Gambar Zaman Modern
Liberalisme dan Sekulerisme di Tengah Gempuran Informasi
Di era digital yang dipenuhi dengan arus informasi yang deras, kita harus semakin waspada terhadap pengaruh liberalisme dan sekulerisme yang dapat menyusup ke dalam kehidupan kita. Liberalisme, dengan penekanannya pada kebebasan individu tanpa batas, dan sekulerisme, yang memisahkan agama dari kehidupan publik, dapat menggerus nilai-nilai agama dan moralitas.
Media Sosial: Antara Manfaat dan Mudarat
Teknologi, khususnya media sosial, memiliki peran ganda. Di satu sisi, media sosial memudahkan kita untuk berkomunikasi, mengakses informasi, dan bahkan belajar agama. Namun di sisi lain, media sosial juga menjadi sarana penyebaran konten negatif, seperti pornografi, kekerasan, dan paham-paham yang menyimpang, termasuk liberalisme dan sekulerisme.
Filter Informasi: Peran Orang Tua dan Pendidikan
Orang tua dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam membimbing generasi muda untuk memanfaatkan teknologi dengan bijak. Orang tua perlu mengajarkan anak-anak untuk menyaring informasi, memilih konten yang bermanfaat, dan membatasi penggunaan media sosial.
Pendidikan agama yang kuat juga menjadi tameng bagi generasi muda agar tidak mudah terpengaruh oleh paham-paham yang menyimpang. Sekolah dan lembaga pendidikan agama harus mampu membekali siswa dengan pemahaman agama yang komprehensif dan relevan dengan tantangan zaman.
Majelis Taklim: Oase di Tengah Kekeringan Spiritual
Menyeimbangkan Dunia Maya dan Dunia Nyata
Kesimpulan
Di era digital ini, kita harus lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi. Mari kita manfaatkan teknologi untuk kebaikan, seperti belajar agama, berdakwah, dan mempererat silaturahmi. Kita juga perlu memperkuat pendidikan agama dan memakmurkan majelis taklim sebagai benteng dari pengaruh liberalisme, sekulerisme, dan paham-paham menyimpang lainnya.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
konten lama
Indonesia Negara Liberal dan Sekuler?
Secara sadar atau tidak sadar kita menuju kepada pemikiran Liberal dan Sekuler
mengapa saya menulis demikian? bukankah negara kita ini negara yang agamis?
sesuai dengan Pancasila sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa?
ya semenjak dekade reformasi dan sebelumnya kita telah dicekoki oleh informasi-informasi yang sangat menjurus kepada faham liberalisme dan sekulerisme, dilihat dari apa yang masuk di rumah kita melalui alat informasi yang bernama televisi, sudah banyak dari kita mengetahui bahwa jarang sekali acara televisi menyajikan acara yang agamis, yang disiarkan hanya acara yang banyak mengumbar aurat, sinetron tentang percintaan, kehidupan yang bebas seperti kaum liberal dan sekuler lainnya.
anak-anak dijejali dengan film anak-anak / kartun mulai jam 18.00 sampai 19.00 bahkan lewat,
acara malam hari yang penuh dengan maksiat mata, goyangan birahi dan percintaan. bagaimana kita bisa mengajarkan anak-anak kita ilmu agama pada jam tersebut, jika mereka asyik dengan tontonan yang bukan tuntunan? demikian dari rumah saja anak-anak kita akan mengikuti pikiran para kaum liberal dan sekuler.
lalu ditambah dengan sekolah-sekolah negeri gratis yang minim sekali pendidikan agamanya, yang mengakibatkan madrasah swasta dan pesantren swasta semakin lama muridnya akan semakin sedikit dan bahkan tidak ada murid sama sekali, bangkrutlah madrasah dan pesantren tersebut. madrasah negeri juga tidak banyak di negeri ini, dan saya belum pernah mendengar pesantren negeri di negeri yang kita cintai ini!
bagaimana kita menyikapi sebagian dari perantara-perantara pemikiran kaum liberal dan sekuler tersebut?
mungkin yang hanya bisa saya katakan hanya ini, ajak saudara dan keluarga kita ke majelis-majelis taklim dan zikir untuk membendung dan menetralisir pemahaman-pemahaman Liberalisme dan Sekulerisme memasukin rumah kita.
kita bisa memakmurkan majelis taklim untuk lebih mensyiarkan agama Islam yang beberapa tahun ini mulai berkembang berkat kegigihan para dai dan Habaib muda dan atas berkat dorongan dari guru-guru mereka untuk berjuang mengenalkan Allah, Rasulullah SAW dan juga mengenalkan Islam ahlussunah waljamaah. seperti Majelis Rasulullah SAW(Hb. Munzir bin Fuad Al Musawa), Nurul Musthofa(Hb. Hasan bin ja'far assegaf), Al Anwar(Hb. Muhammad Syahab) dan majelis lainnya.
kita bisa juga mengajak saudara-saudara lainnya untuk meminta/berkirim email/telephone kepada redaksi stasiun televisi-televisi di indonesia untuk menyiarkan majelis-majelis yang telah saya sebut di atas untuk di siarkan langsung di televisi. kenapa saya berkata seperti ini? Alhabib Munzir bin Fuad Al Musawa pernah bertanya kepada salah satu redaksi stasiun televisi, mereka menyiarkan acara sesuai minat para pemirsa di rumah, jika pemirsa ingin tayangan pornografi maka televisi menyiarkan tayangan goyang erotis, film yang mengumbar aurat. oleh karena itu dengan banyak permintaan dari pemirsa untuk menyiarkan tayangan yang agamis seperti siaran langsung majelis taklim dan tayangan agamis lainnya, mau tidak mau media akan menyiarkannya/menyesuaikan dengan pemirsa juga. (bersambung)
alafwaminkum wassalamu'laikum wr. wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar