikan ketenangan, kesejukkan, kebahagiaan kepada seluruh penduduk Barat dan Timur sepanjang zaman, Wahai Nama Yang Terindah yang mengawali segala keindahan, Wahai Nama Yang Paling Berwibawa mengungguli segenap kewibawaan, Wahai Maha Raja Tunggal, Wahai Yang Maha Abadi, Wahai Yang Menciptakan kami dari ketiadaan, Wahai yang telah mengumpulkan kami sebagai kelompok muslimin, Wahai yang telah mencalonkan kami sampai kepada surga Mu yang kekal, muliakan kami dengan ketenangan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Tenangkan jiwa kami dengan kesejukkan iman, sampaikan kami kepada lezatnya iman.

Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Dzaljalali wal ikram

Hadirin – hadirat kita memanggil Nama Allah sebagaimana sabda Rasul riwayat Shahih Muslim “ la ta kubusa’ah hatta” Tiada akan datang hari kiamat selam masih ada di bumi yang menyebut Nama Allah Allah. Menunjukkan musibah terbesar yang menghancurkan alam semesta, masih tertahan kalau ada yang memanggil Nama Allah Allah. Oleh sebab itu kita memanggil Nama Allah sambil berdoa seluruh hajat, seluruh apa yang kau inginkan, sampaikan kepada Yang Maha Mendengar, tenggelamkan ke dalam samudera keagungan Nama Nya

Faquuluuu (ucapkanlah) Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah

Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Tidak lupa kita doakan para tamu tamu kita, Al Habib Ahmad bin Hamid Aidid semoga dilimpahi keberkahan, Al Habib Musthofa Mauladdawilah semoga dilimpahi keberkahan, H. Jamhur beserta keluarga dan H. Abdul Latif beserta keluarga dan kedua mempelai semoga dilimpahi keberkahan dan para Ayahanda kami dari KUA semoga dilimpahi keberkahan dhahiran wa bathinan dan atas semua kita yang hadir. 

Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam. 
Walhamdulillahi Rabbil Alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

www.majelisrasulullah.org

Read More

Antara Usman Bin Affan dan Faraq Fouda

02.09.00 0
Oleh Adian Husaini 
 

Kebiasaan kaum liberal adalah senang tampil beda. Jika ulama malarang, mereka justru membolehkan. Jika ulama mengecam penghina Nabi dan sahabat, mereka justru membelanya. 

Tampaknya, ada sifat yang khas dari kaum liberal di Indonesia. Mereka senang dengan hal-hal yang nyeleneh dan asal beda dengan umat Islam pada umumnya. Orang Jawa bilang: yang penting Waton suloyo alias WTS atau asal beda. Jika umat Islam menolak Ahmadiyah, mereka malah mendukung Ahmadiyah. Umat Islam mendukung RUU Anti-pornografi, mereka justru menolaknya. Jika umat Islam mengecam perkawinan sesama jenis, mereka justru mendukungnya. Umat Islam menolak perkawinaan antar-agama, tapi mereka malah mempromosikannya. 

Umumnya umat Islam membanggakan sejarahnya yang gemilang. Tapi, kaum liberal senang tampil beda. Mereka senang jika umat Islam malu dengan sejarahnya sendiri. Yang penting beda! Jika ada hal yang dianggap baru, dan datang dari kaum liberal di luar, lalu ditelan begitu saja. Yang penting liberal, dan sok kritis terhadap Islam. Ketika muncul seorang lesbian seperti Irshad Manji, maka mereka sambut dengan gegap gempita. Nong Darol Mahmada, aktivis liberal alumnus Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta menulis artikel di Jurnal Perempuan (nomor 58) berjudul: "Irshad Manji, Muslimah Lesbian yang Gigih Menyerukan Ijtihad." 

Kita pernah membahas, bagaimana naifnya pujian yang berlebihan terhadap Irshad Manji. Tapi, mereka tidak peduli. Setelah mempromosikan Irshad Manji, kini kaum liberal di Indonesia sedang gandrung dengan idola baru bernama Farag Fouda. Yayasan Wakaf Paramadina menerbitkan edisi kedua karya Farag Fouda berjudul Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin. Judul aslinya adalah al-Haqidah al-Ghaibah. 

Tampaknya, buku Fouda sedang digandrungi oleh kaum liberal. Di berbagai forum mereka mempromosikan buku ini. Katanya, ini buku yang hebat, yang menunjukkan "kebenaran" yang selama ini disembunyikan oleh para sejarawan Muslim. Di negara asalnya, Fouda memang sempat membuat berita besar, saat ia mati terbunuh pada 8 Juni 1992. Lima hari sebelumnya, 3 Juni 1992, sejumlah ulama al-Azhar menyatakan Fouda telah murtad karena banyak menghujat Islam. 

Menyambut kampanye penyebaran buku Fouda tersebut, Jumat (17 Oktober 2008) lalu, bertempat di Masjid al-Furqan, Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia menggelar Tabligh Akbar. Tampil sebagai pembicara utama adalah Asep Sobari Lc, peneliti bidang sejarah di INSISTS. Sebelumnya, Asep Sobari sudah meluncurkan analisis kritisnya terhadap karya Fouda ini di situs hidayatullah. com. Tapi, dalam acara Tabligh Akbar, alumnus Universitas Madinah itu mengupas lebih tajam lagi berbagai kecurangan dan kesalahan Fouda dalam mengutip kitab-kitab rujukan dari Thabari dan Ibn Saád. Sejumlah bagian dari naskah edisi Indonesia, dibandingkan langsung dengan naskah asli karya Fouda serta kitab-kitab rujukan Fouda. Dengan cara seperti itu, tampak jelas dimana letak kecurangan dan kelemahan buku Fouda tersebut. 

Karena itu, kita kemudian memang cukup keheranan dengan berbagai pujian terhadap buku ini. Khususnya yang dilakukan oleh orang yang bergelar guru besar bidang sejarah. Prof. Dr. Azyumardi Azra, Guru Besar Sejarah dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah ini, memuji-muji buku Fouda: 

"Karya Farag Fouda ini secara kritis dan berani mengungkapkan realitas sejarah pahit pada masa Islam klasik. Sejarah pahit itu bukan hanya sering tak terkatakan di kalangan kaum Muslim, tapi bahkan dipersepsikan secara sangat idealistik dan romantik. Karya ini dapat menggugah umat Islam untuk melihat sejarah lebih objektif, guna mengambil pelajaran bagi hari ini dan masa depan".

Lebih "hebat" lagi pujian dari Prof. Dr. Syafi`i Maarif, Guru Besar Filsafat Sejarah, Universitas Nasional Yogyakarta (UNY): 

 
"Terlalu banyak alasan mengapa saya menganjurkan Anda membaca buku ini. Satu hal yang pasti: Fouda menawarkan "kacamata" lain untuk melihat sejarah Islam. Mungkin Fouda akan mengguncang keyakinan Anda tentang sejarah Islam yang lazim dipahami. Namun kita tidak punya pilihan lain kecuali meminjam "kacamata" Fouda untuk memahami sejarah Islam secara lebih autentik, obyektif dan komprehensif" .

Dengan gamblang, Asep menunjukkan bagaimana Fouda telah sengaja mengambil sejumlah riwayat yang lemah dan tidak jelas sumbernya untuk mendukung opininya. Lalu, dia katakan itu sebagai fakta sejarah. Padahal, faktanya tidak begitu. Kecurangan yang sangat jelas, misalnya, dalam kasus sahabat Utsman bin Affan r.a. Dengan mengutip riwayat-riwayat yang lemah, Fouda telah membangun citra yang sangat buruk terhadap menantu Rasulullah saw tersebut. 

Karena isinya semacam itu, tidak heran jika tokoh liberal, Goenawan Mohamad pun bersorak gembira dengan terbitnya buku ini. Catatan Goenawan di Majalah TEMPO dijadikan epilog buku ini. Ketajaman pena wartawan kawakan ini digunakan untuk mempertajam lagi gambaran hitam fitnah Fouda terhadap sahabat Rasulullah saw yang mulia ini. Simaklah uraian Goenawan tentang Sayyidina Usman bin Affan r.a. dalam kolomnya: 


"Mereka tak sekadar membunuh Usman. Menurut sejarawan al-Thabari, jenazahnya terpaksa "bertahan dua malam karena tidak dapat dikuburkan." Ketika mayat itu disemayamkan, tak ada orang yang menyalatinya. Jasad orangtua berumur 83 tahun itu bahkan diludahi dan salah satu persendiannya dipatahkan. Karena tak dapat dikuburkan di pemakaman Islam, khalifah ke-3 itu dimakamkan di Hisy Kaukab, wilayah pekuburan Yahudi. Tak diketahui dengan pasti mengapa semua kekejian itu terjadi kepada seorang yang oleh Nabi sendiri telah dijamin akan masuk surga. Fouda mengutip kitab al-Tabaqat al-Kubra karya sejarah Ibnu Saád yang menyebutkan satu data menarik: khalifah itu agaknya bukan seorang bebas dari keserakahan. Tatkala Usman terbunuh, dalam brankasnya terdapat 30.500.000 dirham dan 100.000 dinar."

Tampaknya Goenawan tidak mengecek sendiri pada kitab al-Thabari dan Ibn Saád. Dia taklid buta pada Fouda. Dengan penggambaran Goenawan Mohamad seperti itu terhadap Usman r.a., kita dapat menangkap pesan, bahwa Khalifah ketiga dari Khulafaurrasyidin itu adalah seorang yang hina, sial, dan serakah. Goenawan seperti sedang mengejek umat Islam yang senantiasa berdoa untuk Rasulullah saw dan para sahabatnya: "Wahai umat Islam, orang yang kalian puja dan doakan itu adalah manusia brengsek. Kalian selama ini telah tertipu. Ada kebenaran yang hilang; ada fakta sejarah yang selama ini disembunyikan! " Maka, judul yang ditulis untuk buku Fouda ini adalah "Kebenaran yang hilang". 

Kita paham, kaum liberal seperti Goenawan Mohamad ini sedang menertawai umat Islam melalui buku Fouda. Seolah-olah, selama ribuan tahun, umat Islam tolol semua. Para ulama Islam telah melakukan kecurangan, menyembunyikan fakta sejarah tentang sahabat nabi. Seolah-olah, para orang tua Muslim telah salah mengajar anak-anaknya untuk mencintai Rasulullah saw dan para sahabatnya. Padahal, kata mereka, sahabat Nabi yang diagung-agungkan dan senantiasa didoakan umat Islam itu ternyata juga manusia serakah, manusia busuk! 

Pesan penting lain yang disampaikan Goenawan melalui kolomnya adalah pembelaan terhadap Fouda. Ia memuji Fouda. Ia menyesali kematian Fouda. Sebab, Fouda termasuk jajaran kaum sekular-liberal. "Ia mempersoalkan keabsahan posisi khilafah. Ia pengganggu kemutlakan," tulis Goenawan tentang Fouda. Tapi, penyesalan itu bukan untuk Usman r.a.. Goenawan termakan cerita Fouda, bahwa Usman r.a. adalah manusia brengsek, serakah, dan haus kekuasaan. Karena menolak turun dari jabatannya, maka Usman terbunuh. "Maka perkara jadi runcing dan mereka mengepung Usman – lalu membunuhnya, lalu menistanya," tulis Goenawan. 

Usman bin Affan adalah manusia hina. Itu fakta, kata mereka Sumber berita untuk mencaci maki sahabat Nabi itu hanya satu: Farag Fouda. "Kaum "Islamis" tak pernah menyebut peristiwa penting itu, tentu," ejek Goenawan. Syafii Maarif juga cukup rajin mempromosikan buku Fouda ini. Seperti yang ditulisnya di sampul belakang buku ini: Fouda telah memahami sejarah Islam secara lebih autentik, obyektif dan komprehensif. Azyumardi Azra juga menyebut apa yang disajikan oleh Fouda sebagai "realitas sejarah". 

Sebagai Muslim yang beriman akan kejujuran Nabi Muhammad saw, tentu iman kita tertantang dengan pemaparan tentang Sayyidina Usman versi kaum liberal ini. Benarkah Usman r.a. memang manusia hina dan bejat seperti digambarkan Fouda dan Goenawan Mohamad? Padahal, begitu banyak hadits Nabi yang menyebutkan tentang keutamaan Usman bin Affan. Maka, kita ditantang: percaya pada Nabi Muhammad saw atau percaya pada Farag Fouda? 

Untuk itu, cara terbaik adalah mengecek langsung sumber-sumber asli yang dikutip Fouda. Hasil penelitian Asep Sobari menunjukkan, ada kelemahan metodologis dan kecurangan yang sangat serius dari Fouda dalam mengutip sumber-sumber aslinya. Misalnya, tentang riwayat keterlambatan penguburan jenazah Usman bin Affan, Fouda hanya mengambil satu riwayat yang lemah dalam karya al-Thabari. Padahal, ada delapan versi lain yang juga disebutkan dalam kitab itu. Tapi, Fouda sama sekali tidak menyinggungnya. 

Bahkan, dalam al-Thabaqat al-Kubra, karya Ibn Sa'ad, disebutkan beberapa riwayat dari `Amr bin Abdullah dan al-Waqidi yang jelas-jelas menyatakan Usman dimakamkan langsung pada malam harinya di Baqi` (al-Thabaqat, 3/77-78). Jadi, dengan hanya menyebut satu riwayat yang lemah, Fouda jelas-jelas melakukan upaya menipulasi data sejarah dengan membuat kesan seolah-olah hanya ada riwayat itu saja. 

Cara penulisan sejarah seperti ini tentu tidak komprehensif. Maka, ajaib, jika Profesor sejarah justru memuji-muji buku ini. Sama ajaibnya dengan wartawan senior yang malas melakukan cek dan ricek terhadap sumber-sumber referensi yang dipakai Fouda. Mungkin hanya karena cerita picisan Fouda itu sesuai dengan seleranya, maka dia langsung menelan begitu saja cerita tentang kebejatan Usman r.a.. 

Dalam paparan slide-nya saat Tabligh Akbar di Masjid Dewan Da'wah, Asep Sobari menampilkan naskah asli dari al-Thabari yang sama sekali tidak menyebutkan areal pemakaman Hasy Kaukab sebagai areal pemakaman Yahudi. Tapi, dalam naskah asli buku Fouda, ada tambahan bahwa Hasy Kaukab (bukan Hisy Kaukab) adalah areal pemakaman Yahudi. Ini juga merupakan tindakan yang tidak etis dalam penulisan ilmiah. Apalagi ini menyangkut martabat seorang sahabat Nabi yang sangat dihormati oleh Nabi Muhammad saw dan juga umat Islam secara keseluruhan. 

Apakah Usman bin Affan seorang yang serakah karena meninggalkan banyak uang seperti dikatakan Goenawan Mohamad? Asep Sobari menunjukkan data yang menarik tentang kesuksesan bisnis Usman r.a. dan kedermawanannya. Sejumlah riwayat yang dituturkan Ibn Hajar memberi gambaran kekayaan Usman. Di antaranya, pada permulaan masa hijrah, kaum muslim di Madinah kesulitan mendapat air bersih. Saat itu, hanya ada mata air Rumah yang tersedia dan itupun harus dibeli. Usman r.a. akhirnya membeli sumur itu dan mewakafkannya untuk umat Islam. Ketika ada rencana perluasan masjid Nabawi di masa Nabi saw dan dana kas negara tidak mencukupi, Rasulullah saw mengumumkan pengumpulan dana. Maka Usman r.a. segera membeli tanah untuk perluasan tersebut seharga 25.000 dirham. Ketika Nabi saw menghimpun dana guna membiayai perang Tabuk yang terjadi di masa paceklik, Usman r.a. mendermakan 1000 dinar, 940 ekor unta dan 40 ekor kuda (al-Khilafah al-Rasyidah min Fath al-Bari, hlm. 453-458).

Seiring dengan geliat kemajuan ekonomi di masa Umar, bisnis Usman bin Affan pun semakin berkembang dan asetnya bertambah besar, jauh di atas rata-rata kaum muslimin lainnya. Imam Bukhari (hadits no. 3059) menggambarkan, ketika kekayaan negara berupa hewan ternak semakin banyak, Umar terpaksa membuat lahan konservasi eksklusif (al-Hima), dan berkata kepada pegawainya, "Izinkan para pemilik ternak untuk menggembala di al-Hima, tapi jangan sekali-kali mengizinkan [Abdurrahman] bin Auf dan [Usman] bin Affan. Karena jika seluruh ternak mereka berdua binasa, mereka masih punya kebun dan ladang". 

Jadi, Usman r.a. memang seorang pengusaha sukses, kaya raya dan sangat dermawan. Jangankan hartanya, nyawanya pun telah dipertaruhkan untuk Islam. Ia terjun langsung dalam berbagai peperangan. Tidak masuk akal, manusia mulia seperti ini lalu menjadi orang yang serakah terhadap dunia. Tidaklah sepatutnya pribadi mulia seperti Usman bin Affan itu disejajarkan dengan seorang Farag Fouda. Jika ada sebagian sisi lemah Usman r.a. dalam kebijakan politiknya, maka Usman memang seorang manusia. Tapi, tidaklah komprehensif melihat kepemimpinan Usman hanya dari sebagian sisi lemahnya saja. Berbagai prestasi besar – dalam politik, ekonomi, dan pendidikan – telah dicapai dalam masa 12 tahun kepemimpinan Usman bin Affan r.a. 

Selama ratusan tahun, para sejarawan Muslim telah mencurahkan segenap tenaga untuk menulis sejarah tentang para sahabat Nabi Muhammad saw. Tidak ada kebenaran yang disembunyikan, seperti tuduhan Fouda yang diamini begitu saja oleh sejumlah tokoh liberal di Indonesia. Sebab, sumber-sumber sejarah itu tetap terbuka untuk diteliti, oleh siapa saja. Silakan Goenawan Mohammad, Azyumardi Azra, dan Syafii Maarif menelitinya sendiri. Jangan bertaklid begitu saja kepada Fouda. Jangan mengerdilkan keilmuan Anda sendiri! Aneh, jika kematian Fouda disesali, tetapi kematian Usman bin Affan justru dianggap wajar. Sebab, Fouda adalah pejuang HAM, sedangkan Usman r.a. adalah manusia hina dan serakah! 

Semestinya, para ilmuwan dan cendekiawan ini membaca juga banyak buku lainnya tentang cerita seputar konflik diantara sahabat Nabi. Thaha Jabir Ulwani, misalnya, dalam bukunya Adabul Ikhtilaf fil Islam, memaparkan data-data perbedaan bahkan konflik diantara sahabat Nabi. Mereka adalah manusia. Tapi, yang sangat indah adalah bagaimana cara mereka menghadapi dan menyelesaikan konflik. Umat Islam justru bisa belajar dari sejarah semacam itu. Sebab, dalam kehidupan manusia, ada saja orang-orang yang berbuat jahat dan mengeruhkan suasana. Terjadinya kekacauan dan pembunuhan terhadap Usman bin Affan r.a. tidak bisa begitu saja ditimpakan kesalahannya kepada Usman r.a. Begitu juga, martabat Ali bin Abi Thalib r.a. tidak kemudian menjadi rendah karena di masanya terjadi pergolakan. 

Sebagai Muslim, kita tentu tidak sudi mengikuti jejak orang-orang yang mudah menghina sahabat Nabi saw. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang sangat disayangi oleh Nabi kita, Muhammad saw. Kita pun tak suka sahabat kita dicaci maki. Kaum liberal juga tidak suka jika idolanya diungkapkan keburukannya setelah kematiannya. Mereka katakan, itu tidak etis. Tapi, jika penghinaan dan pelecehan itu dilakukan terhadap sahabat Nabi, seperti Usman bin Affan r.a., mereka justru bertepuk tangan. 

Maka, kita tak akan bosan-bosan mengimbau kepada semua pihak yang telah semena-mena mencaci maki sahabat Nabi yang mulia: beristighfarlah dan bertobatlah sebelum terlambat! [Yogyakarta, 18 Oktober 2008/www.hidayatullah. com]
Read More

Rabu, 22 Oktober 2008

Karena Muhammad

18.50.00 3
Kalau bukan karena Muhammad Rasulullah, tidaklah Allah ciptakan segala sesuatu. Muhammad Rasulullah telah diciptakan sebelum segala sesuatu, dan segala sesuatu diciptakan dari tetesan Nur Muhammad yang terang benderang. Kemudian namanya dituliskan di samping Nama Allah di gerbang surga. Hanya Nama Muhammad yang dituliskan bersama Asma Allah. Laa ilaaha illallah, Al-Malik Al-Haqq Al-Mubin, Muhammad Rasulullah Ash-Shadiq Al-Wa’di Al-Amin. Setiap manusia tidak bisa dianggap beriman kalau belum mencintai Allah dan Muhammad Rasulullah SAW. Telah banyak peristiwa terjadi dengan nama Muhammad. Telah banyak hal tidak terjadi demi Muhammad. Rahmat diluaskan kepada alam semesta melalui Muhammad Rasulullah, dan mushibah di angkat demi Muhammad Rasulullah SAW.

Nabi Adam as telah melanggar satu larangan Allah hingga dikeluarkan dari surga. Maka beliau diampuni karena menyebut nama Muhammad dalam do’anya.

Dari Umar ra. Ia berkata: Rasulullah SAAW bersabda, “Tatkala Adam melakukan kesalahan, dia berkata: “Wahai Rabbku, aku memohon kepada-Mu dengan haq Muhammad akan dosa-dosaku, agar Engkau mengampuniku.” Lalu Allah berfirman: “Wahai Adam, bagaimana kamu mengenal Muhammad sedang Aku belum menciptakannya (sebagai manusia) ?” Adam menjawab: “Wahai Rabbku, tatkala Engkau menciptakanku dengan Tangan-Mu dan meniupkan ruh-Mu ke dalam diriku, maka Engkau Mengangkat kepalaku, lalu aku melihat di atas kaki-kaki arsy tertulis ‘Laa Ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah’ sehingga aku tahu bahwa Engkau tidak menambahkan ke dalam Nama-Mu kecuali makhluq yang paling Engkau cintai.” Lalu Allah Berfirman: “Benar engkau wahai Adam, sesungguhnya Muhammad adalah makhluq yang paling Aku cintai, berdoalah kepadaku dengan haq dia, maka sungguh Aku Mengampunimu. Sekiranya tidak ada Muhammad, maka Aku tidak menciptakanmu.” [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak juz 2 halaman 615, dan beliau mengatakan shahih. Juga Al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah. Ibnu Taimiyah mengutipnya dalam kitab Al-Fatwa juz 2 halaman 150, dan beliau menggunakannya sebagai tafsir/penjelasan bagi hadits-hadits yang shahih]

Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la`nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. [QS. Al-Baqarah: 89]

Ayat ini menjelaskan tentang orang-orang Yahudi sebelum Nabi Muhammad lahir, yang mereka bertawassul dengan Nabi akhir zaman agar dimenangkan terhadap orang-orang non-Yahudi. Akan tetapi ketika Nabi tersebut telah dibangkitkan, mereka ingkar kepadanya. Yahudi tahu betul bahwa Nabi Muhammad adalah benar-benar Nabi yang dijanjikan. Mereka bertawassul dengan Nabi Muhammad untuk mendapatkan kemenangan. Orang-orang Yahudi tidak menghendaki ummat Islam bertawassul dengan Nabi Muhammad. Maka orang-orang Yahudi menyusupkan ajaran kepada ummat Islam bahwa bertawassul dengan Nabi Muhammad adalah bid’ah dholalah.

Dengan Nabi Muhammad, seorang buta telah disembuhkan matanya. Tersebutlah dalam riwayat, bahwa seorang buta datang kepada Nabi dan mengadukan perihal matanya yang buta. Lalu Rasulullah menyuruhnya berwudhu secara sempurna, lalu shalat dua rakaat, selanjutnya beliau menyuruhnya berdo’a dengan mengatakan, “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu, dan aku menghadap kepadaMu dengan (perantara) NabiMu, seorang Nabi yang membawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap dengan (perantara)mu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, agar dipenuhiNya untukku. Ya Allah jadikanlah ia pemberi syafa’at kepadaku, dan berilah aku syafa’at (pertolongan) di dalamnya.” Laki-laki itu kemudian melakukannya, maka ia sembuh. (HR. Ahmad, hadits shahih) 

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah ra katanya: Pada suatu hari Rasulullah saw dibawakan dengan seketul daging, lalu diberikan daging paha tersebut kepada baginda yang sememangnya baginda sangat sukai. Baginda menggigitnya sekali lalu bersabda: Aku adalah pemimpin manusia pada Hari Kiamat. Tahukah kamu apa sebabnya? Pada Hari Kiamat, Allah mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian pada satu kawasan yang luas. Ada penyeru yang memperdengarkan kepada mereka dan ada penglihatan yang mengawasi setiap orang dari mereka. Jarak matahari begitu dekat sehingga manusia pada ketika itu berada pada kemuncak kesusahan dan kepayahan yang amat dahsyat, mereka tidak berkuasa untuk menanggung keadaan tersebut. Sebahagian daripada mereka berkata kepada sebahagian yang lain: Tidakkah kamu tahu apa yang sedang kamu alami. Tidakkah kamu rasai kepayahan yang telah menimpa kamu? Tidakkah kamu mempunyai pandangan sesiapa yang dapat memintakan syafaat kepada Tuhan kamu?

Maka setengah dari mereka mengusulkan agar menemui Nabi Adam as. Maka mereka menemui Nabi Adam as lalu berkata: Wahai Adam! Engkau adalah bapa manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tanganNya dan meniupkan roh ke dalam dirimu. Dia juga memerintahkan para Malaikat supaya sujud kepadamu. Mintakankah syafaat untuk kami kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang kami alami? Tidakkah engkau melihat kepayahan yang menimpa kami? Nabi Adam as berkata: Sesungguhnya pada hari ini Tuhanku sangat marah, kemarahan yang belum pernah terjadi sebelum ini dan tidak akan terjadi selepas ini. Dulu, aku dicegah mendekati sebatang pohon, tetapi aku mendurhakaiNya. Diriku, diriku. Pergilah kepada orang lain. Pergilah kepada Nabi Nuh as.

Maka mereka pun pergi menemui Nabi Nuh as lalu berkata: Wahai Nuh! Engkau adalah Rasul pertama di atas bumi dan Allah menyebutmu hamba yang banyak bersyukur. Mintakanlah syafaat untuk kami kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau melihat apa yang telah menimpa kami? Beliau berkata kepada mereka: Pada hari ini, Tuhanku sangat marah, kemarahan yang belum pernah terjadi sebelum ini dan tidak akan terjadi selepas ini. Dulu aku berdoa dengan doa yang mencelakakan kaumku. Diriku, diriku. Pergilah kamu kepada Nabi Ibrahim as.

Mereka pun pergi menemui Nabi Ibrahim as lalu berkata: Engkau adalah Nabi dan kekasih Allah di antara penduduk bumi. Mintakanlah syafaat untuk kami kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau melihat apa yang telah menimpa kami? Nabi Ibrahim as berkata: Sesungguhnya pada hari ini Tuhanku sangat marah, kemarahan yang belum pernah terjadi sebelum ini dan tidak akan terjadi selepas ini. Beliau menyebut pembohongan-pembohongannya. Diriku, diriku. Pergilah kamu kepada orang lain. Pergilah kamu kepada Nabi Musa as.

Maka mereka pun pergi menemui Nabi Musa as lalu berkata: Wahai Musa! Engkau adalah Utusan Allah. Allah telah mengutamakanmu dengan risalahNya dan KalamNya, melebihi manusia lain. Mintakanlah untuk kami syafaat kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau melihat apa yang telah menimpa kami? Nabi Musa as berkata: Sesungguhnya pada hari ini Tuhanku sangat marah, kemarahan yang belum pernah terjadi dan tidak akan terjadi selepas ini. Dulu aku membunuh orang padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Diriku, diriku. Pergilah kamu kepada Nabi Isa as.

Maka mereka pun pergi menemui Nabi Isa as lalu berkata: Wahai Isa! Engkau adalah utusan Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia semasa engkau masih dalam buaian. Engkau adalah kalimahNya yang Dia sampaikan kepada Mariam dan roh dariNya. Mintakanlah untuk kami syafaat kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau melihat apa yang telah menimpa kami? Nabi Isa as berkata: Sesungguhnya pada hari ini Tuhanku sangat marah, kemarahan yang tidak pernah terjadi sebelum ini dan tidak akan terjadi selepas ini. Aku bukanlah orang yang layak dimintai pertolongan. Diriku, diriku. Pergilah kepada orang lain. Pergilah kepada Nabi Muhammad saw.

Maka mereka telah mendatangiku dan berkata: Wahai Muhammad! Engkau adalah Utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampunimu, dosa yang terdahulu dan yang terkemudian. Syafaatilah kami di hadapan Tuhanmu. Tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau melihat apa yang telah menimpa kami?

