Perempuan Berkalung Sorban, sebuah film garapan seorang sutradara muda, Hanung Bramantyo, memang tak pantas dianggap sebagai film Islami. Bahkan film yang diangkat dari novel ini selayaknya dianggap sebagai film yang memfitnah Islam dan merupakan propaganda bermuatan Injil.
Dalam salah satu adegan, pemeran utama wanita meminta untuk di zinahi dan ditolak. Belum lagi berzina, mereka pun ditarik untuk dirajam. Apakah seorang Kiyai akan merajam tanpa adanya 4 orang saksi?
Tidak hanya sampai di situ, sang ibu yang tak tega melihat anaknya dirajam, bukannya meminta 4 orang saksi yang melihat persetubuhan mereka, malah mempersilahkan mereka untuk melempari batu asal yang melempar itu adalah orang yang tak berdosa. Bukankah ini fragmen yang dapat kita temukan di Alkitab?
Film ini menggambarkan seakan para Kiyai itu adalah para imam Yahudi yang rusak dan harus dilawan dengan ajaran Kristen. Bisa jadi ini adalah suatu propaganda mereka yang ingin menggantikan syariat Islam dengan ajaran Kristen. Mereka menggambarkan seakan-akan hukum Islam itu kejam dan hukum Kristen itulah yang layak diamalkan. Padahal apa yang mereka lakonkan tak sesuai hukum Islam.
Dalam Islam, seseorang tak dapat dirajam hanya karena berdua-duaan. Dan rajam itu tak diberlakukan kepada mereka yang belum pernah menikah. Jika ada seseorang yang dituduh berzina, maka harus didatangkan 4 orang saksi yang benar-benar melihat persetubuhan tersebut. Jika ada 4 orang yang melihat dengan pasti masuknya kelamin pria kepada kelamin wanita yang tak halal baginya, maka pria yang berzina tersebut dapat dihukum. Jika pria itu belum pernah menikah (muh-shon), maka ia dapat dihukum cambuk. Jika pria itu telah muh-shon, artinya telah pernah menikah, barulah ia dapat dirajam.
Jika Perempuan Berkalung Sorban dianggap menggambarkan kondisi atau pun realita pesantren, maka hal itu jelas merupakan kekeliruan besar. Tak ada pesantren yang Kiyainya begitu bodoh hingga merajam orang yang belum pernah menikah dan bahkan menjatuhkan hukum zina tanpa ada 4 orang saksi. Begitu juga dengan wanitanya jika memang rela dalam perzinaan tersebut. Tetapi jika ia dipaksa dalam perzinaan tersebut, maka ia terbebas.
Islam tak rela jika ada seorang wanita yang berada dalam kebodohan. Islam mewajibkan muslimin dan muslimat untuk menuntut ilmu dari dalam kandungan ibu hingga dalam kandungan ibu pertiwi (mother earth). Anda dapat melihat bahwa banyak Muslimah yang dapat meneruskan kuliah ke universitas. Bahkan dalam film Perempuan Berkalung Sorban itu pun dapat Anda saksikan para wanita yang dibiarkan menuntut ilmu, termasuk tokoh utama wanita. Sungguh bertentangan jika dikatakan bahwa sang Kiyai merampas kebebasan puterinya untuk menuntut ilmu.
Melihat itu semua, maka ada dua kemungkinan. Pertama, mungkin Hanung Bramantyo itu bodoh mengenai Islam. Kedua, mungkin Hanung Bramantyo itu tahu, tetapi ingin memfitnah Islam dan para aktivis da’wah. Bagaimana pun kondisi Hanung Bramantyo, film Perempuan Berkalung Sorban itu tak layak beredar. Dan bagi mereka yang telah menonton dan termakan propaganda film tersebut, ketahuilah, bahwa Islam itu agama yang penuh kasih-sayang dan senantiasa menjaga ummatnya dari kehancuran. Layaknya seorang ibu yang tak ingin anaknya terbakar dalam api, seperti itulah Nabi Muhammad melindungi kita dari kehancuran dengan ajaran yang dibawanya. Orang yang perlu Anda waspadai bukanlah para Kiyai yang jelas-jelas telah berjasa mengajarkan jalan keselamatan. Bahkan orang-orang seperti Hanung Bramantyo itulah yang perlu Anda waspadai. Sebab di dunia ini memang banyak serigala berbulu domba. Mereka berlindung di balik simbol-simbol Islam guna menyerang ajaran Islam. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar