(صحيح البخاري) "sungguh seorang datang pada Nabi saw dan berkata saudaraku sakit perut, maka bersabda Rasul saw : Beri ia madu. Lalu ia datang lagi mengadukan saudaranya masih sakit, Rasul saw bersabda : beri ia madu. Lalu ia datang ketiga kalinya (saudaranya masih sakit) dan Rasul saw bersabda : beri ia madu. Orang itu berkata : sudah kuperbuat (dua kali) namun tidak sembuh. Rasul saw bersabda : beri ia madu, sungguh Maha Benar Allah dan jangan kau didustakan oleh perut saudaramu. Maka orang itu memberi saudaranya madu (yg ketiga kali) dan ia sembuh." (Shahih Bukhari)
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dialah Allah, Nama yang paling agung untuk disebut, Nama yang paling berhak dirindukan dan dicintai dari semua nama, Nama Yang Maha Kekal dan Abadi dan Maha Sempurna, Maha Tunggal dengan Kesempurnaan, Maha Abadi dengan segenap keindahan dan kekuasaan, segenap kekuasaan berjatuhan, tinggallah kerajaan Allah,(yaitu) Alam semesta,kekuasaan Allah abadi, sebelum alam semesta ada hingga alam semesta berakhir, sebelum kehidupan ada hingga semua kehidupan yang dicipta dan hingga semua kehidupan berakhir, hingga semua penglihatan tidak lagi melihat, hingga semua bibir tidak lagi bicara, hingga semua pendengaran tidak lagi mendengar, Dialah Yang Maha Ada dan selalu ada sepanjang waktu dan zaman. Dan Allah Swt, Sang Maha Pemelihara alam semesta, Maha Melimpahkan Anugerah, Maha Pemurah dan Maha Dermawan kepada segenap hambaNya. Mereka yang beriman dan tidak beriman masih mendapatkan Kasih Sayang Allah sepanjang kehidupan. "Huwalladzii anzala minassamaai maa'an lakum minhu syarabun waminhu syajarun wa fiihi tusiimuuna; yumbitu lakum bihizzar a'wazzaituna wannakhila wal a'naaba wamin kulli tsamaraati, inna fii dzalika la ayatalliqaumin yatafakkaruna" QS. An-Nahl : 10 - 11 Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Hadirin – hadirat, "wasakhkhara lakumullaila wannahara wasysyamsa wal qamara wannujuumu musakhkharatun bi amrihi, inna fidzalika la ayaatilliqaumin ya'qiluuna" Dia Allah juga yang telah menundukkan siang dan malam, matahari dan bulan dan ditundukkan bagi kalian bintang – bintang untuk selalu taat kepada Allah; QS. An-Nahl : 12. "..musakhkharatum bi amrihi" matahari dan bulan selalu berputar dengan porosnya, bumi berputar dengan porosnya, siang dan malam terus berganti dan tidak saling mendahului. Dan demikian matahari berputar dengan porosnya, bulan dengan porosnya hingga manusia mengenal perhitungan Syamsiyah (Masehi) dan Qamariyah (Hijriyyah). Perhitungan tahun, bulan dan perhitungan matahari dengan hijriyyah dan masehi. Manusia mengenal itu dengan munculnya matahari dan bulan yang muncul dengan teratur setiap tahunnya. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Hadirin – hadirat, Allah juga berfirman "wahuwalladzi sakhkharalbahra lita'kuluu minhu lahman thariyyan watastakhrijuu minhu hilyatan talbasuunaha" Dia (Allah) juga yang menundukkan lautan untuk kalian, agar kalian mengambil darinya daging – daging yang segar; QS. An-Nahl : 14. "lahman thariyyan" kalian mengambil daging ikan itu yang tidak ada najisnya, walau tidak disembelih tetap suci hukumnya. Demikian indahnya, Allah jadikan lautan itu pembawa Rahmat dan kemudahan bagi kita. "watastakhrijuu minhu hilyatan talbasuunaha" dan kalian bisa mengeluarkan dari laut itu perhiasan – perhiasan yang kalian pakai berupa mutiara dan bentuk perhiasan yang indah lainnya; QS. An-Nahl : 14. Dan Allah jadikan sampai perhiasan kita pun dicipta oleh Allah di muka bumi. Emas, berlian, permata, mutiara dan lain sebagainya dihamparkan oleh Allah dimuka bumi dan disiapkan. Bukan hanya makanan dan minuman saja bahkan perhiasan pun Allah siapkan untuk kehidupan yang demikian sempurnanya. Lebih – lebih lagi, kehidupan akhirat. Hadirin – hadirat, Sang Maha Dermawan selalu mengenalkan kepada kita Kasih Sayang-Nya. Sampailah kita kepada hadits mulia ini, dimana Rasul saw mengajarkan kepada kita untuk berobat dengan madu. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu anh bahwa seorang lelaki datang kepada Rasul saw mengadukan bahwa saudaranya sakit perut. Rasul saw berkata "beri ia minum madu". Maka orang itu mengikuti saran Sang Nabi Saw. Tidak lama datang lagi untuk yang kedua kalinya orang yang sama bahwa saudaranya belum sembuh, malah makin parah. Maka Rasul saw berkata "beri ia minum madu". Kali yang ketiga ia datang, "ya Rasulullah masih belum sembuh juga", Rasul saw berkata"beri ia minum madu", maka ia berkata "aku sudah perbuat itu 2X tapi tidak sembuh – sembuh". Rasul saw berkata "shadaqallahu wa kadzaba badhnu akhiika" Allah Maha Benar, jangan benarkan apa – apa yang terjadi pada saudaramu. Maka diberilah minuman madu itu untuk ketiga kalinya maka ia pun sembuh. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, "wa awhaa Rabbuka illa annahli" Dan Tuhanmu telah mewahyukan (memerintahkan) kepada lebah (tawon); "anittakhidzii minal jibali buyutan" agar mengambil rumah – rumahnya (sarang- sarangnya) di gunung – gunung, jangan di tempat manusia. jadikanlah gunung – gunung itu rumah kalian, wahai lebah dan di pohon – pohon dan kalian boleh bersarang juga pada bangunan yang disiapkan manusia untuk mengambil madu kalian. Indahnya perintah Allah kepada lebah untuk berbakti kepada manusia. Allah berkata "anittakhidzii minal jibali buyutan, waminassyajari, wamimmaa ya'risyuun" wahai lebah, kalian tinggal di gunung – gunung atau di pohon – pohon, atau ditempat yang dibangun manusia untuk kalian", sudah diperintah oleh Allah. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari mensyarahkan hadits yang kita baca tadi bahwa berkaitan dengan ayat ini. Rasul saw berkata "shadaqallahu wa kadzaba badhnu akhi", Allah sudah berfirman bahwa pada cairan yang keluar dari lebah itu terdapat penyembuhan."Syifaulinnaas" (penyembuh bagi manusia), maka Rasul Saw berkata "shadaqallahu wa kadzaba badhnu akhiik" Allah Yang Maha Benar, jangan percaya pada penyakit saudaramu. Beri terus minum madu, minum madu tambah sakit perutnya, Rasul saw berkata "beri lagi minum madu, beri lagi". Al Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa didalam riwayat thibbun nabawiy (pengobatan – pengobatan Nabi Saw) madu itu mempunyai 1 kemampuan untuk membunuh bakteri – bakteri dan virus. Semakin dahsyat bakteri dan virus yang menyerang seseorang, semakin ia butuh madu lebih banyak. Oleh sebab itu Rasul saw perintahkan untuk minum lagi, lagi. Maksudnya dosisnya belum cukup untuk penyakit saudaramu, tambahkan lagi madu sampai cukup dan sembuh. Demikian Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari. Dan para ilmuwan kita menemukan 1 keajaiban pada lebah yang memproduksi madu,. Banyak hewan – hewan yang ada di permukaan bumi memang dicipta dan diperintah oleh Allah untuk memproduksi lebih dari produksinya, lebih dari kebutuhannya karena itu disiapkan untuk manusia. Lebah memproduksi madunya lebih banyak dari kebutuhannya, jauh lebih banyak dari kebutuhannya. Kebutuhan lebah tidak seberapa tetapi ia memproduksinya sangat banyak karena sudah diperintah oleh Allah. Demikian pula ayam, demikian pula sapi. Yang ayam itu bertelur hampir setiap hari 1 butir dan itu tidak dibutuhkannya, demikianlah sapi yang memproduksi susunya lebih banyak dari kebutuhan anak – anaknya. Demikian indahnya pengaturan dan kesempurnaan ekosistem yang diatur oleh Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Demikian dahsyatnya lebah dengan perintah Rabbul Alamin Jalla Wa Alla dan ternyata juga pada lebah itu juga terdapat suatu zat yang sudah dijelaskan oleh Allah. "Yakhruju mim buthuuniha syarabun mukhtalifun alwaanuhu" cairan yang keluar dari lebah itu beraneka warna; QS. An-Nahl : 69. Bukan hanya madu tapi ada cairan lain yang dikenal dengan sebutan "propolis". Propolis adalah salah satu antibiotik terkuat yang ada di muka bumi. Munculnya dari lebah bukan berupa madu tapi ia merupakan cairan antibiotik yang diproduksi oleh lebah untuk menjaga sarang –sarang tawonnya. Apabila datang bakteri – bakteri yang merusak maka lebah itu mengeluarkan cairan propolisnya dan membunuh bakteri. Dan ternyata propolis itu bisa diambil oleh manusia dijadikan antibiotik yang paling kuat dan tidak membawa efek samping bagi manusia. "Fiihi syifaullinnaas" pada cairan yang keluar darinya itu (lebah) membawa kesembuhan bagi manusia. Dan hal itu semua sudah diketahui oleh Sayyidina Muhammad Saw. Beliau sudah memahaminya, seraya berkata"shadaqallahu wa kadzaba badhnu akhiik" Allah Yang Maha Benar, jangan percaya pada penyakit saudaramu yang sakit perut makin sakit perutnya, beri madu lagi, beri minuman lagi dari lebah. Inilah karena beliau mengetahui betul kandungan – kandungan yang ada pada cairan – cairan yang keluar dari lebah, pada cairan yang keluar dari serangga, apa yang ada di sayap seekor lalat. Kesemuanya sudah diketahui dengan jelas oleh Nabiyyuna Muhammad Saw. Semakin kita ikuti sunnah semakin sempurna kehidupan kita, semakin dalam kesehatan wal afiah. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, berkata Anas bin Malik "ma ra aina mandharan, a'jab min wajhinnabiy Saw" belum pernah kami melihat pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah Sayyidina Muhammad Saw. Demikian berkata Sayyidina Anas bin Malik. Hadirin – hadirat, pemandangan yang menakjubkan berupa matahari, bulan, lautan, dan lainnya. Seraya berkata "tidak ada pemandangan yang lebih menakjubkan yang kami temukan melebihi dari wajah Sayyidina Muhammad Saw". Wajah yang paling berhak dicintai dari semua wajah, wajah yang paling ramah, wajah yang paling berkasih sayang dari semua makhluknya Allah, yang Allah katakan "wa innaka la'alaa khuluqin adhim, sungguh kau (Nabi Saw) berada pada akhlak yang agung" (QS. Al Qalam : 4). (juga Allah berfirman bahwa sang Nabi saw adalah) Sirajan Munira (pelita yang terang – benderang) Sayyidina Muhammad Saw. Hingga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad, salah seorang sahabat ketika wafatnya Nabi saw seraya berdoa kepada Allah"Allahumma khudz bashari hatta.." wahai Allah butakan mataku, aku tidak mau melihat lagi setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Maka ia dibutakan oleh Allah. Ia dijenguk oleh para sahabat diantaranya Ibn Abbas dan Ibn Umar radiyallahu anhuma "kenapa kau ini buta?", ia berkata "aku berdoa minta buta kepada Allah", "kenapa?","aku tidak butuh melihat lagi setelah wajah Sayyiidina Muhammad Saw tidak ada lagi dimuka bumi". Demikian hadirin – hadirat, seraya berkata "tidak berarti bagiku pemandangan dari kijang – kijang indah dan semua yang ada di alam ini dan kehidupan dunia ini tidak berarti kalau aku sudah tidak lagi melihat wajah Nabiku Muhammad Saw". Inilah cinta, inilah mahabbah, dan Rasul saw telah bersabda "aku merindukan saudara – saudaraku". Siapa mereka? Sebagaimana riwayat Shahih Muslim "humul ladziin ya'isyuuna ba'di, yawaddu ahaduhum law ra'ani bi ahlihi wamaalihi" mereka yang hidup setelah aku wafat sangat ingin melihat wajahku dari segala – galanya. Hadirin, semoga aku dan kalian berada didalam kelompok yang dirindukan Rasulullah Saw yang airmata beliau menangis, mendengar dari Allah, gema dari matnya yang rindu setelah ia wafat dan sangat ingin melihat wajah beliau. Semoga namaku disampaikan kehadirat Sang Nabi saw dan juga nama - nama kalian, nama orang yang merindukan jumpa Sang Nabi Saw dan dirindukan oleh Sang Nabi saw.Mereka yang kurindukan itu, kata Rasul saw. Mereka yang hidup setelah aku wafat namun mereka sangat ingin melihat wajahku lebih dari harta dan keluarganya. Rabbiy Rabbiy jadikan kami orang – orang yang dirindukan oleh Rasulullah Saw. Ya Rahman Ya Rahim, muliakan kami demi Keagungan Anugerah-Mu siang dan malam yang tiada pernah terputus dalam kehidupan kami, dalam terbit dan terbenamnya matahari. Pastikan kami selalu dalam keridhoan-Mu, pastikan kami selalu dalam Cahaya Pengampunan-Mu, pastikan kami selalu dalam Cahaya Kebahagiaan-Mu, singkirkan dari kami segala musibah, singkirkan dari kami segala kesulitan, gantikan dengan kemudahan. Wahai Yang Maha Memudahkan segala yang sulit, mudahkan untuk kami segala yang sulit dan mudahkan bagi kami yang telah mudah dan tambahkan untuk kami. Rabbiy, jangan Kau siksa kami jika kami berbuat salah dan dosa, maafkan segala dosa – dosa kami, jangan bebani kami dengan beban yang kami tidak mampu mengangkatnya. Wahai Allah, dan kasih sayangilah kami, dan maafkanlah kami, ampunilah kami, kami titipkan seluruh dosa kami pada gerbang pengampunan-Mu. Kami titipkan usia kami pada gerbang Pengampunan-Mu, kami titipkan sisa usia kami pada gerbang Pengampunan-Mu, kami titipkan akhir hidup kami pada gerbang kerinduan pada-Mu, pastikan kami wafat kelak dalam puncak kerinduan kehadirat-Mu. "Man ahabba liqa'i ahbabtu liqa'ahu" barangsiapa yang rindu jumpa dengan-Ku, Aku pun rindu jumpa dengannya. Pastikan kami melewati hari – hari kami semakin rindu pada-Mu, semakin jauh dari dosa – dosa, semakin dekat kepada pahala, limpahkan kami kemakmuran dunia akhirat. Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah.. Ya Dzaljalali wal ikram, Ya Dzaththauli wal in'am. Tidak lupa kita mendoakan saudara – saudara kita yang terjebak dalam narkotika, yang terjebak dalam perzinahan, perjudian dan segala kerusakan aqidah agar Allah Swt melimpahkan kepada mereka hidayah. Ya Rahman Ya Rahim, kita lanjutkan dengan doa bersama untuk mendoakan seluruh muslimin – muslimat dan munculnya pemimpin yang membawa kedamaian, memrangi kedhaliman, menindas kelemahan, membela shalihin. Amin Allahumma amin. Tafadhol masykura. Hadirin –hadrirat yang dimuliakan Allah, Berbeda dengan sebagian thariqah yang hanya mengambil ma'rifah dan haqiqah saja tanpa memperdulikan syari'atnya. Tentunya hal itu baik, akan tetapi kalau ia meninggalkan syari'ah secara keseluruhan tentunya bertentangan dengan tuntunan Sang Nabi saw. Karena Sang Nabi saw dibangkitkan untuk mengajarkan syari'at dan hakekat. Kesemuanya diajarkan. Syari'at adalah hukum – hukum dalam kehidupan kita, hal – hal yang bersifat jasadiyyah seperti hukum ibadah, hukum tijarah, hukum dagang, hukum nikah. Kalau haqiqah, ma'rifah adalah ilmu yang mendekatkan kita dengan lebih khusyu' kepada Allah Swt. Sekali lagi pemahaman tentang Allah itu dipadu dalam thariqah alawiyyah. Oleh sebab itu para habaib kita berjalan dengan thariqah alawiyyah, seperti banyak sekali Guru Mulia kita Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh juga Guru Mulia kita Al Habib Zein bin Ibrahim bin Smeith, Madinah, Guru Mulia kita Al Habib Salim bin Abdullah Syatiri, Tarim, Guru Mulia Kita Syekh Muhammad bin Alwi Al Maliki, dan juga para Kyai kita KH. Abdullah Syafi'ie, Muallim KH. Syafi'i Hadzami, KH. Nawawi Al Banteni alaihim rahmatullah ajmain, mereka didalam thariqah alawiyyah. Demikian para ulama dan habaib terdahulu. Luarbatang, kwitang, empang Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam. |
Sumber: Habib Munzir bin Fuad Al Musawa www.majelisrasulullah.org |
Post Top Ad
Kamis, 04 Juni 2009
Rahasia ALLAH SWT Yang Ada Pada Madu
Senin, 01 Juni 2009
Menjawab Fitnah Agama Wahhaby Terhadap Blog Salafytobat (I-a)
Kini sekte sesat wahhaby, penyebar ajaran bid'ah "anti madzab" tidak henti-hentinya menghancurkan sendi-sendi agama. Mereka tidak heni-hentinya menyesatkan dan mengkafirkan amalan moyoritas muslim ahlusunnah (sunni). Tidak heran sehingga munculah ulama-ulama dan da'i yang mencoba membongkar kesesatan mereka, tapi ulama-ulama dan da'i-da'i yang haq ini terus mendapat tantangan dan fitnah dari sekte wahhaby yang mengaku-ngaku sebagai "salafy/darul hadits".
Pada tulisan ini kami akan membantah fitnah wahhaby terhadap blog ahlusunnahwww.salafytobat.wordpress.com.
I. Wahhaby katakan bahwa : "Tidak dalil (hadits) adanya ilmu laduni".
Jawaban :
Semua ilmu adalah dari Allah Swt., makhluq tidak akan memperoleh atau memiliki ilmu kalau tidak diberi oleh Allah SWT oleh karena itu hakikat semua ilmu adalah pemberian khusus dari Allah SWT, jadi semua ilmu adalah laduni/mauhub/pemberian khusus dari Allah Swt..
Melalui al-quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. asbab untuk mendapatkan ilmu bermacam-macam, yang paling utama ialah belajar. Belajar dengan ilmu agama hukumnya wajib sebagaimana dalam banyak diterangkan dalam hadits shahih dan ayat –ayat alqur'an. Selain dengan asbab "belajar", Allah juga berkuasa untuk memberikan ilmu tanpa belajar! Tapi dengan asbab yang lain.
A. Dalil-dalil ayat Al-qur'an tentang ilmu laduni/mauhub
1. "Dan Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian" (Qs. Al baqarah ayat 282)
2. "Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami (jalan-jalan petunjuk). Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang ihsan (muhsinin) (QS Al'ankabut [69] ayat 69).
3. "Katakanlah (hai Muhammad Saw.) Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan" (QS Thaha [10] ayat 113).
4. "Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. "(QS. Al-qashash [28], ayat 7).
5. "Dan kami telah ajarkan kepadanya (Nabi khidhir) dari sisi Kami suatu ilmu". (Al Kahfi: 65).
B. Hadits-hadits tentang ilmu mauhub/laduni
1. Hadits Bukhari -Muslim :
"Dahulu ada beberapa orang dari umat-umat sebelum kamu yang diberi ilham. Kalaulah ada satu orang dari umatku yang diberi ilham pastilah orang itu Umar."(Muttafaqun 'alaihi)
2. Hadits At Tirmidzi :
"Ini bukan bisikan-bisikan syaithan, tapi ilmu laduni ini merubah firasat seorang mukmin, bukankah firasat seorang mukmin itu benar? Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam: "Hati-hati terhadap firasat seorang mukmin. Karena dengannya ia melihat cahaya Allah". (H.R At Tirmidzi).
3. Hadits riwayat Ali bin Abi Thalib Ra:
"Ilmu batin merupakan salah satu rahasia Allah 'Azza wa Jalla, dan salah satu dari hukum-hukum-Nya yang Allah masukkan kedalam hati hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya".
4. Hadits riwayat Abu Dawud dan Abu Nu'man dalam kitab Al-Hilyah :
Nabi Muhammad Saw. bersabda yang maksudnya : "Barangsiapa mengikhlashkan dirinya kepada Allah (dalam beribadah) selama 40 hari maka akan zhahir sumber-sumber hikmah daripada hati melalui lidahnya". (HR. Abu Dawud dan Abu Nu'man dalam alhilyah).
5. Dalam kitab syarah al-hikam
Nabi SAW bersabda :" Barangsiapa Yang Mengamalkan Ilmu
6. Dalam hadits majmu (Himpunan) hadist qudsy
Allah berfirman kepada Isa: "Aku akan mengirimkan satu umat setelahmu (ummat Muhammad Saw.), yang jika Aku murah hati pada mereka, mereka bersyukur dan bertahmid, dan jika Aku menahan diri, mereka sabar dan tawakaltanpa [harus] mempunyai hilm (kemurahan hati) dan 'ilm [1]." Isa bertanya: "Bagaimana mereka bisa seperti itu ya Allah, tanpa hilm dan 'ilm?" Allah menjawab: "Aku memberikan mereka sebagian dari hilmKu dan 'ilmKu."
7. Dalam hadits qudsy (Kitab Futuh Mishr wa Akhbaruha, Ibn 'Abd al-Hakam wafat 257 H).
Allah mewahyukan kepada Isa As. untuk mengirimkan pendakwah ke para raja di dunia. Dia mengirimkan para muridnya. Murid-muridnya yang dikirim ke wilayah yang dekat menyanggupinya, tetapi yang dikirim ke tempat yang jauh berkeberatan untuk pergi dan berkata: "Saya tidak bisa berbicara dalam bahasa dari penduduk yang engkau mengirimkan aku kepadanya." Isa As. berkata: "Ya Allah, aku telah memerintahkan murid-muridku apa yang Kau perintahkan, tetapi mereka tidak menurut." Allah berfirman kepada Isa: "Aku akan mengatasi masalahmu ini." Maka Allah membuat para murid Isa bisa berbicara dalam bahasa tempat tujuan mereka diutus
C. Cara mendapatkan ilmu dari Allah Swt.
Adapun asbab diberikannya ilmu /kefahaman oleh Allah adalah :
1. Belajar
Termasuk bertanya dengan para ulama. Hendaknya belajar dengan guru mursyid yang menjaga dzikir dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
2. Takut Kepada Allah
kitab alhikam, syaikh ibnu athoillah alasykandary (kepala madrasah alazhar-asyarif abad 7 hijriah) menyebutkan nukilan ayat dari alqur'anulkarim :
"wataqullaha wayu'alimukumullah"
artinya : "Dan Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian"(Qs. Al baqarah ayat 282)
3. Mengamalkan ilmu yang diketahui
Sebuah hadits dalam syarah kitab Al-hikam menyebutkan bahwa nabi muhammad saw bersabda :
"man 'amila bimaa 'alima waratshullahu 'ilma maa lam ya'lam"
Artinya : Nabi SAW bersabda :" Barangsiapa Yang Mengamalkan Ilmu
Dalam hadis qudsi, Nabi Isa as. Juga bersabda:
"Isa As. berkata: "Buat kalian tidak ada gunanya mendapat ilmu yang belum kalian ketahui, selama kalian tidak beramal dengan ilmu yang telah kalian ketahui. Terlalu banyak ilmu hanya menumbuhkan kesombongan kalau kalian tidak beramal sesuai dengannya." [ Diriwayatkan oleh (Abu 'Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (... – 241 H), Kitab al-Zuhd, 327. Dan (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (... - 505 H), Ihya' 'Ulum al-Din, 1:69-70].
4. Tidak Mencintai Dunia
'alammah suyuti rah. berkata :"kamu menganggap bahwa ilmu mauhub adalah diluar kemampuan manusia. Namun hakikatnya bukanlah demikian, bahkan cara untuk menghasilkan ilmu ini adalah dengan beberapa asbab. Melalui ini Allah swt. telah menjanjikan ilmu tersebut. Asbab-asbab itu adalah seperti : beramal dengan ilmu yang diketahui, tidak mencintai dunia dan lain-lain…."
Sebagaimana dalam sebuah hadits, bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya : "Barang siapa yang zuhud pada dunia (tidak cinta dunia), maka akan Allah berikan kepadanya ilmu tanpa Belajar" (Fadhilatusshadaqat). Cinta dunia adalah penyakit yang akan menghijab masuknya ilmu ke dalam hati. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. :
"Hubbudun-ya ra'su 'alu kulli khati'ah"
artinya : Cinta dunia adalah induk dari segala keburukan (perbuatan dosa).
5. Berdoa
Semua itu datang bagi Allah, maka Rasulullah mencontohkan kepada kita agar senantiasa berdoa agar diberikan ilmu dan hidayah dari Allah swt. , sebagaimana dalam al-qur'an disebutkan :
"Wa qul rabbi zidnii ilma"
Artinya : Allah Swt. Berfirman : "Katakanlah (hai Muhammad Saw.) Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan" (QS Thaha [10] ayat 113)
6. Berdakwah
Jika kita berdakwah (amr bil ma'ruf wa nahya 'anil munkar) atau mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran maka Allah akan berikan kepada kita 'ilm wa hilm ('ilmu dan kelembutan hati) langsung dari qudrat Allah swt. Sebagaimana Dalam
"Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang ihsan (muhsinin) (QS Al'ankabut [69] ayat 69).
Lafadz " subulana" atau "jalan-jalan kami" bermakna juga "jalan-jalan petunjuk dari Allah" atau "jalan-jalan hidayah (ilmu-ilmu islam yang haq)".
Sebagaimana juga dalam hadits qudsi (kurang lebih maknanya) tatkala Allah menceritakan keutamaan umat akhir zaman kepada Nabi isa as., mereka memakai sarung pada perut-perut mereka, jika mereka berjalan di tanah rata mereka berdzikir "alhamdulillah", ditanah yang menanjak mereka berdzikir "allahuakbar" ,jika berjalan ditanah yang menurun mereka berdzikir "subhanallah" dan mereka mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran (berdakwah) , padahal mereka tidak ada hilm dan 'ilm.
maka Nabi isa as. bertanya : "Bagaimana mereka akan berdakwah padahal mereka tidak punya hilm(kelembutan hati) dan 'ilm?
Maka Allah firmankan :"Aku sendiri yang akan memberikan kepada mereka ilm dan hilm"
Dalam riwayat yang lain disebutkan :
Allah berfirman kepada Isa As. : "Aku akan mengirimkan satu umat setelahmu (ummat Muhammad Saw.), yang jika Aku murah hati pada mereka, mereka bersyukur dan bertahmid, dan jika Aku menahan diri, mereka sabar dan tawakal tanpa [harus] mempunyai hilm (kemurahan hati) dan 'ilm ." Isa bertanya: "Bagaimana mereka bisa seperti itu ya Allah, tanpa hilm dan 'ilm?" Allah menjawab: "Aku memberikan mereka sebagian dari hilmKu dan 'ilmKu." [Ucapan Nabi Isa as dalam kisah-kisah literature umat islam, Tarif Khalidi]
Mengenai kisah dakwah kaum hawariyyin (pengikut Nabi Isa as.) :
- Allah mewahyukan kepada Isa As. untuk mengirimkan pendakwah ke para raja di dunia. Dia mengirimkan para muridnya. Murid-muridnya yang dikirim ke wilayah yang dekat menyanggupinya, tetapi yang dikirim ke tempat yang jauh berkeberatan untuk pergi dan berkata: "Saya tidak bisa berbicara dalam bahasa dari penduduk yang engkau mengirimkan aku kepadanya." Isa berkata: "Ya Allah, aku telah memerintahkan murid-muridku apa yang Kau perintahkan, tetapi mereka tidak menurut." Allah berfirman kepada Isa: "Aku akan mengatasi masalahmu ini." Maka Allah membuat para murid Isa bisa berbicara dalam bahasa tempat tujuan mereka diutus. (Kitab Futuh Mishr wa Akhbaruha, Ibn 'Abd al-Hakam wafat 257 H).
http://salafytobat.wordpress.
II. Wahhaby katakan bahwa "Boleh mensifati Allah dengan sifat makhluq yaitu "sifat bertempat/memerlukan tempat/bersemayam/istiqrar"
Jawaban :
Allah Tanpa Tempat dan Arah
1. 1. Benda Lathif: sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti cahaya, kegelapan, ruh, angin dan sebagainya.
2. 2. Benda Katsif: sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia, tanah, benda-benda padat dan lain sebagainya.
Adapun sifat-sifat benda adalah seperti bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada di tempat dan arah, duduk, turun, naik dan sebagainya. Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah ta'ala tidak menyerupai makhluk-Nya, bukan merupakan al Jawhar al Fard, juga bukan benda Lathif atau benda Katsif. Dan Dia tidak boleh disifati dengan apapun dari sifat-sifat benda. Ayat tersebut cukup untuk dijadikan sebagai dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Karena seandainya Allah mempunyai tempat dan arah, maka akan banyak yang serupa dengan-Nya. Karena dengan demikian berarti ia memiliki dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Sedangkan sesuatu yang demikian, maka ia adalah makhluk yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut.
Al Imam Abu Hanifah dalam kitabnya al Fiqh al Absath berkata:
"Allah ta'ala ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada tempat, Dia ada sebelum menciptakan makhluk, Dia ada dan belum ada tempat, makhluk dan sesuatu dan Dia pencipta segala sesuatu".
Al Imam Fakhruddin ibn 'Asakir (W. 620 H) dalam risalah aqidahnya mengatakan : "Allah ada sebelum ciptaan, tidak ada bagi-Nya sebelum dan sesudah, atas dan bawah, kanan dan kiri, depan dan belakang, keseluruhan dan bagian-bagian, tidak boleh dikatakan "Kapan ada-Nya ?", "Di mana Dia ?" atau "Bagaimana Dia ?", Dia ada tanpa tempat".
Maknanya: "Engkau azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu di atas-Mu dan Engkaulah al Bathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu di bawah-Mu" (H.R. Muslim dan lainnya).
Hadits Jariyah
Al Imam Malik dan al Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya salah seorang sahabat Anshar datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam dengan membawa seorang hamba
Al Hafizh al Haytsami (W. 807 H) dalam kitabnya Majma' az-Zawa-id Juz I, hal. 23 mengatakan: "Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan perawi-perawinya adalah perawi-perawi shahih". Riwayat inilah yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan dasar ajaran Islam, karena di antara dasar-dasar Islam bahwa orang yang hendak masuk Islam maka ia harus mengucapkan dua kalimat syahadat, bukan yang lain.
Senada dengan hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhari di atas perkataan sayyidina Ali ibn Abi Thalib -semoga Allah meridlainya-:
Maknanya: "Allah ada (pada azal) dan belum ada tempat dan Dia (Allah) sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap seperti semula, ada tanpa tempat" (Dituturkan oleh al Imam Abu Manshur al Baghdadi dalam kitabnya al Farq bayna al Firaq h. 333).
Karenanya tidak boleh dikatakan Allah ada di satu tempat atau di mana-mana, juga tidak boleh dikatakan Allah ada di satu arah atau semua arah penjuru. Syekh Abdul Wahhab asy-Sya'rani (W. 973 H) dalam kitabnya al Yawaqiit Wa al Jawaahir menukil perkataan Syekh Ali al Khawwash: "Tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada di mana-mana".
Aqidah yang mesti diyakini bahwa Allah ada tanpa arah dan tanpa tempat.
Sayyidina Ali -semoga Allah meridlainya- juga mengatakan yang maknanya:"Sesungguhnya yang menciptakan ayna (tempat) tidak boleh dikatakan bagi-Nya di mana (pertanyaan tentang tempat), dan yang menciptakan kayfa (sifat-sifat makhluk) tidak boleh dikatakan bagi-Nya
Maknanya: Menurut ulama tauhid yang dimaksud al mahdud (sesuatu yang berukuran) adalah segala sesuatu yang memiliki bentuk baik kecil maupun besar. Sedangkan pengertian al hadd (batasan) menurut mereka adalah bentuk baik kecil maupun besar. Adz-Dzarrah (sesuatu yang
Al Imam Sayyidina Ali -semoga Allah meridlainya- berkata yang maknanya:"Barang siapa beranggapan (berkeyakinan) bahwa Tuhan kita berukuran maka ia tidak mengetahui Tuhan yang wajib disembah (belum beriman kepada-Nya)" (diriwayatkan oleh Abu Nu'aym (W. 430 H) dalam Hilyah al Auliya', juz I hal. 72).
Al Imam As-Sajjad Zayn al 'Abidin 'Ali ibn al Husain ibn 'Ali ibn Abi Thalib (38 H-94 H) berkata : "Engkaulah Allah yang tidak diliputi tempat", dan dia berkata: "Engkaulah Allah yang Maha suci dari hadd (benda, bentuk, dan ukuran)", beliau juga berkata : "Maha suci Engkau yang tidak bisa diraba maupun disentuh" yakni bahwa Allah tidak menyentuh sesuatupun dari makhluk-Nya dan Dia tidak disentuh oleh sesuatupun dari makhluk-Nya karena Allah bukan benda. Allah Maha suci dari sifat berkumpul, menempel, berpisah dan tidak berlaku jarak antara Allah dan makhluk-Nya karena Allah bukan benda dan Allah ada tanpa arah. (Diriwayatkan oleh al Hafizh az-Zabidi dalam al Ithaf dengan rangkaian sanad muttashil mutasalsil yang kesemua perawinya adalah Ahl al Bayt; keturunan Rasulullah).
Al Imam Abu Hanifah -semoga Allah meridlainya- berkata : "Barangsiapa yang mengatakan saya tidak tahu apakah Allah berada di langit ataukah berada di bumi maka dia telah kafir". (diriwayatkan oleh al Maturidi dan lainnya).
Maknanya: "Sesungguhnya orang yang mensifati Allah dengan tempat dan arah maka ia adalah Musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan Makhluk-Nya) dan Mujassim (orang yang meyakini bahwa Allah adalah jisim: benda) yang tidak mengetahui sifat Allah".
"Sesungguhnya kaum Musyabbihah dan Mujassimah adalah mereka yang mensifati Allah dengan tempat padahal Allah maha suci dari tempat".
Al Imam Abu Hanifah –semoga Allah meridlainya- dalam kitabnya al Washiyyah berkata yang maknanya: "Bahwa penduduk surga melihat Allah ta'ala adalah perkara yang haqq (pasti terjadi) tanpa (Allah) disifati dengan sifat-sifat benda, tanpa menyerupai makhluk-Nya dan tanpa (Allah)berada di suatu arah"
Dzat Allah Tidak Bisa Dibayangkan
Syekh Ibn Hajar al Haytami (W. 974 H) dalam al Minhaj al-Qawim h. 64, mengatakan: "Ketahuilah bahwasanya al Qarafi dan lainnya meriwayatkan perkataan asy-Syafi'i, Malik, Ahmad dan Abu Hanifah -semoga Allah meridlai mereka- mengenai pengkafiran mereka terhadap orangorang yang mengatakan bahwa Allah di suatu arah dan dia adalah benda,
Al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi -semoga Allah meridlainya- (227-321 H) berkata: "Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupunbesar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya).
Al Imam ath-Thahawi juga mengatakan:
Begitu juga orang yang meyakini Hulul dan Wahdah al Wujud telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
Al Imam Abu al Hasan al Asy'ari (W. 324 H) –semoga Allah meridlainya- berkata: "Sesungguhnya Allah ada tanpa tempat" (diriwayatkan oleh al Bayhaqi dalam al Asma wa ash-Shifat).Beliau juga mengatakan: "Tidak boleh dikatakan bahwa Allah ta'ala di satu tempat atau di semua tempat". Perkataan al Imam al Asy'ari ini dinukil oleh al Imam Ibnu Furak (W. 406 H) dalam karyanya al Mujarrad.
Ini adalah salah satu bukti yang menunjukkan bahwa kitab al Ibanah yang dicetak dan tersebar sekarang dan dinisbatkan kepada al Imam Abu al Hasan al Asy'ari telah banyak dimasuki sisipan-sisipan palsu dan penuh kebohongan, maka hendaklah dijauhi kitab tersebut.
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Di antara ayat-ayat Mutasyabihat yang tidak boleh diambil secara zhahirnya adalah firman Allah ta'ala (
Dengan ini diketahui bahwa tidak boleh berpegangan kepada "al Qur'an dan Terjemahnya" yang dicetak oleh Saudi Arabia karena di dalamnya banyak terdapat penafsiran dan terjemahan yang menyalahi aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah seperti ketika mereka menerjemahkan istawa dengan bersemayam, padahal Allah maha suci dari duduk, bersemayam dan semua sifat makhluk. Mereka juga menafsirkan Kursi dalam surat al Baqarah:255 dengan tempat letak telapak kaki-Nya, padahal Allah maha suci dari anggota badan, kecil maupun besar, seperti ditegaskan oleh al Imam ath-Thahawi dalam al 'Aqidah ath-Thahawiyyah.
Al Imam Ali –semoga Allah meridlainya- mengatakan: "Sesungguhnya Allah menciptakan 'Arsy untuk menampakkan kekuasaan-Nya bukan untuk menjadikannya tempat bagi Dzat-Nya".
Maknanya: "Dan tidak boleh dikatakan bagaimana dan al kayf /bagaimana (sifat-sifat benda) mustahil bagi Allah". (diriwayatkan oleh al Hafizh al Bayhaqi dalam kitabnya al Asma wa ash-Shifat)
Penegasan Imam Syafi'i tentang Orang yang Berkeyakinan Allah duduk di atas 'Arsy
Jika orang itu mengambil zhahir ayat ini berarti maknanya: "ke arah manapun kalian menghadap, di belahan bumi manapun, niscayaAllah ada di
Akan tetapi makna ayat di atas bahwa seorang musafir yang sedang melakukan shalat sunnah di atas hewan tunggangan, ke arah manapun hewan tunggangan itu menghadap selama arah tersebut adalah arah tujuannya maka – فثم وجه الله – di sanalah kiblat Allah sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid (W. 102 H) murid Ibn Abbas. Takwil Mujahid ini diriwayatkan oleh al Hafizh al Bayhaqi dalam al Asma' Wa ash-Shifat.
Download kitab aqidah ini ada 111 halaman, dalam bhs
http://darulfatwa.org.au/
admin.darussalaf@*****.com