Akupun berangkat. Sesampainya di bawah Arasy, aku merebahkan diri bersujud kepada Tuhanku. Kemudian Allah membukakan kepadaku dan memberiku ilham, berupa puji-pujian bagiNya dan sanjungan kepadaNya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelumku. Kemudian difirmankan: Wahai Muhammad angkatlah kepalamu. Mintalah, engkau pasti diberi. Berikanlah syafaat, syafaatmu diterima. Aku mengangkat kepala sambil berkata: Wahai Tuhanku. Umatku, umatku. Maka Allah berfirman: Wahai Muhammad. Masukkanlah umat-umatmu yang tidak harus dihisab ke dalam Syurga melalui pintu sebelah kanan di antara pintu-pintu Syurga. Mereka juga boleh masuk bersama orang lain yaitu ahli Syurga yang bukan termasuk golongan di atas dari pintu-pintu lain. Demi Zat yang menguasai jiwa Muhammad Sesungguhnya jarak antara dua pintu Syurga itu, sama dengan jarak antara Mekah dan Hajar sebuah Kota di Bahrain atau sama dengan jarak antara Mekah dan Busyra dekat Damsyik. [HR. Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal]

Lihatlah, ketika para nabi berkata, “Selamatkan diriku, selamatkan diriku,” Muhammad Rasulullah SAAW tetap ingat kepada ummatnya dan berkata, “Selamatkan ummatku, selamatkan ummatku!” Dan lihatlah bahwa Muhammad Rasulullah adalah Tuan/Lord/Sayid. Dia itulah Jurusyafaat. Dia itulah Sang Penolong yang akan menolong manusia di hari berbangkit. Di tangan Nabi Muhammad itulah diserahkan Kerajaan Tuhan. Pada Muhammad Rasulullah SAW Allah berkenan.

(hotarticle.org)
Read More

Selasa, 21 Oktober 2008

MASJID BERSEJARAH

17.59.00 0
Masjid Jami As-Salafiyah (1620) 

Jatinegara Kaum, Jakarta Timur

 Sekitar bulan Mei tahun 1619 di daerah Mangga Dua, pasukan Pangeran Jayawikarta- --selanjutnya lebih dikenal dengan Jayakarta, berhadap-hadapan dengan tentara Pemerintah Hindia Belanda pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pietersen Coen. Pertempuran sengit terjadi, dan pasukan Pangeran Jayakarta terdesak. 

Pasukan Belanda mengepung dari arah Senen, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Tanjung Priok. Karena terjepit Pangeran Jayakarta dan pasukannya bergerak mundur ke timur hingga daerah Sunter, lalu ke selatan. Sambil terus bergerak ke selatan, ketika itu Pangeran Jayakarta membuang jubahnya ke sebuah sumur tua. 

Mengira Pangeran Jayakarta telah tewas kedalam sumur tua itu, Pasukan Belanda menghentikan pengejaran dan menimbun sumur itu dengan tanah. Melihat situasi yang tidak memungkinkan untuk kembali, Pangeran Jayakarta dan sisa pengikutnya meneruskan perjalanan terus ke selatan. Sampailah mereka ke sebuah hutan jati yang lebat. Untuk sementara mereka beristirahat di tepi Kali Sunter yang membelah hutan itu yang kemudian dikenal masih bagian dari daerah Jatinegara. 

Seterusnya Pangeran Jayakarta dan pengikutnya menetap dan membangun perkampungan baru di tempat itu. Perkampungan berkembang dengan kehadiran kaum pendatang lainnya. Dikisahkan, karena di tempat itu masih banyak hutan jati maka sumber ekonomi masyarakatnya mengandalkan diri dari kerajinan kayu jati. Inilah mungkin mengapa daerah Klender-berdekatan dengan Jatinegara Kaum, dikenal sebagai pusat industri furnitur hingga kini. 

Mulai tahun 1620, Pangeran Jayakarta membangun sebuah masjid yang lokasinya berdekatan dengan Kali Sunter. Dahulu sebelum bernama Masjid As-Salafiyah, masjid ini dikenal dengan sebutan Masjid Pangeran Jayakarta. Dalam perkembangannya, masjid ini rupanya digunakan oleh Pangeran Jayakarta untuk menggalang kekuatan kembali. Berpuluh-puluh tokoh masyarakat dan jawara serta ulama seringkali berkumpul di masjid ini menyusun strategi perjuangan dan dakwah Islam. 

Tahun 1700 Pangeran Sugeri, putera Sultan Fatah dari Banten, memugar masjid ini. Sebelumnya bersama-sama dengan Pangeran Jayakarta, Sugeri dan Fatah yang terbuang dari Kesultanan Banten ini---karena Sultan Haji saudara Sultan Fatah melakukan kup dibantu Belanda, berjuang melawan Pemerintah Hindia Belanda di Batavia. Pangeran Jayakarta dan Pangeran Sugeri kemudian dimakamkan di komplek masjid bertiang penyangga jati ini. 

Tercatat beberapa peninggalan sejarah masjid ini hilang tak ketahuan rimbanya. Yang tersisa hanya empat tiang penyangga dan sebuah kaligrafi Arab berbentuuk sarang tawon di dalam plafon menara masjid. Seperti nasib masjid tua lainnya, As Salafiyah sekarang lebih terlihat lapang. Penampilannya pun terkesan mewah dengan keramik dan marmer menutupi hampir seluruh temboknya. Persis sama dengan masjid-masjid seumurnya, tampaknya ukuran asli As Salafiyah hanya seluas empat pilar dengan selasar sepanjang 5 meter di setiap sisinya---separuh bagian barat bangunan. Dan inilah masjid tua yang paling banyak memiliki makam di sisi selatan, barat, dan utara. 

Mudah saja memilih angkutan untuk menuju ke Masjid As-Salafiyah. Terminal Pulogadung atau Pasar Klender adalah terminal yang terdekat dengan masjid. Dari Senen ada MetroMini T-47, dari Kampung Rambutan ada Patas 98, dari Rawamangun ada Angkot T-26, dan dari Kampung Melayu ada Kopaja T-501. Silahkan pilih, Anda mau darimana ?

sumber : http://groups.yahoo.com/group/majelisrasulullah/

Read More

Mengenal Syeikh Abdush Shamad al-Palimbani

17.45.00 0

Ditulis oleh infokito™ di/pada 2 Oktober 2007

Syeikh Abdush Shamad al-Palimbani

triyono-infokito

Dalam percaturan intelektualisme Islam Nusantara –atau biasa juga disebut dunia Melayu– khususnya di era abad 18 M, peran dan kiprah Syeikh Abdush Shamad Al-Palimbani tak bisa dianggap kecil. Syeikh Al-Palimbani, demikian biasa ia disebut banyak kalangan, merupakan salah satu kunci pembuka dan pelopor perkembangan intelektualisme Nusantara. Ketokohannya melengkapi nama-nama ulama dan intelektual berpengaruh seangkatannya semisal Al-Raniri, Al-Banjari, Hamzah Fansuri, Yusuf Al-Maqassari, dan masih banyak lainnya.


Dalam deretan nama-nama tersebut itulah, posisi Syeikh Al-Palimbani menjadi amat sentral berkaitan dengan dinamika Islam. Malah, sebagian sejarahwan, seperti Azyumardi Azra, menilai Al-Palimbani sebagai sosok yang memiliki kontribusi penting bagi pertumbuhan Islam di dunia Melayu. Ia bahkan juga bersaham besar bagi nama Islam di Nusantara berkaitan kiprah dan kontribusi intelektualitasnya di dunia Arab, khususnya semasa ia menimba ilmu di Mekkah.

Riwayat hidup Abdush Shamad al-Palimbani sangat sedikit diketahui. la sendiri hampir tidak pernah menceritakan tentang dirinya, selain tempat dan tanggal yang dia cantumkan setiap selesai menulis sebuah kitab. Seperti yang pernah ditelusuri M. Chatib Quzwain dan juga Hawash Abdullah, satu-satunya yang menginformasikan tentang dirinya hanya Al-Tarikh Salasilah Negeri Kendah (di Malaysia) yang ditulis Hassan bin Tok Kerani Mohammad Arsyad pada 1968.

Sumber ini menyebutkan, Abdush Shamad adalah putra Syekh Abdul Jalil bin Syekh Abdul Wahhab bin Syekh Ahmad al-Mahdani (ada yang mengatakan al-Mahdali), seorang ulama keturunan Arab (Yaman) yang diangkat menjadi Mufti negeri Kedah pada awal abad ke-18. Sementara ibunya, Radin Ranti adalah seorang wanita Palembang. Syekh Abdul Jalil adalah ulama besar sufi yang menjadi guru agama di Palembang, tidak dijelaskan latar belakang kedatangannya ke Palembang. Diperkirakan hanya bagian dari pengembaraannya dalam upaya menyiarkan Islam sebagaimana banyak dilakukan oleh warga Arab lainnya pada waktu itu.

Tetapi selain sumber tersebut, Azyu-mardi Azra juga mendapatkan informasi mengenai dirinya dalam kamus-kamus biografi Arab yang menunjukkan bahwa Al-Palimbani mempunyai karir terhormat di Timur Tengah.

Menurut Azra, informasi ini merupakan temuan penting sebab tidak pernah ada sebelumnya riwayat-riwayat mengenai ulama Melayu-lndonesia ditulis dalam kamus biografi Arab. Dalam literatur Arab, Al-Palimbani dikenal dengan nama Sayyid Abdush Shamad bin Abdur Rahman al-Jawi. Tokoh ini, menurut Azra, bisa dipercaya adalah Al-Palimbani karena gambaran karirnya hampir seluruhnya merupakan gambaran karir Abdush Shamad al-Palimbani yang diberitakan sumber-sumber lain.

Sejauh yang tercatat dalam sejarah, memang ada tiga versi nama yang dikaitkan dengan nama lengkap Al-Palimbani. Yang pertama, seperti dilansir Ensiklopedia Islam, ia bernama lengkap Abdus Shamad Al-Jawi Al-Palimbani. Versi kedua, merujuk pada sumber-sumber Melayu, sebagaimana dikutip Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Mizan: 1994), ulama besar ini memiliki nama asli Abdus Shamad bin Abdullah Al-Jawi Al-Palimbani. Sementara versi terakhir, tulis Rektor UIN Jakarta itu, bahwa bila merujuk pada sumber-sumber Arab, maka Syeikh Al-Palimbani bernama lengkap Sayyid Abdus Al-Shamad bin Abdurrahman Al-Jawi.

Dalam pengembaraan putra mahkota Kedah, Tengku Muhammad Jiwa ke Palembang, ia bertemu dengan Syekh Abdul Jalil dan berguru padanya, bahkan mengikutinya mengembara ke berbagai negeri sampai ke India. Dalam sebuah perjalanan mereka, Tengku Muhammad Jiwa mendapat kabar bahwa Sultan Kedah telah mangkat.

Tengku Muhammad Jiwa lalu mengajak gurunya itu (Syekh Abdul Jalil) pulang bersamanya ke negeri Kedah. Ia dinobatkan menjadi sultan pada tahun 1112 H/1700 M dan Syekh Abdul Jalil diangkat menjadi mufti Kedah dan dinikahkan dengan Wan Zainab, putri Dato’ Sri Maharaja Dewa, Sultan Kedah.

Tiga tahun kemudian Syekh Abdul Jalill kembali ke Palembang karena permintaan beberapa muridnya yang rindu padanya. Di Palembang ia menikah dengan Radin Ranti dan memperoleh putra, Abdush Shamad. Dengan demikian kemungkinan Abdush Shamad lahir tahun 1116 H/1704 M.

Sumber yang menyebutkan silsilahnya sebagai keturunan Arab tidak pernah dikonfirmasikan oleh Al-Palimbani sendiri. Jika keterangan sumber tersebut benar, tentu Al-Palimbani akan mencantumkan nama besar al-Mahdani pada akhir namanya. Ini dapat dilihat dari setiap tulisannya, ia menyebut dirinya Syekh Abdush Shamad al-Jawi al-Palimbani. Kemungkinan dalam dirinya memang mengalir darah Arab tetapi silsilah itu tidak begitu jelas atau ada mata rantai yang tidak bersambung menurut garis keturunan bapak sehingga dia tidak merasa berhak menyebut dirinya keturunan al-Mahdani dari Yaman. Dan barangkali dia lebih merasa sebagai orang Indonesia sehingga mencantumkan ‘al-Jawi‘ dan ‘al-Palimbani‘ di ujung namanya.

Al-Palimbani mengawali pendidikannya di Kedah dan Pattani (Thailand Selatan). Tidak ada penjelasan kapan dia berangkat ke Makkah melanjutkan pendidikannya. Kemungkinan besar setelah ia menginjak dewasa dan mendapat pendidikan agama yang cukup di negeri Melayu itu. Dan agaknya sebelum ke Makkah dia telah mempelajari kitab-kitab para sufi (tasawuf) Aceh, karena di dalam Sayr al-Salikin dia menyebutkan nama Syamsuddin al-Samatrani dan Abdul Rauf al-Jawi al-Fansuri (Abdul Rauf Singkel). Namun sumber lain mengatakan bahwa ia pernah bertemu dan berguru pada Syamsuddin al-Samatrani dan Abdul Rauf Singkel di Makkah.

Di Makkah dan Madinah, Al-Palimbani banyak mempelajari berbagai disiplin ilmu kepada ulama-ulama besar masa itu serta para ulama yang berkunjung ke sana. Walaupun pendidikannya sangat tuntas mengingat ragam ulama tempatnya belajar, Al-Palimbani mempunyai kecenderungan pada tasawuf. Karena itu, di samping belajar tasawuf di Masjidil-Haram, ia juga mencari guru lain dan membaca kitab-kitab tasawuf yang tidak diajarkan di sana. Dari Syekh Abdur Rahman bin Abdul ‘Aziz al-Magribi dia belajar kitab Al-Tuhfatul Mursalah (Anugerah yang Diberikan) karangan Muhammad Fadlullah al-Burhanpuri (w. 1030 H/1620 M). Dari Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Madani (w. 1190 H/1776 M) ia belajar kitab tauhid (suluk) Syekh Mustafa al-Bakri (w. 1162 H/1749 M). Dan bersama Muhammad Arsyad al-Banjari, Abdul Wahab Bugis dan Abdul-Rahman Masri Al-Batawi dari Jakarta, mereka membentuk empat serangkai yang sama-sama menuntut ilmu di Makkah dan belajar tarekat di Madinah kepada Syekh Muhammad al-Samman (w. 1162 H/1749 M), juga bersama-sama dengan Dawud Al-Fatani dari Patani, Thailand Selatan.

Selama belajar pada Syekh Muhammad al-Samman, Al-Palimbani dipercaya mengajar rnurid-murid Al-Sammani yang asli orang Arab. Karena itu sepanjarig menyangkut kepatuhannya pada tarekat, Al-Palimbani banyak dipengaruhi Al-Sammani dan dari dialah Al-Palimbani mengambil tarekat Khalwatiyyah dan Sammaniyyah. Sebaliknya, melalui Al-Palimbani- lah tarekat Sammaniyyah mendapat lahan subur dan berkembang tidak hanya di Palembang tetapi juga di bagian lain wilayah Nusantara bahkan di Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina. Beberapa orang guru yang masyhur dan berandil besar dalam proses peningkatan intelektualitas dan spiritualitasnya antara lain Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani, Muhammad bin Sulayman Al-Kurdi, dan Abdul Al-Mun’im Al-Damanhuri. Juga tercatat ulama besar Ibrahim Al-Rais, Muhammad Murad, Muhammad Al-Jawhari, dan Athaullah Al-Mashri.

Al-Palimbani rnemantapkan karirnya di Haramayn (Mekkah dan Madinah) dan mencurahkan waktunya untuk menulis dan mengajar. Meski demikian dia tetap menaruh perhatian yang besar terhadap Islam dan kaum Muslimun di negeri asalnya. Di Haramayn ia terlibat dalam ‘komunitas Jawi’ yang membuatnya tetap tanggap terhadap perkembangan sosio-religius dan politik di Nusantara. Peran pentingnya tidak hanya karena keterlibatannya dalam jaringan ulama, melainkan lebih penting lagi karena tulisan-tulisannya yang tidak hanya menyebarkan ajaran-ajaran sufisme tetapi juga menghimbau kaum Muslimun melancarkan jihad melawan kolonialis Eropa, dibaca secara luas di wilayah Melayu-lndonesia. Peranan dan perhatian tersebut memantapkannya sebagai ulama asal Palembang yang paling menonjol dan paling berpengaruh melalui karya-karyanya.

Al-Palimbani berperan aktif dalam memecahkan dua persoalan pokok yang saat itu dihadapi bangsa dan tanah airnya, baik di kesultanan Palembang maupun di kepulauan Nusantara pada umumnya, yaitu menyangkut dakwah Islamiyah dan kolonialisme Barat. Mengenai dakwah Islam, ia menulis selain dua kitab tersebut di atas, yang menggabungkan mistisisme dengan syariat, ia juga menulis Tuhfah al-Ragibtn ft Sayan Haqfqah Iman al-Mukmin wa Ma Yafsiduhu fi Riddah al-Murtadin (1188). Di mana ia memperingatkan pembaca agar tidak tersesat oleh berbagai paham yang menyimpang dari Islam seperti ajaran tasawuf yang mengabaikan syariat, tradisi menyanggar (memberi sesajen) dan paham wujudiyah muthid yang sedang marak pada waktu itu. Drewes rnenyimpulkan bahwa kitab ini ditulis atas permintaan sultan Palembang, Najmuddin, atau putranya Bahauddin karena di awal kitab itu ia memang menyebutkan bahwa ia diminta seorang pembesar pada waktu itu untuk menulis kitab tersebut.

Mengenai kolonialisme Barat, Al-Palimbani menulis kitab Nasihah al-Muslimin wa tazkirah al-Mu’min fi Fadail Jihad ti Sabilillah, dalam bahasa Arab, untuk menggugah semangat jihad umat Islam sedunia. Tulisannya ini sangat berpengaruh pada perjuangan kaum Muslimun dalam melawan penjajahan Belanda, baik di Palembang maupun di daerah-daerah lainnya. Hikayat Perang Sabil-nya Tengku Cik di Tiro dikabarkan juga mengutip kitab tersebut.

Masalah jihad fi sabililiah sangat banyak dibicarakan Al-Palimbani. Pada tahun 1772 M, ia mengirim dua pucuk surat kepada Sultan Mataram (Hamengkubuwono I) dan Pangeran Singasari Susuhunan Prabu Jaka yang secara halus menganjurkan pemimpin-pemimpin negeri Islam itu meneruskan perjuangan para Sultan Mataram melawan Belanda.

Mengenai tahun wafatnya juga tidak diketahui dengan pasti. Al-Tarikh Salasilah Negeri Kendah menyebutkan tahun 1244 H/1828 M. Namun kebanyakan peneliti lebih cenderung menduga ia wafat tidak berapa lama setelah meyelesaikan Sayr al-Salikin (1203 H/1788 M). Argumen mereka, Sayr al-Salikin adalah karya terakhirnya dan jika dia masih hidup sampai 1788 M kemungkinan dia masih tetap aktif menulis. Al-Baythar - seperti dikutip Azyumardi Azra - menyebutkan ia wafat setelah tahun 1200/1785. Namun Azyumardi Azra sendiri juga lebih cenderung mengatakan ia wafat setelah menyelesaikan Sayr al-Salikin, tahun 1788 M.

