Jejak Kejayaan Islam di Sicilia, Italia - CUPITEBET

JADIKAN RASULULLAH SAW SEBAGAI IDOLA

ads

Hot

Post Top Ad

Selasa, 19 Agustus 2008

Jejak Kejayaan Islam di Sicilia, Italia

''Kota dengan 300 masjid.'' Begitulah penjelajah Arab terkemuka, Ibnu
Hawqal menggambarkan suasana Palermo, ibu kota Sicilia yang berada di
wilayah Italia selatan pada tahun 972 M. Dalam catatan perjalanannya,
Al-Masalik wal Mamlik, Ibnu Hawqal mengaku tak pernah menemukan sebuah
kota dengan jumlah masjid sebanyak itu, sekalipun luasnya dua kali
lebih besar dari Palermo.

Pada saat yang sama, pelancong Muslim kondang itu juga menyaksikan
kehebatan University of Balerm - sebuah perguruan tinggi Islam
terkemuka di kota Palermo, Sicilia. Hampir selama tiga abad lamanya,
umat Muslim di era keemasan berhasil mengibarkan bendera kejayaan
dengan peradabannya yang terbilang sangat tinggi di wilayah otonomi
Sicilia.
 
Dari wilayah itulah, ilmu pengetahuan yang dikuasai umat Islam
ditransfer ke peradaban Barat. Pengaruh Islam begitu besar dalam
peradaban masyarakat Sicilia. Selama tiga abad berada dalam kekuasaan
Islam, kawasan Sicilia pun berkembang menjadi pusat peradaban dan
perniagaan. Sicilia pun sempat menjadi salah satu wilayah primadona di
benua Eropa. Islam bersemi di Sicilia sejak 15 Juli 827 M. Ketika itu,
pasukan tentara Dinasti Aghlabid di bawah kekuasaan Ziyadat Allah I
berhasil menaklukan dari kekuasaan Bizantium. Dinasti Aghlabid
merupakan sebuah kekhalifahan Muslim Arab yang menguasai Ifriqiyah
meliputi Aljazair, Tunisia dan Tripoli.

Dinasti yang berkuasa dari tahun 800 M hingga 909 M itu berpusat di
Tunisia. Diperkuat 10 ribu pasukan infanteri, 700 pasukan berkuda
serta 100 armada kapal, pasukan Muslim di bawah komando Asad Ibnu
Al-Furat (70 tahun) berhasil mengkandaskan kekuatan Bizantium dalam
pertempuran di dekat Mazara. Serangkaian pertempuran demi pertempuran
dilalui pasukan Dinasti Aghlabid hingga akhirnya satu per satu kota di
Sicilia sepenuhnya berhasil dikuasai umat Islam.

Secara resmi, kota Palermo ditaklukan umat Islam pada tahun 831 M.
Sedangkan, Messina dikuasai pasukan Muslim 12 tahun berikutnya. Sejak
wilayah Enna berhasil direbut dari Bizantium pada 859 M, provinsi
Sicilia sepenuhnya berada dalam genggaman umat Islam. Di bawah
kekuasaan umat Islam, Sicilia menjadi provinsi yang multietnis.
 
Beragam suku dan etnis, seperti orang Sicilia, Arab, Yahudi, Barbar,
Persia, Tartar, Negro berbaur dalam toleransi dan keharmonisan. Tak
ada pembantaian terhadap penduduk yang beragama Nasrani. Penduduk
Sicilia yang beragama Nasrani dilindungi dan dihormati kebebasannya
dalam menjalankan aktivitas peribadatan.
 
Penguasa Muslim hanya membebankan pajak kepada penganut agama Nasrani.
Hak milik dan usaha mereka dilindungi penguasa Muslim. Pun demikian
terhadap warga Yahudi yang berada di kawasan kota pantai. Penguasa
Muslim menghormati hak hidup dan melindungi kebebasan umat beragama
lain dalam menjalankan ibadah.
 
Sejak berada dalam kekuasaan Islam, Sicilia menjelma menjadi salah
satu pusat peradaban di Eropa, setelah Kordova. Bangunan masjid yang
tersebar di seluruh kawasan Sicilia tak hanya menjadi tempat beribadah
semata. Masjid-masjid itu juga berfungsi sebagai sekolah -- tempat
bersemainya benih peradaban dan ilmu pengetahuan.
 
