CUPITEBET

JADIKAN RASULULLAH SAW SEBAGAI IDOLA

ads

Hot

Post Top Ad

Rabu, 22 April 2009

Sampainya Hadiah Bacaan Al-qur'an untuk mayyit (Orang Mati)

20.17.00 0

A. Dalil-dalil Hadiah Pahala Bacaan

1. Hadits tentang wasiat ibnu umar tersebut dalam syarah aqidah Thahawiyah Hal :458 :
“ Dari ibnu umar Ra. : “Bahwasanya Beliau berwasiat agar diatas kuburnya nanti sesudah pemakaman dibacakan awa-awal surat albaqarah dan akhirnya. Dan dari sebagian muhajirin dinukil juga adanya pembacaan surat albaqarah”

Hadits ini menjadi pegangan Imam Ahmad, padaha imam Ahmad ini sebelumnya termasuk orang yang mengingkari sampainya pahala dari orang hidup kepada orang yang sudah mati, namun setelah mendengar dari orang-orang kepercayaan tentang wasiat ibnu umar tersebut, beliau mencabut pengingkarannya itu. (mukhtasar tadzkirah qurtubi halaman 25). 
Oleh karena itulah, maka ada riwayat dari imam Ahmad bin Hnbal bahwa beliau berkata : “ Sampai kepada mayyit (pahala) tiap-tiap kebajikan karena ada nash-nash yang dating padanya dan juga karena kaum muslimin (zaman tabi’in dan tabiuttabi’in) pada berkumpul disetiap negeri, mereka membaca al-qur’an dan menghadiahkan (pahalanya) kepada mereka yang sudah meninggal, maka jadialah ia ijma . (Yasaluunaka fid din wal hayat oleh syaikh DR Ahmad syarbasy Jilid III/423).

2. Hadits dalam sunan Baihaqi danan isnad Hasan
“ Bahwasanya Ibnu umar menyukai agar dibaca keatas pekuburan sesudah pemakaman awal surat albaqarah dan akhirnya”
Hadits ini agak semakna dengan hadits pertama, hanya yang pertama itu adalah wasiat seadangkan ini adalah pernyataan bahwa beliau menyukai hal tersebut.

3. Hadits Riwayat darulqutni
“Barangsiapa masuk kepekuburan lalu membaca qulhuwallahu ahad (surat al ikhlash) 11 kali, kemudian menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang yang telah mati (dipekuburan itu), maka ia akan diberi pahala sebanyak orang yang mati disitu”.

4. Hadits marfu’ Riwayat Hafidz as-salafi
“ Barangsiapa melewati pekuburan lalu membaca qulhuwallahu ahad (surat al ikhlash) 11 kali, kemudian menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang yang telah mati (dipekuburan itu), maka ia akan diberi pahala sebanyak orang yang mati disitu”.
(Mukhtasar Al-qurtubi hal. 26).

5. Hadits Riwayat Thabrani dan Baihaqi
“Dari Ibnu Umar ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika mati salah seorang dari kamu, maka janganlah menahannya dan segeralah membawanya ke kubur dan bacakanlah Fatihatul kitab disamping kepalanya”.

6. Hadits riwayat Abu dawud, Nasa’I, Ahmad dan ibnu Hibban:
“Dari ma’qil bin yasar dari Nabi SAW., Beliau bersabda: “Bacakanlah surat yaasin untuk orang yang telah mati diantara kamu”.

B. Fatwa Ulama Tentang Sampainya Hadiah Pahala Bacaan kepada Mayyit

1. Berkata Muhammad bin ahmad al-marwazi : 
“Saya mendengar Imam Ahmad bin Hanbal berkata : “Jika kamu masuk ke pekuburan, maka bacalah Fatihatul kitab, al-ikhlas, al falaq dan an-nas dan jadikanlah pahalanya untuk para penghuni kubur, maka sesungguhnya pahala itu sampai kepada mereka. Tapi yang lebih baik adalah agar sipembaca itu berdoa sesudah selesai dengan: “Ya Allah, sampaikanlah pahala ayat yang telah aku baca ini kepada si fulan…” (Hujjatu Ahlis sunnah waljamaah hal. 15)

2. Berkata Syaikh aIi bin Muhammad Bin abil lz :
“Adapun Membaca Al-qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada orang yang mati secara sukarela dan tanpa upah, maka pahalanya akan sampai kepadanya sebagaimana sampainya pahala puasa dan haji”. (Syarah aqidah Thahawiyah hal. 457).

3. Berkata Ibnu taymiyah : 
“sesungguhnya mayyit itu dapat beroleh manfaat dengan ibadah-ibadah kebendaan seperti sedekah dan seumpamanya”. (yas alunka fiddin wal hayat jilid I/442).

Di atas adalah kitab ibnu taimiah berjudul majmuk fatawa jilid 24 pada mukasurat 324. Ibnu taimiah ditanya mengenai seseorang yang bertahlil, bertasbih,bertahmid,bertakbir dan menyampaikan pahala tersebut kepada simayat muslim lantas ibnu taimiah menjawab amalan tersebut sampai kepada si mayat dan juga tasbih,takbir dan lain-lain zikir sekiranya disampaikan pahalanya kepada si mayat maka ianya sampai dan bagus serta baik.
Manakala Wahhabi menolak dan menkafirkan amalan ini.

Di atas pula adalah kitab ibnu tamiah berjudul majmuk fatawa juzuk 24 pada mukasurat 324.ibnu taimiah di tanya mengenai seorang yang bertahlil 70000 kali dan menghadiahkan kepada si mayat muslim lantas ibnu taimiah mengatakan amalan itu adalah amat memberi manafaat dan amat baik serta mulia.

4. Berkata Ibnu qayyim al-jauziyah:
“sesuatu yang paling utama dihadiahkan kepada mayyit adalah sedekah, istighfar, berdoa untuknya dan berhaji atas nama dia. Adapun membaca al-qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada mayyit secara sukarela dan tanpa imbalan, maka akan sampai kepadanya sebagaimana pahala puasa dan haji juga sampai kepadanya (yasaaluunaka fiddin wal hayat jilid I/442)
Berkata Ibnu qayyim al-jauziyah dalam kitabnya Ar-ruh : “Al Khallal dalam kitabnya Al-Jami’ sewaktu membahas bacaan al-qur’an disamping kubur” berkata : Menceritakan kepada kami Abbas bin Muhammad ad-dauri, menceritakan kepada kami yahya bin mu’in, menceritakan kepada kami Mubassyar al-halabi, menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Ala’ bin al-lajlaj dari bapaku : “ Jika aku telah mati, maka letakanlah aku di liang lahad dan ucapkanlah bismillah dan baca permulaan surat al-baqarah disamping kepalaku karena seungguhnya aku mendengar Abdullah bin Umar berkata demikian.
Ibnu qayyim dalam kitab ini pada halaman yang sama : “Mengabarkan kepadaku Hasan bin Ahmad bin al-warraq, menceritakan kepadaku Ali-Musa Al-Haddad dan dia adalah seorang yang sangat jujur, dia berkata : “Pernah aku bersama Ahmad bin Hanbal, dan Muhammad bin Qudamah al-juhairi menghadiri jenazah, maka tatkala mayyit dimakamkan, seorang lelaki kurus duduk disamping kubur (sambil membaca al-qur’an). Melihat ini berkatalah imam Ahmad kepadanya: “Hai sesungguhnya membaca al-qur’an disamping kubur adalah bid’ah!”. Maka tatkala kami keluar dari kubur berkatalah imam Muhammad bin qudamah kepada imam ahmad bin Hanbal : “Wahai abu abdillah, bagaimana pendapatmu tentang Mubassyar al-halabi?. Imam Ahmad menjawab : “Beliau adalah orang yang tsiqah (terpercaya), apakah engkau meriwayatkan sesuatu darinya?. Muhammad bin qodamah berkata : Ya, mengabarkan kepadaku Mubasyar dari Abdurahman bin a’la bin al-laj-laj dari bapaknya bahwa dia berwasiat
apabila telah dikuburkan agar dibacakan disamping kepalanya permulaan surat al-baqarah dan akhirnya dan dia berkata : “aku telah mendengar Ibnu Umar berwasiat yang demikian itu”. Mendengar riwayat tersebut Imam ahmad berkata : “Kembalilah dan katakan kepada lelaki itu agar bacaannya diteruskan (Kitab ar-ruh, ibnul qayyim al jauziyah).

5. Berkata Sayaikh Hasanain Muhammad makhluf, Mantan Mufti negeri mesir : “ Tokoh-tokoh madzab hanafi berpendapat bahwa tiap-tiap orang yang melakukan ibadah baik sedekah atau membaca al-qur’an atau selain demikian daripada macam-macam kebaikan, boleh baginya menghadiahkan pahalanya kepada orang lain dan pahalanya itu akan sampai kepadanya.

6. Imam sya’bi ; “Orang-orang anshar jika ada diantara mereka yang meninggal, maka mereka berbondong-bondong ke kuburnya sambil membaca al-qur’an disampingnaya”. (ucapan imam sya’bi ini juga dikutip oleh ibnu qayyim al jauziyah dalam kitab ar-ruh hal. 13).