Karya Tulis Al-Palimbani

Tercatat delapan karya tulis Al-Palimbani, dua diantaranya telah dicetak ulang beberapa kali, dua hanya tinggal nama dan naskah selebihnya masih bisa ditemukan di beberapa perpustakaan, baik di Indonesia maupun di Eropa. Pada umumnya karya tersebut meliputi bidang tauhid, tasawuf dan anjuran untuk berjihad. Karya-karya Al-Palirnbani selain empat buah yang telah disebutkan di atas adalah:

Zuhrah al-Murid fi Bayan Kalimah al-Tauhid, ditulis pada 1178 H/1764 M di Makkah dalam bahasa Melayu, memuat masalah tauhid yang ditulisnya atas perrnintaan pelajar Indonesia yang belurn menguasai bahasa Arab.

Al-’Uwah al-Wusqa wa Silsilah Ulil-Ittiqa’, ditulis dalam bahasa Arab, berisikan wirid-wirid yang perlu dibaca pada waktu-waktu tertentu.

Ratib ‘Abdal-Samad, semacam buku saku yang berisi zikir, puji-pujian dan doa yang dilakukan setelah shalat Isya. Pada dasarnya isi kitab ini hampir sama dengan yang terdapat pada Ratib Samman.

Zad al-Muttaqin fi Tauhid Rabb al-’Alamin, berisi ringkasan ajaran tauhid yang disampaikan oleh Syekh Muhammad al-Samman di Madinah.

Mengenai Hidayah al-Salikin yang ditulisnya dalam bahasa Melayu pada 1192 H/1778 M, sering disebut sebagai terjemahan dari Bidayah al-Hidayah karya Al-Ghazali. Tetapi di samping menerjemahkannya, Al-Palimbani juga membahas berbagai masalah yang dianggapnya penting di dalam buku itu dengan mengutip pendapat Al-Ghazali dari kitab-kitab lain dan para sufi yang lainnya. Di sini ia menyajikan suatu sistem ajaran tasawuf yang memusatkan perhatian pada cara pencapaian ma’rifah kesufian melalui pembersihan batin dan penghayatan ibadah menurut syariat Islam.

Sedangkan Sayr al-Salikin yang terdiri dari empat bagian, juga berbahasa Melayu, ditulisnya di dua kota, yaitu Makkah dan Ta’if, 1779 hingga 1788. Kitab ini selain berisi terjemahan Lubab Ihya’ Ulum al-Din karya Al-Ghazali, juga memuat beberapa masalah lain yang diambilnya dari kitab-kitab lain. Semua karya tulisnya tersebut masih dijumpai di Perpustakaan Nasional Jakarta.***

Wallahua’lam

sumber : http://infokito. wordpress. com/2007/ 10/02/mengenal- syeikh-abdush- shamad-al- palimbani/

Read More

Senin, 20 Oktober 2008

Seorang Muslim Adalah Saudara Muslim Lainnya

22.38.00 0
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ (صحيح البخاري 

Sabda Rasulullah saw :
“Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, janganlah ia mendholimi saudaranya, dan jangan pula menyerahkannya pada musuh, dan selama ia memperhatikan kebutuhan saudaranya maka Allah swt memperhatikan kebutuhannya” (Shahih Bukhari)


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Alam Semesta, Maha Melimpahkan Anugerah kepada hamba hamba Nya dari zaman ke zaman, kebahagiaan dunia dan akhirat yang milik Allah, Rahmat dan Kesucian yang milik Allah, Surga yang kekal dan abadi yang milik Allah, Ditawarkan kepada hamba hamba Nya, disiapkan bagi mereka kemewahan yang kekal dan abadi, Ahluttaqwa, Orang orang yang mengikuti Sayyidina Muhammad Saw, orang orang yang akan bahagia dengan kebahagiaan yang kekal, para pengikut Muhammad Rasulullah saw. 


Orang orang yang melewati ketenangan hidup dengan kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat adalah orang orang yang mengikuti Nabiyyuna Muhammad saw, Semakin ia berbuat hal hal yang disukai Allah, semakin Allah akan berbuat hal hal yang ia sukai, Semakin ia melakukan hal hal yang disenangi Allah, Allah akan selalu membolak balikkan keadaan hidupnya pada hal hal yang ia senangi, Demikian hadirin hadirat timbal balik dan balasan dari yang Maha Indah membalas perbuatan hamba hamba Nya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Semakin kau perindah hubunganmu dengan Allah, semakin Allah Swt memperbaiki keadaan kita, semakin Allah benahi hari hari kita dan semakin Allah melimpahkan keberkahan kepada kita.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Semakin kita perduli kepada saudara kita, semakin Allah perduli kepada kita. Mana buktinya? sebagaimana hadits yang kita baca tadi “al muslim akhul muslim“ (seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya). Bagaimana perbuatan kita terhadap saudara kita? ketika ia susah kita juga ikut susah, jika saudara kita lapar kita turut juga walaupun kenyang tidak merasa enak makannya karena ada saudara kita, saudara kandung kita yakni akhul muslim, 

Berkata Rasul saw “muslim adalah saudara muslim lainnya”. Apa maksud kalimat ini? orang yang menjiwai dan mengamalkan kalimat ini maka ia menjadi penyebab kedamaian dan kesejahteraan di permukaan bumi. Ketika jiwanya menyatu dengan muslim lainnya,, menghormati mereka maka ia tidak akan mau melakukan hal hal yang merugikan saudara muslimnya. Diperjelas oleh Rasul saw “la yadlhlimuhu” (jangan berbuat dholim kepada saudaranya), Kita juga tidak akan tega kalau berbuat dholim kepada saudara kita sendiri, saudara kandung, Demikian Sang Nabi saw mengajarkan kepada kita berbuat kepada seluruh muslimin. “wa la yuslimuhu” (jangan pula membiarkan saudara muslimnya dicengkeram oleh musuh musuh). Dan semakin ia perduli kepada hajatnya, Allah tetap memperhatikan hajat, hajat orang itu. Semakin ia perduli kepada saudara muslimnya yang sedang sedih, yang sedang bermasalah, yang sedang susah. Semakin ia perduli dengan itu maka Allah pun semakin memperhatikan kebutuhannya. Semakin ia berbuat hal hal yang disukai saudaranya, Allah akan makin berbuat hal hal yang ia sukai.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt menyampaikan kepada kita tuntunan terindah Nabiyyuna Muhammad saw. Kita memahami bahwa hal yang paling banyak membahayakan dan menimpa saudara kita itu yang tadi dijelaskan oleh Ustadz Khairullah, bukan kemiskinan saja. Orang di zaman sekarang yang dipermasahkan kemiskinan terus dan kemiskinan, bagaimana mengangkat taraf hidup manusia. Banyak musibah, kemiskinan muncul dan Allah melihatnya sebagai kesalahan muslimin sendiri.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Beda dengan zaman Para Sahabat Ra, mereka tidak menginginkan kekayaan. Kalau mereka inginkan maka Allah limpahkan seluas luasnya. Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah. Bagi mereka yang membutuhkan harta dan keluasan, Allah Swt akan berikan selama ia mendekat kepada Allah Swt, memperindah hubungannya dengan Allah Swt dan Allah Swt akan memberikan hal hal yang membuat ia senang. Selama hal itu bukan dosa dan maksiat. Jadi jangan sampai kita berfikir, semakin aku taat semakin susah hidupku. Kalau aku bertaubat nanti aku disejajarkan dengan Para Sahabat maka hidupku miskin. Tidak demikian hadirin hadirat, karena Rasul saw juga mendoakan Sahabat agar kaya raya.

Dijelaskan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw mendoakan Sayyidina Anas bin Malik Ra “wahai Allah perbanyaklah hartanya dan keturunannya dan limpahi keberkahan bagi harta dan keturunannya”. Tapi kenapa sebagian besar Para Sahabat yang dijelaskan Guru kita tadi adalah orang yang miskin, karena mereka menginginkan hal itu. Karena di zaman mereka sudah ada Baitul Maal yang menampung daripada para fuqara. Mereka menginginkan dekat kepada Allah Swt dan memperbanyak ibadah dan memperbanyak puasa dan tidak boleh disibukkan dengan harta.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Jadi jangan sampai kita beranggapan kalau seandainya saya banyak ibadah nanti Allah Swt justru menyempitkan rezki saya. Justru tidak demikian, hal itu adalah bisikan syaitan. Allah Swt akan semakin luaskan keadaan hamba Nya terkecuali hamba Nya sendiri yang tidak menginginkannya. Ada hamba yang tidak ingin tinggal di kota maunya tinggal di desa tapi tetap ia terpaksa. Semakin seseorang memperindah hubungannya dengan Allah Swt maka Allah Swt akan berbuat apa apa yang ia sukai. Ada Para Sahabat Ra tidak menginginkan harta. Allah Swt tidak berikan pada mereka keluasan karena Allah Swt berbuat apa yang mereka sukai. 

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt mengabulkan doa doa, Sayyidina Umar bin Khattab Ra ingin mati syahid dan ingin wafatnya di Madinah Al Munawwarah maka Allah Swt wafatkan sebagai syahid di Madinah Al Munawwarah. Ada Sahabat Ra lain yang tidak berdoa demikian, wafatnya jauh dari Madinah Al Munawwarah walaupun hati mereka bersama Rasul saw dan Para Sahabat lainnya. Demikian hadirin hadirat semakin kita memperindah hubungan kita dengan Allah Swt, Allah Swt akan membuat apa apa yang kita inginkan diberi oleh Allah Swt. Allah Swt akan berbuat apa yang kita sukai di dunia dan di akhirat.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Al Muslim akhul muslim (seorang muslim adalah saudara muslimnya sendiri). Kita lihat Sang Pembicara Nabiyyuna Muhammad Saw, orang yang paling mencintai seluruh muslimin. Kecintaan yang melebihi seluruh cinta. Cinta ayah dan ibu kepada anaknya tidak berani membela pendosa di hadapan Allah Swt di yaumal qiyamah. Cinta Sayyidina Muhammad Saw kepada umatnya (Nabi saw) membela dan meminta pengampunan bagi para pendosa disaat ayah dan ibu mundur atau kalau perlu tidak mengakui orang itu adalah anaknya, ketika anaknya seorang pendosa.