Di bawah kekuasaan Islam, Sicilia memiliki universitas Islam
terkemuka. Sekolah-sekolah di wilayah itu dilengkapi dengan asrama
siswa dan mahasiswa. Tak heran, bila begitu banyak remaja dan anak
muda dari berbagai penjuru Eropa menimba ilmu di sekolah dan
universitas Islam di Sicilia.
 
Penjelajah Muslim, Ibnu Jubair, memberi sebuah kesaksian tentang
kemajuan yang berhasil dicapai penguasa Muslim di Sicilia. Dalam buku
perjalanannya, Ibnu Jubair, melukiskan kemajuan pesat yang dicapai
Palermo, ibu kota Sicilia. ''Palermo adalah sebuah kepulauan
metropolis yang mengkombinasikan kekayaan dan kemuliaan. Sebuah kota
kuno yang elegan,'' papar Ibnu Jubair.
 
Bahasa Arab pun menjadi bahasa pengantar masyarakat Sicilia. Ibnu
Jubair menyaksikan wanita dan pria Kristen pun sehari-hari berbicara
dengan bahasa Arab. Kehadiran Islam di Sicilia seakan menjadi berkah
bagi masyarakatnya. Perekonomian Sicilia menggeliat setelah berada
dalam kekuasaan umat Islam. Industri tekstil tumbuh pesat di era
kejayaan Islam di salah satu wilayah otonomi negeri Spagheti itu.
 
Industri kerajinan pun tumbuh dan berkembang pada saat itu. Kehadiran
Islam di tanah Sicilia juga memberi pengaruh yang besar terhadap
bidang pertanian. Para petani dan sarjana Muslim memperkenalkan
teknik-teknik baru pertanian serta benih tanaman yang unggul.
Akibatnya, roda perekonomian ekonomi lokal bergerak begitu cepat.
 
Buah jeruk merupakan komoditas agrobisnis terkemuka yang dihasilkan
para petani Sicilia. Penguasa Islam juga memperkenalkan dan
mengembangkan saluran irigasi di wilayah itu. Teknologi pertanian yang
diwariskan umat Islam itu tetap digunakan masyarakat Sicilia,
sekalipun umat Islam tak lagi berkuasa di wilayah itu.
 
Periode kekuasaan Islam di Sicila merupakan tahap awal revolusi
perdagangan di abad pertengahan. Pada era itulah masyarakat Sicila
merasakan kemakmuran dalam pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat.
Akhir abad ke-10 M, sejarawan bernama Udovitch menjelaskan betapa
Sicilia telah menjelma menjadi pusat perdagangan di dunia Mediterania.
Kawasan itu bersama Tunisia menjadi persimpangan rute perdagangan.
 
Kafilah dari Sijlimasa, selatan Maroko membawa beragam komoditas dari
Afrika dan Maroko untuk dijual ke palermo dan Mazara. Sicilia menjadi
jembatan perdagangan antara Muslim di Timur dengan Muslim di Barat.
Akhir abad ke-10, Sicila menjadi produsen utama kain sutera. Pada era
itu, Sicila sudah mulai menggunakan koin emas atau ruba'ya yang
benilai seperempat dinar. Mata uang itu sungguh bernilai di kota-kota
perdagangan lain seperti Mesir, Suriah dan Palestina.
 
Sayangnya, kekuasaan umat Islam di Sicilia harus berakhir pada tahun
1061 M. Kekuatan umat Islam yang lemah dimanfaatkan bangsa Normandia.
Sejak itu, dominasi Islam pun lenyap dari bumi Sicila. Meski begitu
pengaruh dan peradaban yang diwariskannya masih tetap dapat disaksikan
hingga sekarang.
 
Para Penguasa Muslim di Sicilia
 
Dinasti Aghlabid (827 M - 909 M)
Selama 82 tahun, Sicila berada dalam kekuasaan Dinasti Aghlabid yang
berpusat di Tunisia. Ketika dikuasai dinasti Muslim itu, populasi
penduduk Sicilia bertambah seiring datangnya imigran Muslim dari
Afrika, Asia, Spanyol dan barbar. Semua penduduk Muslim itu terpusat
di kepulauan selatan.
Dinasti Aqhlabi menempatkan seorang amir sebagai pejabat gubernur di
ibu kota Sicilia, Palermo. Di setiap kota di Sicila dilengkapi dengan
sebuah dewan kota bernama gema. Ketika Islam berkuasa banyak penduduk
Sicilia yang menganut agama Islam, sebagian lainnya tetap memuk agama
Kristen. Pada era dinasti itu, mulai diperkenalkan land reform atau
reformasi agraria. Hal itu dilakukan agar tanah tak cuma dikuasai
orang-orang kaya saja. Irigiasi juga mulai diperkenalkan, sehingga
sektor pertanian berkembang pesat. Pada abad ke-10 M, Sicila menjadi
provinsi di Italia yang paling padat dengan jumlah penduduk mencapai
300 ribu jiwa.
 
* Dinasti Fatimiyah (909 M - 965 M)
Pada tahun 909 M, kekuasaan Dinasti Aghlabid dari Afrika di Sicilia
diambil alih Dinasti Fatimiyah. Wilayah itu awalnya menjadi bagian
dari provinsi Fatimiyah yang berpusat di Mesir. Empat tahun berkuasa,
gubernur Fatimiyah diusir dari Palermo. Kepulauan itu lalu
mendeklarasikan kemerdekaannya di bawah kepemimpinan seorang Emir
bernama Ahmed ibnu Kohrob. Sicilia kembali dikuasai Dinasti Fatimiyah
pada 917 M. Selama 20 tahun lamanya, Sicilia dipimpin seorang gubernur
dari Fatimiyah. Pada 937 M, bangsa barbar mengambil alih Sicilia.
 
Emirat Sicilia (965 M - 1091 M)
Sejak tahun 948 M, Khalifah Fatimiyah, Ismail Al-Mansur mengangkat
Hassan Al-Kalbi sebagai emir Sicilia. Secara defakto, Emirat Sicilia
terlepas dari pemerintahan Faimiyah di Mesir. Lalu dia digantikan Emir
yang baru bernama Abu Al-Qasim (964 M - 982 M). pada masa kedua emir
itu berkuasa, Sicilia Muslim bertempur dengan Bizantium. Setelah itu,
kekuasaan Islam meredup seiring perebutan kekuasaan di tubuh umat
Islam. Pada 1061 M, Sicilia lepas dari tangan umat Islam.
 
Pintu Gerbang Ilmu Islam ke Barat
 
Sebagai bekas wilayah kekuasaan Islam, Sicilia merupakan berkah bagi
peradaban Barat. Wilayah otonomi di selatan Italia itu telah menjadi
gerbang transfer ilmu pengetahuan dari dunia Muslim ke Barat. Michelle
Amari merupakan sejarawan yang telah membuktikan bahwa dari
Sicilia-lah ilmu pengetahuan yang dikuasai umat Islam di era keemasan
ditransfer ke Barat.
 
Transfer ilmu pengetahuan Islam ke dunia Barat mulai dilakukan oleh
Frederick II (1194 M - 1250 M) - penguasa Sicilia. Frederick masih
menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di kerajaan yang
dipimpinnya. Ia mengumpulkan sarjana Muslim dan Yahudi untuk
menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab. Bahkan, dia mengirim Michael
Scot ke Cordoba untuk mencari kitab-kitab yang ditulis Ibnu Sina.
 
Frederick adalah raja beragama Kristen. Namun, dia begitu terpengaruh
oleh ajaran dan kebudayaan Islam. Sehingga, Bapak Sejarawan Sains,
George Sarton mengatakan, ''Frederik itu setengah Muslim dengan
caranya sendiri.'' Ketika dia berkuasa, University of Naples pada
tahun 1224 M - universitas pertama di Eropa menggunakan sistem
pendidikan yang dikembangkan pergurun tinggi Islam. Dari Sicilia pula
sistem fiskal yang sempat diterapkan penguasa Islam ditransfer ke
Inggris. Heri Ruslan/yto

republika. co. id

Tidak ada komentar:

Post Top Ad