7. Begitu banyaknya Imam-imam dan ulama ahlusunnah yang menyatakan sampainya pahala bacaan alqur’an yang dihadiahkan untuk mayyit (muslim), maka tidak lah

kami bisa menuliskan semuanya dalam risalah ini karena khawatir akan terlalu panjang. Tapi saya akan sebutkan sebagaian rujukan yang penting : Allamah muhammad al-arobi dalam kitab majmu tsalatsi rosail, Imam qurtubi dalam tadzkirah al-qurtubi hal. 26, Syaikh ali ma’sum dalam Hujjtu ahlisunnah wal jamaah hal. 13).

C. Dalam Madzab Imam syafei
Untuk menjelaskan hal ini marilah kita lihat penuturan imam Nawawi dalam Al-adzkar halaman 140 : “Dalam hal sampainya bacaan al-qur’an para ulama berbeda pendapat. Pendapat yang masyhur dari madzab Syafei dan sekelompok ulama adalah tidak sampai. Namun menurut Imam ahmad bin Hanbal dan juga Ashab Syafei berpendapat bahwa pahalanya sampai. Maka lebih baik adalah si pembaca menghaturkan doa : “Ya Allah sampaikanlah bacaan yat ini untuk si fulan…….”
Tersebut dalam al-majmu jilid 15/522 : “Berkata Ibnu Nahwi dalam syarah Minhaj: “Dalam Madzab syafei menurut qaul yang masyhur, pahala bacaan tidak sampai. Tapi menurut qaul yang Mukhtar, adalah sampai apabila dimohonkan kepada Allah agar disampaikan pahala bacaan terbut. Dan seyogyanya memantapkan pendapat ini karena dia adalah doa. Maka jika boleh berdoa untuk mayyit dengan sesuatu yang tidak dimiliki oleh si pendoa, maka kebolehan berdoa denagn sesuatu yang dimiliki oleh si pendoa adalah lebih utama”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam madzab syafei terdapat dua qaul dalam hal pahala bacaan :
1. Qaul yang masyhur yakni pahala bacaan tidak sampai
2. Qaul yang mukhtar yakni pahala bacaan sampai.
Dalam menanggapai qaul masyhur tersebut pengarang kitab Fathul wahhab yakni Syaikh Zakaria Al-anshari mengatakan dalam kitabnya Jilid II/19 :
“Apa yang dikatakan sebagai qaul yang masyhur dalam madzab syafii itu dibawa atas pengertian : “Jika alqur’an itu tidak dibaca dihadapan mayyit dan tidak pula meniatkan pahala bacaan untuknya”.
Dan mengenai syarat-syarat sampainya pahala bacaan itu Syaikh Sulaiman al-jamal mengatakan dalam kitabnya Hasiyatul Jamal Jilid IV/67 :
“Berkata syaikh Muhammad Ramli : Sampai pahala bacaan jika terdapat salah satu dari tiga perkara yaitu : 1. Pembacaan dilakukan disamping kuburnya, 2. Berdoa untuk mayyit sesudah bacaan Al-qur’an yakni memohonkan agar pahalanya disampaikan kepadanya, 3. Meniatkan samapainya pahala bacaan itu kepadanya”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Syaikh ahmad bin qasim al-ubadi dalam hasyiah Tuhfatul Muhtaj Jilid VII/74 :
“Kesimpulan Bahwa jika seseorang meniatkan pahala bacaan kepada mayyit atau dia mendoakan sampainya pahala bacaan itu kepada mayyit sesudah membaca Al-qur’an atau dia membaca disamping kuburnya, maka hasilah bagi mayyit itu seumpama pahala bacaannya dan hasil pula pahala bagi orang yang membacanya”.
Namun Demikian akan menjadi lebih baik dan lebih terjamin jika ;
1. Pembacaan yang dilakukan dihadapan mayyit diiringi pula dengan meniatkan pahala bacaan itu kepadanya.
2. Pembacaan yang dilakukan bukan dihadapan mayyit agar disamping meniatkan untuk simayyit juga disertai dengan doa penyampaian pahala sesudah selesai membaca.
Langkah seperti ini dijadikan syarat oleh sebagian ulama seperti dalam kitab tuhfah dan syarah Minhaj (lihat kitab I’anatut Tahlibin Jilid III/24).
(ringkasan dari Buku argumentasi Ulama syafi’iyah terhadap tuduhan bid’ah,Al ustadz haji Mujiburahman, halaman 142-150, mutiara ilmu)
Semoga menjadi asbab hidayah bagi Ummat
Admin 
http://salafytobat.wordpress.com/

Read More

Jumat, 17 April 2009

Negeri Pertemanan Bernama "Republik Facebook"

00.07.00 0

Jakarta (ANTARA News) - Ibarat virus, situs jejaring sosial itu dengan
cepat menginfeksi lebih dari seratus juta penduduk dunia dan membuat
mereka "demam facebook".

Saking luar biasanya, saat ini terdapat 175 juta orang di berbagai
negara yang memanfaatkan layanan situs web jejaring sosial bernama
facebook yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 tersebut.

Jumlah itu hampir setara dengan populasi penduduk Brasil pada 2008 (184
juta) dan jauh mengungguli jumlah penduduk Pakistan yang 159 juta jiwa. 

Tahun 2008 facebook meraup keuntungan 300 juta dolar AS. Jumlah itu
lebih dari cukup untuk "membailout" perusahaan raksasa yang sekarat
akibat krisis global.

Dirjen Aplikasi Telematika Departemen Komunikasi dan Informatika Cahyana
Ahmadjayadi menyambut baik kepopuleran situs facebook.

Menurut dia, apapun bentuknya, infrastruktur teknologi informasi
seluruhnya di dunia ini sama saja. Namun yang membedakan adalah isi yang
dibawanya.

Oleh karena itu, industri "isi" harus dipacu agar menjadi nilai tambah
dalam dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi Tanah Air.

Isi yang yang mengalir dalam infrastruktur itu umumnya berupa suara,
musik, teks, gambar, dan video.

"Facebook membantu sosialisasikan itu semua. Di Jepang ada orang
Indonesia yang mampu membuat situs semacam ini dan populer di sana,"
katanya.

Indonesia dinobatkan sebagai negara yang memiliki anggota facebook
terbanyak se-Asia dan ke-5 terbesar dunia setelah AS, Inggris, Italia,
dan Kanada.

Data hingga Maret 2009, di Indonesia, jumlah pengguna situs yang
didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan Harvard dan mantan murid
Ardsley High School itu, mencapai 1.445.280 orang.

Dengan laju peningkatan jumlah anggota sebesar 40 persen selama 2008,
menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan jumlah anggota
facebook paling cepat di dunia selama 2008 berdasarkan data "Google
Trends".

"One Stop Solution"

Facebook unik lantaran mengambil sisi lemah teknologi pendahulunya. Ia
merupakan platform selayaknya sistem operasi online yang mempermudah
hampir segala kegiatan sosial yang dilakukan manusia.

Teknologi isi itu menawarkan "one stop solution" yang menggabungkan
layanan situs pembagi foto, blog, video, musik, "mailing list", dan
berbagai fungsi lainnya. Itu belum termasuk permaninan "game online"
dalam satu atap.

Dengan kata lain, situs yang mengawali keanggotaan semula terbatas untuk
siswa dari Harvard College itu membentuk penggunanya menjadi obsesif
terhadapnya.

Fitur-fitur facebook mencetak kebiasaan pengakses untuk selalu
membukanya paling sedikit sekali dalam sehari alias mencandu.

Ketika pertama kali dirancang, facebook merupakan situs jejaring
internal yang membatasi keanggotaan bagi siswa Harvard College.

Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di
wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts),
Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang termasuk
dalam "Ivy League". 

Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut
dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya.

Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat email suatu
universitas, .edu, .ac, .uk, dari seluruh dunia dapat juga bergabung
dengan situs itu.

Selanjutnya dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat
atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang
dengan dengan alamat e-mail apa pun dapat mendaftar di Facebook.

Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan
yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah, tempat kerja, atau wilayah
geografis.

Dari September 2006 hingga September 2007, peringkat facebook naik dari
posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan
merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serikat, mengungguli
situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap
harinya.

"Facebook mobile" 

Tidak ingin ketinggalan kesempatan, operator GSM "Hutchison CP
Telecommunications", pemilik merek dagang 3, meluncurkan layanan
facebook yang dapat diakses melalui telepon seluler dengan menggunakan
SMS dan MMS.

"Kami menjadi operator pertama di Asia Tenggara dan di Indonesia yang
meluncurkan layanan facebook melalui ponsel," kata Chief Commercial
Officer PT Hutchison CP Telecomm Suresh Reddy.

Pengguna 3 dapat memperbarui status FB kapan pun dan di mana pun dengan
mengirimkan SMS ke 32665. Selain itu, pelanggan dapat memantau status
rekan setiap ada perubahan status yang dilakukan. 

General Manager VAS PT Hutchison CP Telecomm Indonesia Patricia
Tedjasendjaja mengatakan, pihaknya memberikan alternatif kemudahan bagi
pecandu facebook.

"Tak perlu PC, tak perlu laptop, dan tidak perlu ganti hp baru, bisa
dengan ponsel apapun dapat mengakses facebook asal gunakan kartu 3,"
katanya.

Tampaknya operator yang berbasis di Hongkong itu hanya tinggal menunggu
waktu untuk berkompetisi di pasar serupa dengan para pesaingnya.

Tapi, sejumlah operator besar yang menguasai pangsa pasar di Indonesia
belum memperlihatkan gelagat untuk merambah ranah facebook secara lebih
serius.

Padahal, situs jejaring pertemanan itu ibarat negara bernama "Republik
Facebok" dengan kepadatan populasi tinggi yang merupakan pasar
potensial.(*)

COPYRIGHT © 2009

oleh Hanni Sofia
http://www.antara.co.id/arc/2009/4/10/negeri-pertemanan-bernama-republik-facebook/

Read More

HUKUM BERMAIN RABANA DI MASJID

00.02.00 0

Saudaraku yang kumuliakan, Didalam madzhab syafii bahwa Dufuf (rebana) hukumnya
Mubah secara Mutlak (Faidhulqadir juz 1 hal 11), diriwayatkan pula bahwa para wanita
memukul rebana menyambut Rasulullah saw disuatu acara pernikahan, dan Rasul saw
mendengarkan syair mereka dan pukulan rebana mereka, hingga mereka berkata :
bersama kami seorang nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi”, maka Rasul saw
bersabda : “Tinggalkan kalimat itu, dan ucapkan apa apa yang sebelumnya telah kau
ucapkan”. (shahih Bukhari hadits no.4852), juga diriwayatkan bahwa rebana dimainkan
saat hari asyura di Madinah dimasa para sahabat radhiyallahu ‘anhum (sunan Ibn
Majah hadits no.1897)

Dijelaskan oleh Imam Ibn Hajar bahwa Duff (rebana) dan nyanyian pada pernikahan
diperbolehkan walaupun merupakan hal lahwun (melupakan dari Allah), namun dalam
pernikahan hal ini (walau lahwun) diperbolehkan (keringanan syariah karena
kegembiraan saat nikah), selama tak keluar dari batas batas mubah, demikian
sebagian pendapat ulama (Fathul Baari Almasyhur Juz 9 hal 203).
Menunjukkan bahwa yang dipermasalahkan mengenai pelarangan rebana adalah
karena hal yang Lahwun (melupakan dari Allah), namun bukan berarti semua rebana
haram karena Rasul saw memperbolehkannya, bahkan dijelaskan dengan Nash
Shahih dari Shahih Bukhari, namun ketika mulai makna syairnya menyimpang dan
melupakan dari Allah swt maka Rasul saw melarangnya,

Demikianlah maksud pelarangannya di masjid, karena rebana yang mengarah pada
musik lahwun, sebagian ulama membolehkannya di masjid hanya untuk nikah
walaupun Lahwun, namun sebagian lainnya mengatakan yang dimaksud adalah diluar
masjid, bukan didalam masjid,
Pembahasan ini semua adalah seputar hukum rebana untuk gembira atas akad
nikah dengan lagu yang melupakan dari Dzikrullah.

Berbeda dengan rebana dalam maulid, karena isi syairnya adalah shalawat, pujian
pada Allah dan Rasul Nya saw, maka hal ini tentunya tak ada khilaf padanya, karena
khilaf adalah pada lagu yang membawa lahwun.
Sebagaimana Rasul saw tak melarangnya, maka muslim mana pula yang berani
mengharamkannya, sebab pelarangan di masjid adalah membunyikan hal yang
membuat lupa dari Allah didalam masjid,

Sebagaimana juga syair yang jelas jelas dilarang oleh Rasul saw untuk dilantunkan di
masjid, karena membuat orang lupa dari Allah dan masjid adalah tempat dzikrullah,
namun justru syair pujian atas Rasul saw diperbolehkan oleh Rasul saw di masjid,
demikian dijelaskan dalam beberapa hadits shahih dalam shahih Bukhari, bahkan
Rasul saw menyukainya dan mendoakan Hassan bin Tsabit ray g melantunkan syair di
masjid, tentunya syair yang memuji Allah dan Rasul Nya.

Saudaraku, rebana yang kita pakai di masjid itu bukan Lahwun dan membuat orang
lupa dari Allah, justru rebana rebana itu membawa muslimin untuk mau datang dan
tertarik hadir ke masjid, duduk berdzikir, melupakan lagu lagu kafirnya, meninggalkan
alat alat musik setannya, tenggelam dalam dzikrullah dan nama Allah swt, asyik
ma'syuk menikmati rebana yang pernah dipakai menyambut Rasulullah saw,
Mereka bertobat, mereka menangis, mereka asyik duduk di masjid, terpanggil ke
masjid, betah di masjid, perantaranya adalah rebana itu tadi dan syair syair Pujian
pada Allah dan Rasul Nya

Dan sebagaimana majelis kita telah dikunjungi banyak ulama, kita lihat bagaimana
Guru Mulia Al hafidh Al habib Umar bin hafidh, justru tersenyum gembira dengan
hadroh majelis kita, demikian pula AL Allamah Alhabib Zein bin Smeth Pimpinan
Ma'had Tahfidhul qur'an Madinah Almunawwarah, demikian pula Al Allamah Al Habib
Salim bin Abdullah Asyatiri yang Pimpinan Rubat Tarim juga menjadi Dosen di
Universitas AL Ahqaf Yaman, .demikian AL Allamah ALhabib Husein bin Muhamad
Alhaddar, Mufti wilayah Baidha, mereka hadir di majelis kita dan gembira, tentunya bila
hal ini mungkar niscaya mereka tak tinggal diam, bahkan mereka memuji majelis kita
sebagai majelis yang sangat memancarkan cahaya keteduhan melebih banyak majelis
majelis lainnya.

Mengenai pengingkaran yang muncul dari beberapa kyai kita adalah karena mereka
belum mencapai tahqiq dalam masalah ini, karena tahqiq dalam masalah ini adalah
tujuannya, sebab alatnya telah dimainkan dihadapan Rasulullah saw yang bila alat itu
merupakan hal yang haram mestilah Rasul saw telah mengharamkannya tanpa
membedakan ia membawa manfaat atau tidak, namun Rasul saw tak melarangnya,
dan larangan Rasul saw baru muncul pada saat syairnya mulai menyimpang, maka
jelaslah bahwa hakikat pelarangannya adalah pada tujuannya.

(Diambil dari Kitab Kenalilah Akidahmu karangan Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa)

Wallahu a’lam

Read More

Kamis, 16 April 2009

Dokumen RAND Corporation: Niat AS Hancurkan Islam

20.19.00 0

      

Suara-Islam Online–Pasca keruntuhan Uni Sovyet, Amerika mengarahkan bidikannya ke dunia Islam. Salah satu rencana AS mengobrak-abrik dunia Islam ini tertuang dalam dokumen Rand Corporation, sebuah lembaga yang dibiayai oleh Gedung Putih. Paling tidak ada tiga hal yang disorot yakni penanganan konflik Timur Tengah, terorisme dan radikalisme Islam, serta penanganan fundamentalisme Islam. Intinya Amerika tidak ingin Islam tampil sebuah kekuatan riil dalam sebuah negara.

 

Khusus untuk menangani fundamentalisme Islam, Rand Corp. pada tahun 2007 juga mengeluarkan sebuah laporan setebal 217 halaman yang berjudul: Building Moderate Muslim Network. Dalam laporan yang terdiri atas sepuluh bab tersebut, Rand Corp. mengungkapkan latar belakang dilakukannya kajian ini, di mana ada ketidakseimbangan kekuatan antara kalangan radikal-fundamentalis dengan kalangan moderat-liberal.

 

Ketidakseimbangan sarana yang dimiliki antara kalangan radikal dan moderat ini menurut Rand Corp. memiliki konsekuensi bagi ‘perang pemikiran’ di dunia Islam. Sehingga AS dan negara-negara Barat diharapkan dapat sedikit mempengaruhi hasil dari ‘perang pemikiran’ ini secara langsung dengan memanfaatkan kalangan Muslim sendiri - untuk mengecam kesalahan persepsi Islam yang dikembangkan kaum yang mereka sebut ekstrimis karena ingin menegakkan Islam kaffah.

 

Secara gamblang Rand Corp mengungkapkan peta jalan (road map) bagaimana membangun jaringan Muslim moderat ini dengan mulai memberikan prioritas bantuannya pada pihak-pihak yang dinilai paling cepat memberikan dampak dalam perang pemikiran, yakni : 1) Akademisi dan intelektual Muslim yang liberal dan sekuler, 2) Mahasiswa muda religius yang moderat, 3) Komunitas aktivis, 4) Organisasi-organisasi yang mengkampanyekan persamaan gender, dan 5) Wartawan dan penulis moderat. Pemerintah AS harus memastikan bahwa kalangan-kalangan tersebut diikutsertakan dalam kunjungan kongresional (dialog), dan membuat mereka dikenal oleh pembuat kebijakan.

 

Rand Corp. juga merinci kriteria kalangan moderat-liberal yang akan dijadikan mitra AS, yakni : 1) Mendukung demokrasi, 2) Mengenal hak-hak manusia, termasuk di dalamnya kesetaraan gender dan kebebasan berkeyakinan, 3) Menghargai keberagaman, 4) Menerima sumber hukum yang non sektarian, 5) Menentang terorisme dan bentuk-bentuk kekerasan ilegal lainnya.

 

Pembinaan-pembinaan yang dilakukan atas mereka selanjutnya diarahkan ke dalam sektor-sektor yang meliputi :

 

a. Democratic education (pendidikan demokratis), khususnya pada program-program yang menggunakan teks-teks Islam dan model pengajaran tradisional yang mendukung nilai-nilai demokratis dan pluralistik.

 

b. Media. Dukungan bagi media yang moderat sangat penting untuk menyerang dominasi media yang anti demokratis dan elemen-elemen Muslim konservatif.

 

c. Gender equality (kesetaraan gender). Isu hak-hak perempuan merupakan hal mendasar pada perang pemikiran dalam Islam. Promosi kesetaraan gender merupakan komponen kritis untuk memperkuat Muslim moderat.

 

d. Policy Advocacy (Advokasi/dukungan kebijakan). Kalangan Islamis memiliki sejumlah agenda, dan kalangan moderat memerlukan advokasi kebijakan untuk membentuk lingkungan yang legal dan politis di dunia Islam.

 

Kajian teknis yang dikeluarkan Rand Corp. sebelumnya pada tahun 2003 yang berjudul Civil Democratic Islam bahkan secara terbuka membagi umat Islam ke dalam kelompok-kelompok: Fundamentalis, Tradisionalis, Modernis, dan Sekuleris.

 

Kelompok Fundamentalis diidentifikasi sebagai kalangan yang menolak demokrasi dan budaya Barat, menginginkan sebuah negara otoriter yang menerapkan hukum Islam, serta memakai penemuan dan teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka. Kelompok Tradisionalis dicirikan sebagai suatu masyarakat yang konservatif, mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan. Adapun kelompok Modernis menginginkan dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman. Sedangkan kelompok Sekularis diidentifikasi sebagai kalangan yang menginginkan dunia Islam dapat menerima pemisahan antara agama dan negara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi industri Barat, dengan membatasi agama hanya pada lingkup pribadi.

 

Rand Corp. selanjutnya merinci langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menggempur kalangan yang mereka kelompokkan sebagai fundamentalis yakni mendukung kelompok modernis, mendukung kaum tradisionalis dalam menentang kaum fundamentalis, mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis, dan mendukung kaum sekuler secara selektif.

 

Dokumen itu menunjukkan, politik adu domba sebagai jalan untuk melemahkan Islam. Politik pecah belah dilaksanakan oleh media massa yang punya link dengan Amerika baik secara langsung maupun tidak. Di sinilah jahatnya media. [adi purwandana/www.suara-islam.com]

Read More

Rabu, 15 April 2009

K.H. Saifuddin Amsir: Jangan Pernah Meninggalkan Ulama

19.43.00 0

K.H. Saifuddin Amsir: Jangan Pernah Meninggalkan Ulama

 

 

 

 


Bila ingin mereguk ilmu-ilmu agama dari mata airnya yang jernih, jangan sekali-kali meninggalkan para ulama....

Sejarah pernah mencatat munculnya sejumlah ulama terkemuka asal Jakarta, atau Betawi dulunya. Mulai dari kebesaran nama Syaikh Junaid Al-Batawi, dari sedikit tokoh ulama asal Indonesia yang berkesempatan mengajar di majelis ilmu terhormat di Masjidil Haram. Setelah itu, ketokohan Habib Utsman Bin Yahya, dengan pengaruh fatwanya yang sedemikian luas, terutama lewat seratus kitab lebih hasil karyanya, yang pengaruhnya terus terasa hingga hari ini. Juga kisah enam Tuan Guru (Guru Marzuqi, Guru Mughni, Guru Manshur, Guru Majid, Guru Ramli, dan Guru Khalid) para jago ilmu tanah Betawi tempo dulu yang hadir sebagai simpul pengikat mata rantai keilmuan dari hampir setiap ulama Jakarta di kemudian hari. Hingga munculnya sosok ulama besar dari bilangan Kwitang yang menghabiskan usianya di jalan dakwah dan penyebaran ilmu-ilmu agama, yaitu Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, pendiri Islamic Centre of Indonesia.

Begitulah kota Jakarta. Sejak dahulu di saat rimbunnya pepohonan masih menebar hawa sejuk keshalihan di seluruh penjuru kota ini hingga sekarang tatkala keberkahan udara sejuk itu seakan tersapu oleh bubungan asap polusi maksiat kota metropolitan, Jakarta hampir tak pernah sepi melahirkan tokoh-tokoh ulama berbobot yang turut menghias indah sejarah perjalanan syi’ar Islam di Nusantara.

Nama-nama ulama di atas tentunya hanya sebagian kecil dari begitu banyaknya para ulama dan habaib Jakarta yang telah berhasil menorehkan tinta emas dakwah di masa lalu. Kemunculan para tokoh ulama itu dari waktu ke waktu, menjadi paku kota Jakarta, yang telah berperan sesuai tantangan di zamannya masing-masing. Kehadiran mereka adalah pertanda akan keberadaan gairah ilmu-ilmu agama yang cukup besar. Mereka sendiri besar lewat gairah keilmuan itu, di tengah-tengah kultur pendidikan agama kota Jakarta yang memang tidak banyak memunculkan pondok-pondok pesantren seperti di daerah-daerah lainnya.

Gairah keilmuan itulah yang pada saat ini harus digelorakan kembali keberadaannya. Pada sisi lain, pemandangan keberagamaan masyarakat kota Jakarta saat ini cenderung memberi ruang yang lebih pada mereka yang hanya pandai bermain kata di depan forum-forum diskusi atau di layar kaca. Sebuah pemandangan yang mengundang rasa keprihatinan di sementara pihak yang terus berharap agar gairah keilmuan yang pernah ada tidak lantas tergerus oleh kecenderungan itu.

Di antara mereka, K.H. Saifuddin Amsir, seorang ulama asli Betawi, termasuk yang sangat merasakan keprihatinan tersebut. Pada banyak kesempatan ia sering kali mengingatkan, bila umat Islam ingin mereguk ilmu-ilmu agama dari mata airnya yang jernih, jangan sekali-kali meninggalkan para ulama, yang memiliki dasar ilmu yang dalam, dan mudah terpesona oleh retorika sejumlah tokoh dengan sederet titel akademis yang sesungguhnya rapuh dalam keilmuan. 

Tak cukup menyimpan rasa prihatin yang mendalam dan berkepanjangan, saat ini ia juga tengah menggarap berdirinya sebuah institusi yang diharapkannya dapat menjadi salah satu pilar gerakan ilmiah dalam menjaga tradisi keilmuan para ulama, sebagai kelanjutan dari dua puluhan lebih majelis ilmu yang telah dirintisnya sejak masih usia belasan tahun.

Bukan dari Kalangan Pesantren
K.H. Saifuddin Amsir bukan putra seorang ulama, dan tidak dibesarkan di lingkungan pesantren. Ia, yang lahir di Jakarta pada tanggal 31 Januari 1955, tumbuh dan besar di sebuah keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya, Bapak Amsir Naiman, “hanya” seorang guru mengaji di kampung tempat tinggalnya, Kebon Manggis, Matraman. Sedangkan ibunya, Ibu Nur’ain, juga “hanya” seorang ibu rumah tangga yang secara penuh mengabdikan diri untuk mengurus keluarga. 

Sejak kecil, putra kelima dari sepuluh bersaudara ini sudah diajari sifat-sifat yang menjadi teladan bagi dirinya kelak di kemudian hari. Dengan keras sang ayah mendidiknya untuk berperilaku lurus dan mandiri. Tidak ada kompromi bagi suatu pelanggaran yang telah ditetapkan ayahnya. Bersama sembilan orang saudaranya, ia dibiasakan untuk menunaikan shalat secara berjamaah.

Keinginan kuatnya dalam menimba ilmu-ilmu agama sudah terpatri kuat sedari kecil. Menyadari bahwa dirinya bukan berasal dari keluarga ulama dan juga bukan dari kalangan yang berada, Saifuddin kecil menyiasatinya untuk berusaha mandiri dan tidak bergantung kepada kedua orangtuanya. Ia berusaha menutupi biaya kebutuhan pendidikannya sendiri, bahkan sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar.

Berkat ketekunannya dalam belajar, ia pun selalu mendapat beasiswa dari pihak sekolah. Kegigihannya dalam terus mempelajari berbagai macam ilmu secara otodidak maupun berguru pada ulama-ulama terkemuka di masa-masa mudanya, telah menjadikannya sebagai salah seorang ulama Jakarta yang cukup disegani saat ini.
Di waktu kecil, selain mengaji kepada kedua orangtuanya sendiri, ia juga belajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Washliyah. Di sela-sela waktunya, ia mempelajari berbagai macam ilmu secara otodidak. Ia juga senang membaca berbagai macam bacaan sejak masih kecil. Sewaktu duduk di bangku tsanawiyah, ia mulai banyak berguru ke beberapa ulama di Jakarta.