Nabiyyuna Muhammad Saw orang yang paling mencintai kita, tapi cintanya (Nabi saw) tidak terlihat di dunia tetapi terlihat jelas di yaumal qiyamah. Sehingga kelak semua orang di padang mahsyar mengakui bahwa betul ternyata tidak ada yang lebih perduli dan cinta kepadaku melebihi Sayyidina Muhammad Saw walaupun di dalam kehidupan dunia tidak jumpa. Kita tidak jumpa dengan Sang Nabi saw tapi airmata rindu beliau (Nabi saw) telah sampai kepada kita.

Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim, ketika Rasul saw mengeluarkan airmata “aku merindukan saudara saudaraku”, siapa mereka ya Rasulullah? Mereka yang hidup setelah aku wafat, mereka lebih senang duduk melihat aku (Nabi saw) daripada duduk di dalam pekerjaannya, di dalam keluarganya dan di dalam hartanya. 

Kelompok kelompok seperti ini adalah kelompok kelompok yang dirindukan oleh Nabiyyuna Muhammad Saw. Karena kita disini tidak melihat Rasulullah Saw, kita sudah tinggalkan keluarga kita di rumah, meninggalkan pekerjaan dan duduk disini. Disini tidak ada Rasulullah. Bagaimana kalau ada Rasul saw? barangkali dari kemarin atau dari seminggu yang lalu sudah penuh masjid ini dari banyaknya orang yang ingin melihat wajah Nabiyyuna Muhammad Saw. Ini menunjukkan kecintaan akan Sang Nabi saw dan beliau (Nabi saw) merindukan kelompok kelompok, merindukan berjumpa dengan wajah wajah ini. Inilah cinta yang semulia mulia cinta, inilah yang paling hakiki dan tidak pernah terputus. Sebagaimana riwayat lainnya ketika seseorang mencintai lainnya, berbuat sedikit saja yang menyinggung hatinya, putus dan sirna cintanya berubah menjadi kebencian. 

Cinta Sang Nabi Saw sampai ke yaumal qiyamah. Adakah yang melebihi cintanya Sang Nabi saw kepada kita? Allah Allah Allah Swt yang menciptakan Nabiyyuna Muhammad saw dengan maksud untuk mencintai kita. Kenapa Sang Nabi saw mencintai kita sedemikian hebatnya? karena Allah Swt yang menciptakan demikian. Memang Allah Swt menghendaki engkau dicintai dan disayangi oleh Nabimu (Muhammad saw). Allah Swt yang memilih nama kita untuk muncul di umat ini dalam kelompok Sayyidina Muhammad Saw. Fulan bin fulan akan masuk ke dalam kelompok umat Ku yaitu Muhammad saw dan akan dicintai oleh Nabinya (Muhammad saw), cinta beliau (Nabi saw) kepada umatnya (Nabi saw). Maka berikut ujian yang tiada henti kepada Yang Maha Indah yang membuat kita dicintai dan selalu dalam naungan doa doa Muhammad Rasulullah saw.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw didatangi oleh beberapa Sahabat mengadu perbuatan salah seorang sahabat lainnya. Seorang sahabat itu berkata “aku kalau melihat istriku ada bersama laki laki lain maka akan kubunuh”. Para sahabat mengadu “ya Rasulullah sahabat itu sampai begitu marahnya”. Katanya kalau ada laki laki lain bersama istrinya akan ia bunuh dengan pedangnya. Rasul saw tersenyum seraya berkata “kalian memangnya kenapa? heran dengan cemburunya Sa’ad..?, Ra”. Kalian kenapa heran dengan cemburu dan cintanya. Rasul saw berkata “aku ini lebih pencemburu daripada Sa’ad ra”. Apa maksudnya? Rasul saw lebih mencintai umatnya daripada cinta Sa’ad kepada istrinya. Cintanya (Nabi saw) kepada umatnya (Muhamad saw) melebihi cintanya suami kepada istri atau cinta istri kepada suami atau cinta ibu kepada anaknya.

Diteruskan lagi oleh Rasul saw “dan Allah Swt lebih pencemburu daripada aku”. Allah Swt lebih mencintai kita daripada siapa – siapa yang lainnya. Rasul saw berkata “oleh sebab itu karena Allah pencemburu (cemburu itu kan datangnya dari cinta) maka Allah haramkan perbuatan buruk dan perbuatan jahat yang terlihat dan yang tidak terlihat”. Kenapa? karena ingin selalu dekat dengan hamba Nya. Tidak mau jauh dari hamba Nya, tidak mau hamba Nya terjerumus dan menjauh karena dosa. Oleh sebab itu Allah Swt haramkan perbuatan jahat dan perbuatan keji yang terlihat dan yang tidak terlihat. Karena apa?karena cinta Nya (Allah Swt).

Orang yang mencintai itu kan selalu ingin dekat, tidak ingin jauh dari yang ia cintai. Dilihat kekasihnya menjauh sedikit, tidak senang. Oleh sebab itu Allah Swt bukan mengatakan makruh perbuatan keji dan perbuatan dosa, tetapi haram. Kenapa? supaya hamba Nya ini tidak jauh dari Allah Swt, ingin selalu dekat dengan hamba Nya. Tidak ada yang lebih ingin dekat kepada kita selain Allah Swt. 

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Tidak ada yang lebih Pemaaf dari Allah Swt, tidak ada yang mengundang hamba Nya sampai 50 waktu setiap harinya melebihi Allah Swt. Cinta yang tidak bisa ternilai dan terbayangkan ingin jumpa 50X hamba Nya disuruh menghadap 50X sehari. Diberi keringanan sampai 5X tapi sama dengan 50X. Subhanallah!! Dari tidak inginnya Allah Swt jauh dari kita walaupun hamba Nya terjebak. Kalau seandainya yang ada keadilan bukan cinta, saat menjauh dihukum, berbuat dosa dihukum. Sekali berbuat maksiat dengan lidahnya, Allah Swt jadikan lidahnya terbakar misalnya namun tidak, ditawarkan Maaf Nya. Sudah menjauh namun dipanggil lagi kepada pintu Pengampunan Nya. Demikian cinta.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Yang dilanggar kalau berbuat dosa itu siapa? Kan Allah Swt yang disakiti perasaan Nya. Seseorang ketika cinta pada orang lain perasaannya disakiti makin ingin dekat atau makin ingin jauh. Kalau cintanya hanya sekedar cinta di mulut saja, makin orang yang dicintainya berbuat hal yang tidak disukai, ditinggal tidak mau lagi berteman. Hilang cintanya, berbeda dengan Allah semakin hamba Nya berbuat dosa semakin ditawarkan Maaf Nya. Masih ingin dekat dengan Ku wahai pendosa? Ku terima. Jalallahu Yang Maha Indah Menerangi hamba hamba Nya, beruntung jiwa yang merindukan Allah Swt.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan Rasul saw bersabda “tiada pula yang lebih menyukai udzur melebihi Allah Swt”. Udzur itu alasan, minta maaf sudah berbuat salah. Siapa? orang orang yang lain tidak senang, kalau salah saja ya salah saja, sudah tidak usah banyak alasan. Allah Swt menyukai Maaf dan Memaafkan. Oleh sebab itu diutuslah Sang Pembawa kabar baik, kabar gembira dan Sang Pembawa Peringatan yaitu Nabiyyuna Muhammad Saw. Supaya apa? supaya hamba Nya kenal dengan ajaran yang mendekatkan kita kepada Allah Swt.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dalam kehadiran di majelis ini tentunya, saya teringat saudara saudara kita di Manokwari, Irian Jaya. Sebenarnya saya tidak ingin mengulas ucapan ini tapi banyak permintaan karena sebagian dari saudara kita ingin dengar dari website mengenai dakwah di Papua, Irian Jaya. Alhamdulillah keberangkatan saya sampai pada hari Rabu dini hari yang keberangkatannya dari Jakarta Selasa malam. 4 jam perjalanan dengan pesawat dan perbedaan waktu disana adalah 2 jam WIT (Waktu Indonesia Timur) dan disambut dengan sambutan yang sangat hangat di kota Manokwari oleh para pemuda kita lalu meneruskan perjalanan menuju Ransiki, 100 km dari kota Manokwari selama 3 jam perjalanan. Sepanjang perjalanan yang selalu saya saksikan adalah hal yang sangat menyesakkan hati, selalu yang dilihat tidak pernah ada yang spanduk, iklan atau lainnya terkecuali baleho besar, spanduk besar ada di setiap tikungan jalan bertuliskan “Manokwari Kota Injil”. Padahal Manokwari belum diresmikan sebagai Kota Injil, cuma mereka saja mengada ada. Besar sekali balihonya, disetiap tikungan jalan ada pemandangan itu lagi.

Saya bertanya kepada yang bersama kita, penduduk setempat “ini muslimin disini berapa persen persentasenya?”. Ia mengatakan di propinsi Irian Barat ini sekitar 40% : 60% perbedaannya. 40% muslimin, Subhanallah!! Lalu dimana muslimin ini, saya belum melihat satu orang pun yang pakai peci maupun wanita yang memakai jilbab sepanjang jalan 100 km. Memang jalan disana sangat sepi, dalam 15 menit, 20 menit baru bertemu motor atau mobil lainnya. Sepi sekali, memang daerah yang paling jauh daripada Ibukota negaranya (Jakarta), paling jauh tentunya Papua. Sampai disana hadirin hadirat jiwa saya terus teriris, dimana wajah wajah muslimin, aku ingin lihat wajah umat Sayyidina Muhammad Saw. Saudaraku, saudara kita ingin lihat wajahnya. Sedari tadi baleho dan spanduk yang mencekik kita dengan ucapan “Manokwari Kota Injil”. 

Dimana muslimin? hampir beberapa kilometer lagi sampai di wilayah Ransiki, saya lihat beberapa pemuda di pinggir jalan membawa bendera, tidak terlihat pakai peci atau tidak karena pakai helm, bendera apa lagi. Ternyata setelah dekat bendera Majelis Rasulullah Saw. Saya kira saya mimpi, di wilayah Papua, Irian Jaya ada bendera Majelis Rasulullah Saw kapan sampai disini. Ternyata pemuda pemuda kita membuka helmnya dengan mengenakan peci putih, mereka di wilayah Ransiki. Santri santri yang sering hadir di majelis kita setiap malam selasa. 20 orang memang sedang pulang kampung kesana. Mereka menyambut kedatangan kita, tidak lama kemudian disusul dengan beberapa motor dengan bendera Majelis Rasulullah Saw dan bendera kalimat Tauhid diikuti mobil mobil lainnya dengan Rebana Thola’al Badru Alaina di tengah hutan. Kami terus berjalan arak arakan sampai di kota Ransiki dan demikian dahsyatnya sambutan muslimin di kota itu walaupun disitu ada juga yang bukan muslim.

Tapi sambutan muslimin sangat hangat, siapa mereka? Ayah ayah dan keluarga daripada santri santri kita yang dari Manokwari, Irian Jaya. Subhanallah!! Anak anak belasan tahun itu disana ternyata berdakwah sebagaimana doa kita setiap kali mereka maju untuk membaca Alqur’an semoga kembali membawa hidayah dan kemenangan. Demikian doa kita untuk mereka dan doa itu diijabah oleh Allah Swt. Sampai diantara Ayah mereka berkata “ini anak kami tidak boleh pulang lagi ke Jakarta”, kenapa tidak boleh? karena ia jadi imam di salah satu kampung disini. Saya berkata “biarkan orang lain yang jadi imam”, mereka berkata wilayah kampung itu baru masuk islam dan tidak ada yang bisa shalat. Mereka ingin shalat tidak ada yang mengajari shalat, mereka belum bisa shalat sendiri, belum tahu dhuhur berapa raka’at, ashar berapa raka’at, berapa banyak duduk, berdiri dan bersujud. Harus diimami, jadi kalau anak itu sakit tidak ada yang shalat di kampung ini, kalau ia pulang di kampung ini tidak ada lagi shalat. Subhanallah!!.

Di Jakarta kaki kita saling sikut, saling gesek antar majelis taklim. Disana orang mau shalat tidak ada yang mengajari. Satu kampung mau shalat tidak ada yang mengajari. Ada yang sudah belasan tahun mengenal islam dan pernah dengar tentang shalat tapi tidak ada yang mengajarinya. Kenapa? tidak ada ulama disana, sangat sedikit. Tentunya kita tahu Irian Jaya pulau terbesar dari seluruh Indonesia bahwa pulaunya paling besar adalah Irian Jaya. Ulama disana sangat sedikit dan jarak tempuhnya sulit dijangkau kendaraan disana karena kondisi jalannya sangat buruk. Satu musholla saya kunjungi, mereka berkata “ini musholla radius puluhan kilometer cuma hanya ada satu mushollah ini. Jangankan masjid, musholla itu hanya satu saja. 

Jadi kalau kita mau ke musholla harus jalan berjam jam untuk sampai ke musholla itu. Itu hanya satu musholla saja, di sekian belas kampung di sekitarnya. Demikian keadaan muslim disana hadirin hadirat dan saya hadir di mushollah itu mendoakan mereka. Menjaga musholla itu lebih daripada menjaga rumah mereka.

Perjalanan diteruskan ke Bintuni, 200 km dari Ransiki atau 300 km dari Manokwari. 12 jam perjalanan, karena kondisi jalan yang sangat buruk tidak bisa dilewati kecuali mobil mobil tinggi, jeep dan lainnya. Sampai disana sambutan yang sangat mengesankan. Ketika saya keluar mereka sudah menyambut dengan ratusan muslimin muslimat diluar memegang bendera bendera menyambut kita dan saat saya kelaur mereka menangis, ada yang bertakbir, ada yang menjerit. Kenapa ini? mereka berkata “kami sejak dulu hanya mendengar dari datuk datuk kami tentang Para ulama, Para Habaib dan kami belum pernah kedatangan satu pun Habib di kota Bintuni. Ratusan tahun kami cuma dengar dari kakek kakek kami saja. Bahkan ada seorang ibu tua melihat pakaian ini, ia menangis dan berkata “dulu saya lihat kakek saya berpakaian seperti ini, sejak itu tidak ada lagi yang berpakaian seperti ini”, sudah lama ratusan tahun yang silam.

Bintuni dimasuki islam abad ke 16 Masehi. Demikian dahsyatnya cinta dan rindu mereka kepad para ulama dan demikian sangat menyedihkan keadaan mereka saudara saudara kita. Diantara keluh kesah mereka yang demikian polos mereka berkata “kami ini Propinsi Papua tidak mau ikut Republik Indonesia terkecuali karena kami tahu Republik Indonesia itu muslim”. Kami tidak mau bersama Portugis, kami ingin bersama Republik Indonesia karena muslim. Tapi setelah kami jadi saudara sebangsa mereka, kami yang paling dikucilkan. Demikian penyampaian mereka. Mereka berkata dari mana kami harus belajar islam, tidak ada yang mengajari kami. Kami belajar agama islam hanya dari televisi dan itu cuma satu satunya yang membuat kami mengenal islam. Padahal tidak semua dari kami yang wilayahnya ada listrik. Listrik saja sulit disana apalagi televisi. Radio tidak ada sinyal pun sangat sulit. 

Sampai mereka berkata kami dengar dari saudara saudara kami yang punya televisi bahwa orang orang di Jakarta mengirimkan hartanya untuk Palestina, untuk Bosnia. Kenapa mereka kirim ke tempat yang jauh, kami saudara sebangsa tidak mampu membangun mushola dan tidak bisa melakukan shalat karena tidak ada yang mengajarinya. Demikian sanggahan sanggahan dan keluhan mereka. Saudara saudara kita di wilayah Irian Barat. Setelah saya meninggalkan Bintuni dan tentunya kita mengambil beberapa santri untuk kembali lagi kesini. Sudah dari Ransiki dan 10 santri yang kita ambil dari Bintuni lagi.

Ditengah perjalanan di malam hari, saya meriang karena sedih juga mengingat keadaan yang sedemikian menyedihkan dan sangat mengharukan. Ketika saya tertidur saya bermimpi berjumpa dengan seorang pemuda seusia saya. Pemuda dengan pakaian putih putih dan ia berkata “saya berdakwah disini, lewat ditempat ini, dan saya dikejar kejar disini dan saya dibunuh disini”. Ketika saya bangun, saya melihat ternyata tempat yang dimimpikan itu adalah rimba belantara, ia berkata “saya mati dibunuh disini”. Kuburnya tidak dikenali orang, Subhanallah!! Inilah perjuangan para Da’i terdahulu.

Abad ke 16 M, bagaimana keadaan Irian, bagaimana sulitnya menembus tempat itu demi menyampaikan cita cita dan tugas Nabiyyuna Muhammad Saw.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Hampir saya berfikir, saya akan meninggalkan Jakarta dan terus berdomisili di Irian Barat karena tidak tahan melihat yang disini Jakarta sudah banyak Da’i sedangkan disana belum. Tapi setelah saya fikir fikir tentunya lebih baik kita mengambil santri santri itu dan mendidiknya disini dan kembali kesana dan dididik lagi lalu kembalilagi kesana hal itu lebih baik.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan tentunya setelah saya meninggalkan Papua, Irian Barat saya bermunajat dan tentunya kita juga bermunajat bahwa sekarang kita melihat pamflet pamflet, spanduk spanduk Papua atau Manokwari Kota Injil kita bermunajat akan dating waktunya Irian Barat menjadi kota Sayyidina Muhammad Saw, Irian Barat sebagai wilayah Nabiyyuna Muhammad Saw. Kita makmurkan wilayah Jakarta bukan berarti kita memikirkan Irian Barat saja, Jakarta juga perlu dibenahi, saudara kita yang masih narkoba, saudara kita yang masih mabuk, saudara dan teman yang masih tidak mau shalat dan semua adalah lading jihad kita ntuk menuntun mereka pada kemuliaan, kembalikan mereka kepada hidayah.

Kita bermunajat kepada Allah Swt, semoga Allah Swt melimpahkan kemakmuran bagi muslimin muslimat di wilayah Jakarta, di wilayah Irian Barat dan diseluruh wilayah muslimin. Ya Rahman Ya Rahim kami berdoa untuk saudara saudara kami di Papua, Irian Barat dukung mereka Rabbiy Rabbiy tolong perjuangan mereka, tolong beri apa apa yang mereka inginkan, limpahkan keluasan bagi mereka, semoga Allah Swt limpahkan hidayah bagi mereka yang menyembah selain Mu.

Ya Rahman Ya Rahim Ya Djaljalali wal ikram jadikan wilayah itu wilayah Sayyidina Nabi Muhammad Saw, bangkitkan kekuatan muslimin muslimat. Ya Rahman Ya Rahim datangkanlah terus santri santri dari putra putri mereka ke Jakarta dan yang akan kembali ke wilayah mereka membawa hidayah, membawa syari’ah, membawa islam, membawa dakwah. Mengenalkan shalat, mengenalkan tarawih, mengenalkan takbir, mengenalkan puasa ramadhan, 

Faquuluuu (ucapkanlah) Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah

Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Ditulis Oleh: Administrator  www.majelisrasulullah.org
Saturday, 18 October 2008 
Seorang Muslim Adalah Saudara Muslim Lainnya
Senin, 13 Oktober 2008 

Read More

Post Top Ad