Suara-Islam Online–Pasca keruntuhan Uni Sovyet, Amerika mengarahkan bidikannya ke dunia Islam. Salah satu rencana AS mengobrak-abrik dunia Islam ini tertuang dalam dokumen Rand Corporation, sebuah lembaga yang dibiayai oleh Gedung Putih. Paling tidak ada tiga hal yang disorot yakni penanganan konflik Timur Tengah, terorisme dan radikalisme Islam, serta penanganan fundamentalisme Islam. Intinya Amerika tidak ingin Islam tampil sebuah kekuatan riil dalam sebuah negara.
Khusus untuk menangani fundamentalisme Islam, Rand Corp. pada tahun 2007 juga mengeluarkan sebuah laporan setebal 217 halaman yang berjudul: Building Moderate Muslim Network. Dalam laporan yang terdiri atas sepuluh bab tersebut, Rand Corp. mengungkapkan latar belakang dilakukannya kajian ini, di mana ada ketidakseimbangan kekuatan antara kalangan radikal-fundamentalis dengan kalangan moderat-liberal.
Ketidakseimbangan sarana yang dimiliki antara kalangan radikal dan moderat ini menurut Rand Corp. memiliki konsekuensi bagi ‘perang pemikiran’ di dunia Islam. Sehingga AS dan negara-negara Barat diharapkan dapat sedikit mempengaruhi hasil dari ‘perang pemikiran’ ini secara langsung dengan memanfaatkan kalangan Muslim sendiri - untuk mengecam kesalahan persepsi Islam yang dikembangkan kaum yang mereka sebut ekstrimis karena ingin menegakkan Islam kaffah.
Secara gamblang Rand Corp mengungkapkan peta jalan (road map) bagaimana membangun jaringan Muslim moderat ini dengan mulai memberikan prioritas bantuannya pada pihak-pihak yang dinilai paling cepat memberikan dampak dalam perang pemikiran, yakni : 1) Akademisi dan intelektual Muslim yang liberal dan sekuler, 2) Mahasiswa muda religius yang moderat, 3) Komunitas aktivis, 4) Organisasi-organisasi yang mengkampanyekan persamaan gender, dan 5) Wartawan dan penulis moderat.
Rand Corp. juga merinci kriteria kalangan moderat-liberal yang akan dijadikan mitra AS, yakni : 1) Mendukung demokrasi, 2) Mengenal hak-hak manusia, termasuk di dalamnya kesetaraan gender dan kebebasan berkeyakinan, 3) Menghargai keberagaman, 4) Menerima sumber hukum yang non sektarian, 5) Menentang terorisme dan bentuk-bentuk kekerasan ilegal lainnya.
Pembinaan-pembinaan yang dilakukan atas mereka selanjutnya diarahkan ke dalam sektor-sektor yang meliputi :
a. Democratic education (pendidikan demokratis), khususnya pada program-program yang menggunakan teks-teks Islam dan model pengajaran tradisional yang mendukung nilai-nilai demokratis dan pluralistik.
b. Media. Dukungan bagi media yang moderat sangat penting untuk menyerang dominasi media yang anti demokratis dan elemen-elemen Muslim konservatif.
c. Gender equality (kesetaraan gender). Isu hak-hak perempuan merupakan hal mendasar pada perang pemikiran dalam Islam. Promosi kesetaraan gender merupakan komponen kritis untuk memperkuat Muslim moderat.
d. Policy Advocacy (Advokasi/dukungan kebijakan). Kalangan Islamis memiliki sejumlah agenda, dan kalangan moderat memerlukan advokasi kebijakan untuk membentuk lingkungan yang legal dan politis di dunia Islam.
Kajian teknis yang dikeluarkan Rand Corp. sebelumnya pada tahun 2003 yang berjudul Civil Democratic Islam bahkan secara terbuka membagi umat Islam ke dalam kelompok-kelompok: Fundamentalis, Tradisionalis, Modernis, dan Sekuleris.
Kelompok Fundamentalis diidentifikasi sebagai kalangan yang menolak demokrasi dan budaya Barat, menginginkan sebuah negara otoriter yang menerapkan hukum Islam, serta memakai penemuan dan teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka. Kelompok Tradisionalis dicirikan sebagai suatu masyarakat yang konservatif, mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan. Adapun kelompok Modernis menginginkan dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman. Sedangkan kelompok Sekul
Rand Corp. selanjutnya merinci langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menggempur kalangan yang mereka kelompokkan sebagai fundamentalis yakni mendukung kelompok modernis, mendukung kaum tradisionalis dalam menentang kaum fundamentalis, mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis, dan mendukung kaum sekuler secara selektif.
Dokumen itu menunjukkan, politik adu domba sebagai jalan untuk melemahkan Islam. Politik pecah belah dilaksanakan oleh media massa yang punya link dengan Amerika baik secara langsung maupun tidak. Di sinilah jahatnya media. [adi purwandana/www.suara-islam.com]