Di antara ulama yang tercatat sebagai guru-gurunya adalah K.H. Abdullah Syafi’i, Muallim Syafi’i Hadzami, Habib Abdullah bin Husein Syami Al-Attas, dan Guru Hasan Murtoha. Kepada guru-gurunya tersebut, ia mempelajari berbagai cabang ilmu-ilmu keislaman. Pada saat menimba ilmu kepada Habib Abdullah Syami, di antara kitab yang ia khatamkan di hadapan gurunya itu adalah kitab Minhajuth Thalibin (karya Imam Nawawi) dan kitab Bughyatul Mustarsyidin (karya Habib Abdurrahman Al-Masyhur).

Di lain sisi, setelah pendidikan formalnya di jenjang pendidikan dasar dan menengah usai ia lewati, ia menjadi mahasiswa di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Asy-Syafi’iyyah (UIA) dan mendapat gelar sarjana muda di sana. Kemudian ia merampungkan gelar sarjana lengkapnya di Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, atau Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta saat ini.
Dari waktu ke waktu dalam menempuh pendidikan formalnya itu, ia selalu menorehkan prestasi yang gemilang. Sewaktu lulus aliyah, ia tercatat sebagai lulusan aliyah dengan nilai terbaik se-Jakarta. Tahun 1982 ia mendaftarkan diri di Jurusan Akidah dan Filsafat IAIN saat jurusan itu baru dibuka oleh Rektor IAIN Prof. Dr. Harun Nasution, M.A. dalam sebuah program pendidikan yang saat itu dinamakannya sebagai Program Doktoral.

Karena berbagai prestasi yang telah dicapai sebelumnya, ia menjadi satu-satunya mahasiswa yang diterima di IAIN tanpa melewati tes masuk pada tahun itu. Dan setelah merampungkan masa kuliahnya, di waktu kelulusan lagi-lagi ia tercatat sebagai lulusan IAIN terbaik.

Tidak Berminat pada Gelar
Kiprah kiai yang akrab dipanggil Buya ini dimulai sejak ia masih kecil dengan mengajar ngaji dan menjadi qari’ di beberapa mushalla dan masjid di sekitar daerah tempat tinggalnya. Beranjak remaja, ia mulai dikenal sebagai seorang muballigh.

Pada mulanya, ia sendiri tidak terlalu berminat menjadi seorang penceramah. Ia lebih menyukai mengajar dan menjadi qari’. Karena desakan rekan-rekannya yang mengetahui potensi dirinya dalam berdakwah, ia pun mulai bersedia berdiri di atas mimbar-mimbar ceramah, di samping aktivitas mengajar di belasan majelis ta’lim rutin yang masih diasuhnya hingga saat ini.

Kiprahnya dalam bidang pendidikan formal dimulai saat ia menjadi guru di Yayasan Pendidikan Asy-Syafiiyyah, pimpinan K.H. Abdullah Syafi’i, tempat ia mulai menimba ilmu-ilmu secara lebih intensif. Selain menjadi guru sejak tahun 1976 di Asy-Syafi’iyyah, ia juga menjadi dosen pada universitas yang ada di yayasan tersebut. Pada tahun 1980, saat ia baru menginjak usia 25 tahun, ia dipercaya menjadi kepala sekolah Madrasah Aliyah (MA) Al-Ikhsan, Condet, Jakarta Timur.

Sejak tahun 1986 hingga sekarang, ia bertugas sebagai dosen di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Di almamater tempat ia sempat menimba ilmu selama beberapa tahun ini, kapasitas keilmuannya membuatnya pernah tercatat mengajar hingga 17 mata kuliah berbeda di sepuluh tahun pertama ia mengajar di sana. Saat itu sistem kepengajaran belum “setertib” sebagaimana sekarang, hingga ia pernah mengajar mata kuliah Ilmu Hadits, Tafsir, Manthiq, hingga mata kuliah Filsafat Barat.

Aktivitas akademisnya ini juga dilengkapi dengan tugas dari instansinya untuk membimbing para mahasiswa dalam melakukan dialog dengan tokoh-tokoh lintas agama dan aliran kepercayaan. Pada tahun 1990 ia mendapat tawaran dari Universitas Nasional untuk menggantikan posisi Dr. Nurcholis Madjid, yang saat itu sedang tidak ada di Indonesia, dalam menulis di jurnal filsafat berskala internasional. Karena beberapa pertimbangan, ia memilih untuk tidak mengambil tawaran itu.

Bila memperhatikan perjalanan hidupnya jauh sebelum ini, ternyata ia juga seorang yang memiliki kepedulian yang kuat dan visi yang jauh terhadap berbagai isu yang berkembang di tengah masyarakat. Di era tahun 1990-an, ia menjadi juru bicara Forum Silaturrahmi Ulama dan Habaib saat menuntut pembubaran SDSB sewaktu berdialog dengan para anggota DPR kala itu.

Saat tuntutan reformasi bergejolak kuat di tahun 1998, ia juga pernah didaulat untuk turut berorasi di kampus UI Depok mewakili komponen masyarakat dan ulama sehubungan dengan tertembak matinya beberapa mahasiswa Trisakti. Pada tahun yang sama, ia berada pada barisan terdepan sebagai deklarator yang menolak minat beberapa LSM untuk membentuk Kabinet Presidium, yang dianggapnya dapat menuntuhkan negara.

K.H. Saifuddin Amsir juga aktif sebagai narasumber pada banyak seminar dan diskusi ilmiah berskala nasional dan internasional, serta pada rubrik-rubrik keagamaan di stasiun-stasiun televisi, radio, dan media cetak. Selain di UIN, ia juga menerima amanah tugas yang tidak sedikit di beberapa institusi lainnya. Di antaranya, ia ditunjuk sebagai direktur Ma’had Al-Arba’in, staf ahli Rektor Universitas Islam Asy-Syafi’iyyah, dan menjadi anggota Dewan Pakar Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. Pada tahun 2004, ia ditunjuk menjadi salah seorang rais Syuriah PBNU.

Di sela-sela berbagai kesibukannya itu, saat ini ia juga masih tercatat sebagai ketua umum Masjid Jami’ Matraman. Namun, setelah sekian lama ia melazimi majelisnya para ulama besar Jakarta serta menggeluti kitab-kitab padat ilmu karya para ulama klasik dan kemudian ia bandingkan dengan kadar keilmuan yang ada di strata kesarjanaan selanjutnya, ia menjadi tidak tertarik untuk melanjutkan pendidikan formalnya ke jenjang yang lebih tinggi. Sudah sejak lama ia tidak berminat pada atribut-atribut akademis dan gelar titel kesarjanaan yang menurutnya telah banyak dinodai oleh sementara orang yang menjadikan itu hanya sebagai aksesori penambah prestise atau bahkan menjadi komoditas pendukung untuk mencari keuntungan-keuntungan pribadi. 

Pola pandangnya yang seperti ini membuatnya lebih menghargai khazanah ilmu yang beredar di majelis-majelis ilmu para ulama ketimbang menyisihkan waktu lagi untuk meraih gelar pascasarjana.
Ketokohan K.H. Saifuddin Amsir memang ketokohan yang berbasiskan keilmuan, bukan karena gelar yang disandangnya. Namanya semakin dikenal orang karena keluasan ilmunya yang diakui banyak pihak. Karakteknya yang low profile menjadi bukti bahwa popularitasnya saat ini tidak dibangun lewat sebuah proses karbitan yang direkayasa, tapi bentuk pengakuan publik yang mengapresiasi kedalaman ilmunya.

Betawi Corner
Di samping itu, ia juga merasa prihatin atas orientasi pemahaman keagamaan umat Islam zaman sekarang yang tak lagi menolehkan pandangan kepada khazanah ilmu peninggalan para ulamanya sendiri. Mereka kemudian lebih tertarik pada pembahasan-pembahasan Islam sekuler dan sebagainya, yang sebenarnya rapuh dasar keilmuannya.

Padahal dulu, para cendekiawan Prancis yang dikumpulkan oleh Napoleon Bonaparte untuk mempelajari kitab-kitab karya para ulama setelah ia merampasnya dari perpustakaan-perpustakaan muslimin saat itu, misalnya, sedemikian terkagum-kagum terhadap ilmu historiografi dalam tradisi keilmuan masyarakat muslim. 
Saat menelaahnya, mereka terinspirasi dengan ilmu hadits dan ilmu-ilmu keislaman lainnya yang sangat memperhatikan sanad dan sedemikian ketat memperhatikan berbagai rujukan sebagai pertanda betapa masyarakat Islam sangat menghargai ilmu dan sejarahnya. Bukan cuma terinspirasi, bahkan mereka kemudian juga menjadikan karya-karya itu sebagai rujukan penting bagi mereka. Saat itu, dunia Barat merasa sangat berkepentingan untuk mempelajari khazanah ilmu kaum muslimin, yang di kemudian hari menjadi akar pencerahan bagi peradaban keilmuan mereka.

Dalam berbagai majelisnya, ia tak pernah bosan mengingatkan umat untuk memperhatikan masalah tersebut. Karena itu, dengan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari pihak Jakarta Islamic Centre, saat ini ia tengah merintis berdirinya suatu lembaga pengkajian yang memagari kemodernan cara berpikir dengan kemurnian ilmu agama yang jernih. Lembaga dengan karakteristik bernuansa Betawi itu ia namakan Betawi Corner.

Di samping sebagai tempat untuk mengkaji khazanah kebudayaan dan ilmu-ilmu keislaman dan meng-counter pemikiran-pemikiran dan pemahaman keagamaan yang destruktif, Betawi Corner juga dimaksudkannya sebagai tempat berdiskusi dan bermusyawarah bagi para ulama dan masyarakat Betawi.

Menjauhi Yang Syubhat 
Di dalam keluarga, K.H. Saifuddin Amsir adalah sosok seorang ayah yang sederhana, demokratis, sabar, tapi tegas dalam hal mendidik anak. Ayah empat orang putri ini adalah seorang yang sangat mengutamakan keluarga dan sangat memperhatikan sisi pendidikan anak-anaknya. Ia menyadari, ilmu pengetahuan adalah warisan terbaik kepada anak-anaknya kelak.

Pendidikan dalam keluarganya dimulai dengan menerapkan aturan-aturan yang harus ditaati segenap anggota keluarga, dengan bersandar pada pola hidup yang diterapkan Rasullullah SAW. Pola hidup yang dimaksud adalah pola hidup sederhana dan menjauhi hal-hal yang syubhat. 
Menurut Hj. Siti Mas’udah, istrinya, K.H. Saifuddin Amsir adalah ayah sekaligus guru dan sahabat bagi istri dan putri-putrinya. Ia senantiasa menekankan pentingnya agama dan ilmu kepada anak sejak mereka masih kecil. Shalat berjamaah adalah suatu keharusan dalam keluarga ini.

Dalam hal makanan, ia tidak memperkenankan anggota keluarganya mengonsumsi makanan-makanan yang belum terjamin kehalalannya, seperti makanan-makanan produk luar negeri. Sejak dari usia bayi, mereka juga sudah dijauhkan dari makanan-makanan yang belum terjamin kesehatannya, seperti makanan-makanan yang banyak menggunakan bahan pengawet, makanan siap saji, atau makanan yang menggunakan bahan-bahan penyedap.

Setali tiga uang, istrinya, yang akrab disapa Umi, juga tidak kurang perannya dalam membentuk citra kebersahajaan dan kemandirian dalam keluarga. Di samping menangani segala urusan rumah tangga, mulai dari memasak, mencuci, bahkan menjahit, ia juga masih menyempatkan diri aktif pada bidang-bidang sosial keagamaan dan mengajar di sejumlah majelis ta’lim.
Dengan menerapkan pola pembinaan dan pendidikan keluarga yang demikian, ia telah berhasil menjadikan putri-putrinya sebagai insan-insan pecinta ilmu agama dan pengetahuan. Banyak sudah yang telah diraih  keempat putrinya itu. Mengikuti jejak sang ayah, mereka selalu mendapatkan beasiswa dan menjadi lulusan terbaik di almamaternya. Bahkan si bungsu, Rabi’ah Al-Adawiyah, misalnya, sejak berusia 12 tahun sudah hafal tiga puluh juz Al-Quran dengan baik. IY


http://majalah-alkisah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=105:kh-saifuddin-amsir&catid=26:profile-tokoh&Itemid=34

Read More

BAYI YANG MAMPU MENGGERAKKAN BULAN

02.36.00 0

Assalamu’alaikum wr. Wb.

 

Di Ceritakan oleh Al Habib Abdullah bin Umar Al Athos

di Peringatan Maulid Nabi Semalam di Masjid Arrohmah (Masjid Lama)

yang konon Masjid ini telah ada sejak dahulu kala(hehehe)…

sehingga dinamakan Masjid lama.

 

Sedang duduk Rasulullah SAW bersama Pamannya Sayidina Abbas Ra.

Rasulullah SAW bertanya kepada Pamannya,

“ Paman, mengapa paman mudah masuk Islam” (kira-kira gitu deh intinya)

 

Pamannya bercerita,

“waktu engkau bayi saya masuk ke dalam rumahmu, tiada seorangpun disana,

Hanya engkau yang ada sedang berbaring dan sambil menunjuk jari telunjukmu

kearah bulan lalu kau goyangkan tanganmu kekanan dan kekiri

dan sayapun kagum melihat bulan bergerak mengikuti gerakan tanganmu.”

 

Itulah sebab Pamannya Nabi, Sayidina Abbas Ra. masuk Islam.

Wallahua’lam

  



ada revisi dari sang penceramah, semalam di Maulid Nabi di Majelis taklim Ust Mukhtar (bandar Kebuli) bahwa yang melihat Rasulullah SAW bermain dengan bulan adalah Pamannya Nabi Sayidina Abbas RA, bukan Sayidina Hamzah RA
Read More

Senin, 13 April 2009

Saidatina Khadijah

23.54.00 0

Dia melalui saat-saat sakarat ditemani suami tercinta, Rasulullah SAW. Dalam keadaan kesakitan yang amat itu, dia mengungkapkan kata-kata yang menyebabkan Jibril juga teruja. Katanya, ”Wahai rasul utusan Allah, tiada lagi harta dan hal lainnya yang bersamaku untuk aku sumbangkan demi dakwah. Andai selepas kematianku, tulang-tulangku mampu ditukar dengan dinar dan dirham, maka gunakanlah tulang-tulangku demi kepentingan dakwah yang panjang ini”. Rasulullah SAW berasa sayu mendengar semua itu. Jibril naik bertemu Allah. Jibril bertanyakan Allah, adakah Allah mendengar kata-kata Saidatina Khadijah itu? Allah menjawab pertanyaan Jibril – bukan hanya kata-katanya sahaja yang Allah dengari malah bisikannya juga. Allah meminta Jibril menyampaikan salam buat Saidatina Khadijah.

 

Jibril turun dan memberitahu Rasulullah SAW akan hal itu. Rasulullah SAW menyampaikan salam tersebut kepada isteri tercinta. Ustaz turut menceritakan bahawa dalam sesetengah riwayat tangan Saidatina Khadijah seakan bersilang saat menyambut salam itu dan Saidatina Khadijah melafazkan bacaan yang begitu masyhur yang sering kita lafazkan selepas solat:

Allaahum ma antas salaam - waminkas salaam

Wa ilaika ya 'uudus salaam

Fahayyina rabbanaa bis

 salaam

Wa adkhilnal jan nataka daaras salaam

Tabaa rakta rabbanaa wa ta 'aalaita yaa dzal jalaali wal ikraam.

 

Ya Allah, Engkaulah kesejahteraan, dariMulah asal kesejahteraan dan kepadaMu

pula kembali kesejahteraan, maka hidupkanlah aku dengan kesejahteraan dan

masukkanlah aku kedalam surga  kampung  kesejahteraan. Maha Mulia Engkau

Ya Allah yang memiliki kemegahan dan kemuliaan.

 

Dan pergilah Saidatina Khadijah menghadap Allah SWT, kekasih yang dirindui. Terlalu hebat wanita ini. Dialah insan pertama yang mengimani Rasulullah SAW. Tidak cukup dengan harta, tulang-tulangnya juga ingin digunakan untuk membantu perjuangan Rasulullah.

Menziarahi Khadijah ra membangkitkan perasaan dan semangat perjuangan yang luar biasa. Dia lambang kasih isteri yang sejati terhadap suami. Dia lambang tekun ibu dalam mendidik anak-anak mewarisi ibu bapa dalam perjuangan silih berganti generasi. Dia lambang pengorbanan unik ketika bersendirian mendokong suaminya menghadapi ramai golongan berkuasa di Mekah serta kejahilan dan ketakutan orang ramai di Semenanjung Arab. Beruntung Khadijah ra berjaya menjual dunianya untuk membeli Akhirat yang lebih kekal dan abadi apabila Jibril datang memaklumkan kepada Nabi saw, “Berilah khabar gembira kepada Khadijah bahawa sebuah rumah telah dibina untuknya di Syurga ..”.

 

 

Khadijah ra seorang koporat perniagaan antarabangsa. Barang dagangannya sampai hingga ke Syam, ketika itu dibawah Kerajaan Eropah (Rom). Seorang yang punya harga diri, digelar “At-Tahirah” (wanita suci) yang pernah menolak pinangan orang bangsawan tetapi melamar Muhammad yang dulu kerjanya menggembala kambing sesiapa yang boleh memberinya upah. Tidak lain setelah mendengar lapuran Maisarah tentang akhlak Baginda saw disepanjang perjalanan perniagaan barangan Khadijah di Syam. Dia memilih ciri akhlak dikala manusia lain di Mekah ketika itu memilih ciri harta, pangkat dan pengaruh, seperti gaya ramai orang Malaysia Boleh hari ini. Bukan Nabi saw sahaja tak berharta, tetapi saudara mara yang pernah menjaga Baginda saw juga tidak berharta seperti Aminah, Abdul Muttalib dan Abu Talib.

 

 

“Aku takut terhadap apa akan terjadi terhadap diriku”, kata Nabi saw kepada Khadijah ra dalam keadaan gementar setiba di rumah dari Gua Hirak. Jawab Khadijah ra spontan dengan penuh yakin, seyakin dihari dia memilih dengan tepat bakal yang akan menjadi suaminya, “Kalla, ma yukh zikallahu abadan. Innaka la tasillu rahm, wa taksibul makdum …”. (Sekali-kali tidak. Allah sekali-kali tidak akan mengsengsarakan kau. Engkau menghubungkan silaturrahim. Engkau memberi makan orang yang kelaparan …”. Subhanallah! !.. Saya melihat Khadijah ra seorang yang bulat keyakinan dan kasih terhadap suaminya, sebulat keyakinan dan kasih suaminya terhadap Tuhannya. Hasilnya, anak-anak mereka bulat terhadap Risalah ayah dan ibunya. Zainab binti Muhammad memilih meninggalkan suaminya Al-Ass di Mekah, menunggang unta menuju kepada ayahnya saw yang telah berhijrah bersama kaum Muslimin di Madinah. Ruqayyah dan Ummu Kalthum tabah disingkirkan hanya kerana Aqidah yang diperjuangkan oleh ayahnya. Fatimah ra menangis tetapi tabah sambil membersihkan rambut ayahnya yang ditabur kotoran oleh Quraisy. “Jangan menangis wahai anakku. Sesungguhnya Allah melindungi ayahmu”, kata Nabi saw kepada Fatimah. Mereka Akhawat Mukminat setabah ibu yang mendidik dan membesarkan. Kemelut rumahtangga orang ramai hari ini ialah tidak bulatnya keyakinan si isteri terhadap suami, lantaran tidak bulatnya si suami terhadap Tuhan dan DakwahNya. Ramai suami yang tidak punya risalah dan ideologi apa-apa dalam hidup untuk dicapai. Perjuangan paling popular dewasa ini hanya sekadar mencapai rumah dan kereta mewah serta anak-anak yang bergaji besar yang semuanya nanti boleh dibangga-banggakan di depan sahabat handai dan taulan. Kesannya, keyakinan tidak bulat, kesangsian dan curiga dalam rumah tangga sering mewarnai kehidupan, banyak perkara berkira, perselisihan kerap berlaku, perjuangan, minat dan halatuju berbeda jauh walau hidup sebumbung dan dilimpahi kemewahan. Jika ada yang minat dan terlibat dalam Dakwah semasa menuntut, ia hanya hobi sementara menunggu tamat, mendapat ijazah dan berkarier.

 

 Siddiq (membenarkan) lebih tinggi dari Iman. Syurga Firdaus dihuni oleh para Nabiyiin (Nabi-nabi), Siddiqiin (orang-orang yang membenarkan) , Syuhadak (orang-orang yang mati syahid) dan Salihin (orang-orang saleh), mereka adalah sebik-baik teman di Akhirat. Khadijah ra bukan sahaja telah beriman dengan Risalah yang suaminya baru terima dari Gua Hirak, tetapi juga telah membenarkan Risalah tersebut dengan mengorbankan segala perasaan, masa, harta dan apa sahaja yang dia miliki demi memenangkan Agama ini mengatasi Quraisy di Mekah dan Rom Parsi di muka bumi. Boikot ekonomi Quraisy dan kabilah-kabilah Mekah walaupun menyebabkan kesengsaraan terhadap Nabi saw dan para Sahabar ra tetapi ia tidak berjaya antara lain kerana pengorbanan harta yang dihulurkan Khadijah ra ketika itu. Sindiran, fitnah, tohmahan dan perang saikologi yang dilancarkan Quraisy, walau memberi impak teruk kepada Dakwah Islam tetapi tidak mempu membunuh semangat Nabi saw lantaran dokongan moral, kasih dan keyakinan yang ditunjukkan oleh Khadijah ketika itu.

 

 

Dalam perjuangan, peristiwa sedih sering berlaku kepada mana-mana pejuang. Kepada Nabi saw, diantaranya kesedihan Baginda saw ialah kematian Khadijah ra, kematian Abu Talib, dibaling batu di Taif, Hamzah ra di bunuh dan dimamah jantungnya, pembunuhan Rombongan Rajik 60 para hafiz dll. tetapi hanya tahun kematian Khadijah ra digelar Nabi saw sebagai Tahun Sedih. Wafak (setia) Nabi saw kepada Khadijah ra ialah Nabi saw sering memuliakan kawan-kawan lama Khadijah ra yang masih hidup dengan bertanya khabar dan menyampaikan hadiah dan kiriman. Nabi saw juga sering menyebut tentangnya sehingga apabila Aisyah ra berkata, “Bukankah Allah telah menggantikannya dengan isteri yang lebih baik?”, jawab Nabi saw,”Demi Allah, Allah tidak pernah menggantikan untuk aku isteri yang lebih baik dari Khadijah. Dia beriman kepadaku apabila manusia lain kufur kepada aku. Dia membenarkan aku ketika manusia lain membohongi aku. Dia memberi aku harta ketika manusia lain memboikot dan mencegah harta dari sampai kepada (perjuangan) aku. Darinya aku dikurniakan anak-anak (yang mengikut perjuanganku)” . Dari hadis ini dapat kita fahami apakah faktor dan kualiti seorang isteri yang sebenar yang menjadi pilihan seorang Nabi yang paling dikasihi Allah swt. Tidak lain dan tidak bukan ialah faktor meyakini penuh perjuangan ideologi, berkorban harta dan jiwa untuk memenangkannya serta menyedia dengan mendidik anak-anak untuk menyambung perjuangan yang panjang dan jauh hari kemenangan.

 

 

Kemelut para Duat hari ini diantaranya ialah dari sedikit mereka yang meyakini i Perjuangan untuk memenangkan Islam ini, lebih sedikit lagi mereka yang mentasdiq (membenarkan) perjuangan tersebut dengan bukti amal dan pengorbanan. Ramai yang mengatur usrah dan tamrin untuk belia dan dewasa sedang isterinya sendiri tidak berusrah dan anak-anaknya tidak tahu dimana. Ramai yang menggalakkan umat ke masjid dan majis-majlis ilmu sedang anaknya digalakkan ke luar negara yang terlalu ceruk tanpa masjid apatah lagi menghadiri majlis-majlis ilmu di sana. Ramai yang bercakap tentang pengorbanan harta tetapi pertubuhannya miskin tidak mampu memberi kebajikan ahli sedang ramai yang berkereta dan hidup mewah dibanglo yang tersergam. Ramai yang menyeru berkorban jiwa dan masa sedang masa kerier tambahan seperti locum, consultancy, direct-selling, tuition dan lain-lain lebih mendapat tempat dari Dakwah Fardiyah sedang masa dan tenaga yang diperlukan, teknik dan strategi adalah hampir sama. Apabila kita tidak bulat, maka anak-anak sendiri atau anak didik kita juga tidak bulat. Hasilnya, dari aduan kepada saya ramai anak-anak Duat yang merokok, bergirl atau berboyfriend, chit chat, skin-head, metal dan ada yang tidak diakui anak oleh Duat. Bagi anak yang Duat cuba juga dekatkan mereka kepada Dakwah, mereka tidak mantap, tiada keyakinan diri, menurut sahaja, berpura-pura sementara menunggu dewasa, berkarier dan merdeka. Alangkah Dakwah ini memerlukan pengurus rumahtangga seperti Khadijah ra. Dia berjaya membuktikan pengurusan suami, anak-anak dan harta dengan jaya, bukan sekadar kata-kata dan tazkirah. Semua kualiti ini yang sering disebut-sebut oleh Rasulullah saw. Kepada memiliki dan membuktikan kualiti ini juga kita mendorong para penuntut dan wanita Islam hari ini.

 

 

“Salam sejahtera wahai Khadijah Al-Khuwailid. Salam sejahtera wahai isteri Rasulullah saw. Salam sejahtera wahai Ummi Mukminin (ibu kaum mukminin). Salam sejahtera wahai sekelian penduduk Tanah Perkuburan Al-Makla. Sesungguhnya kami, insyaAllah, akan bersama kamu. Kamu mendahului kami dan kami akan mengikut kemudian. Moga Allah mengampunkan kami dan kamu, mengampunkan orang yang terdahulu dari kalangan kamu dan yang terkemudian. Ya Allah, berilah pahala dan ganjaran kepada mereka atas sumbangan mereka kepada Islam. Ya Allah, jangan Engkau sekat kepada kami untuk beroleh pahala mereka. Jangan Engkau duga kami sesudah mereka. Ampunilah kami dan mereka. Amin” (Doa ziarah Khadijah ra dan Perkuburan Al-Makla, Mekah).

 

andri satriawan <andri_satriawan@*****.***>:

Read More

Rabu, 01 April 2009

Rahasia Al - Fatihah dalam Sholat

21.49.00 0

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

 Cahaya kemuliaan Allah SWT selalu menerangi hari kita berserta keluarga kita dalam kebahagiaan.

 Sholat adalah ibadah wajib bagi setiap muslimin dan di dalam rangkaian ibadah sholat menyimpang berjuta juta rahasia kemuliaan Allah bagi hambaNYA yang datang menyeru panggilannya.

 Semoga artikel singkat ini ibarat VITAMIN & NUTRISI untuk menambah semangat ibadah kita (khususnya Sholat) kepada Allah SWT.

 Sebagaimana riwayat shahih Bukhari "barang siapa yang shalat di antara kalian sungguh dia itu sudah berhadapan dengan Allah dan berucap dan berkata-kata dengan Allah".

 Jika kita berucap takbiratul ihram Allahu Akbar dan disaat itulah hati kita menafikan seluruh nama selain nama Allah. Allahu Akbar menghapus seluruh nama dalam jiwa kita selain nama Rabbul 'alamin.

Allah yang maha besar dari semua nama yang ada dalam jiwaku tampikan semua, lupakan semua ketika kau dalam shalat , lupakan semua urusan, sisakan yang Maha Tunggal dan Maha Abadi, jadikan jiwamu dipenuhi cahaya Allah Swt, lalu masuklah dalam kalimat-kalimat tersuci yang tidak di ucapkan antara makhluk satu sama lain "Allahu Akbar kabiro walhamdulillahikatsiro wasubhanallahibukrota waatsila" dalam do'a iftitah.

 Lalu masuklah kita kedalam samudra Al Fatihah dengan gerbangnya "bismillahirrahmanirrahim" dengan nama 'Allah' , nama 'Allah'. 'Allah' adalah induk dari semua nama-nama Nya , 'Allah' nama itu adalah yang mengawali seluruh kejadian alam semesta , kepada nama itulah kembali semua harapan dan kejadian apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi, semuanya berada di dalam samudra Nama Allah SWT.

Ketika kita mengucap Nama itu berarti kita telah mengucap satu nama yang mengawali seluruh penciptaan alam semesta dari tiada.

'Allah' sudah mencakup semua langit dan bumi beserta isinya 'bismillah' Dengan Nama Allah dan seluruh makhluk ciptaan Allah bertasbih kepada Allah,

Nama Allah 'Arrahman Arrahim'. Arrahman kasih sayang Allah kepada seluruh makhluknya, mukmin, fasik, muslim, non muslim, hewan, tumbuhan "Rahmati wakullasyai" (Rahmatku sampai kepada segala sesuatu) ini adalah dari kalimat Arrahman, seluruh kenikmatan dan kasih sayang Allah, yang Allah turunkan sejak alam ini dicipta hingga alam ini berakhir, kenikmata melihat, kenikmatan mendengar, kenikmatan bicara, kenikmatan seluruh kenikmatan yang ada itu berawal dari kalimat Arrahman, diberikan kepada seluruh hamba-Nya.

Lantas Arrahim kenikmatan khusus bagi mu'minin mu'minat, kenikmatan yang abadi, ketika semua mereka berakhir, hewan tumbuhan berakhir, makhluk-makhluk lain berakhir terkecuali keturunan Adam kenikmatan berlanjut dari samudra Arrahim, samudra Arrahim ini tidak berakhir kenikmatannya karena abadi, terus miliaran triliunan tahun tidak akan pernah menemui kematian, tiada ada istilah lanjut usia dan tua, tiada istilah keriput, tidak ada istilah sakit, tidak ada istilah bingung, tidak ada gundah, tidak ada sedih, yang ada gembira dan keridhoan Allah, yang ada cahaya Allah, yang ada keagungan dan keindahan Allah SWT yang Maha Megah, ini samudra Arrahim.

Oleh sebab itu bila kita menyebut "bismillahirrahmanirrahim", dengan Nama Allah mencakup seluruh nama orang-orang yang dilimpahi kenikmatan didunia dan akhirot hingga akhir zaman, hingga tiada akhirnya zaman yang kekal dan abadi didalam syurga, itu kenikmataanya sudah berpadu dengan kalimat 'Arrahman Arrahim', kalau kita sebut nama itu tenggelamkan hati kita, kita renungkan dan indahnya keagungan Allah SWT dialam semesta ini.

"bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil'alamin arrahmanarrahim malikiyaumidin iyaakana'buduaiyakanastain" ketika mengucap ayat-ayat itu Allah menjawabnya sebagaimana diriwayatkan didalam shohih muslim "hammadin'abdi, majaddanil abdi, adzdzana alaiya abdi" Hambaku memujiku, hambaku menyukaiku, hambaku memuliakanku, hambaku meluhurkanku.

Kenapa Allah menjawab? Karena Allah suka dipuji, kenapa Allah suka dipuji? Karna pujian datangnya dari cinta, kenapa Allah suka dicintai? Karna Allah mencintai hambanya.

Allah tidak membutuhkan segenap hambanya, seluruh hamba ini bila berkumpul sebagaimana hadits qudsi "ketika berkumpul seluruh Jin dan Manusia dari yang pertama hingga yang terakhir semuanya dalam jiwa yang bertaqwa, tidak bertambah dari kerajaan-Ku sedikitpun, Allah SWT".

Lalu muncul pertanyaan, untuk apa kecintaan hamba kepada Allah SWT?  karna cintanya Allah kepada hambanya, Allah ingin hambanya dicintai oleh-Nya mendapat kebahagiaan yang kekal maka Allah suka dipuji karna puji datangnya dari cinta.

Allah berkata "hammadin'abdi” "hamba-Ku memuji-Ku" tidak penah ada yang namanya ibadah dijawab oleh Allah terkecuali dalam SHOLAT, yang mengucap Al Fathihah dijawab oleh Allah SWT, kalau kita teruskan lagi "Ihdinasyirotolmustakim sirotholladzi na'an amta alaihim ghairil maghdhu bi alaihim waladhdholin" Allah menjawab hadza lil abdi wa lil abdi masa'an hadza lil abdi wa lil abdi masa'an hadza lil abdi wa lil abdi masa'an.  Ini sekarang untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku. Apa yang dia minta ada apa dengan kalimat "Ihdinasyirotolmustakim sirotholladzi na'anamta alaihim" itu ayat menyatukan dan memadukan seluruh kebutuhan kita dunia dan akhirat.

"Shirotholladzi na'an amta alaihim" jalan yang lurus yang dan benar tapi jalan yang telah Kau beri kenikmatan, jalan orang yang Kau beri kenikmatan atas mereka, ini mau apalagi manusia hidup dimuka bumi, dituntun kejalan yang lurus agar mencapai kebahagiaan yang kekal, lalu dilimpahi kenikmatan sebagaimana orang yang dilimpahi kenikmatan oleh Allah, adakah lagi cita-cita melebihi ini?

Adakah lagi kebutuhan manusia melebihi kenikmatan? Bukankah akhir dari pada seluruh kebutuhan manusia adalah kenikmataan dan kenikmatan dari segala keinginan kita sudah berada didalam surat Al Fatihah ?

Kalau seandainya kita mendalami dan memahami maknanya seluruh kenikmatan mau ditumpahkan Allah kepada kita, kita bertanya apa iya bisa? Apa iya bisa dengan mengucap "ihdinasyirotol mustakim sirotholladzi na'an amta alaihim" kita mendapatkan kenikmatan selalu dunia dan akhirat, telah dijawab oleh Allah dalam hadits qudsi riwayat shohih muslim, "hadza lil abdi wa lil abdi masa'an" bagi hambaku apa yang dia minta.

Demikian indahnya Rahmat Illahi ditawarkan setiap kali kita berdiri dalam shalat membaca suratul Fathihah ghairil maghdhu bi alaihim waladhdholin bukan jalan-jalan orang-orang yang Kau murkai tentunya didunia dan akhirat, dicabut dari segala hal-hal yang dimurkai Allah digantikan dengan hal-hal yang dilimpahi kenikmatan dan benar dimata Allah.

Inilah jalan kehidupan, inilah jalan kebahagiaan, inilah jalan kenikmatan yang kekal dunia dan akhirat. Talah ada didalam shalat kita seluruh hajad kita berpadu dalam suratul Fathihah.

Ya Rahman, Ya Rahim, Ya dzal jalali wal ikram Ya dzattauli wal in'am beri kami kemuliaan hingga kami menyadari betapa agung-Nya cinta-Mu, Ya Rahman, Ya Rahim sejukkan jiwa kami dengan cinta dan rindu kehadirat-Mu, sejukkan hari – hari kami dengan pengampunan-Mu, sejukkan nafas kami dengan doa dan munajat.

Ya Rahman, Ya Rahim, Ya dzal jalali wal ikram hangatkan jiwa kami selalu dalam dzikir dan cinta kehadiratMu, hangatkan jiwa kami selalu dalam shalat, ketika kami melakukan shalat curahkan keberkahan dan kekhusyuan dan jadikan shalat kami gerbang anugerah zohiran wa bathinan jadikan setiap kami shalat Kau bukakan rahmat-Mu seluas-luasnya jadikan shalat kami meruntuhkan seluruh musibah dan kesulitan kami.

Lebih dan kurangnya al faqir mohon maaf.

 Waallahu a’lambishawab

Alfaqir

 

Dicopy oleh "Riandi" <wfg_spv@****.*****-*****.***> dari Ceramah AL Habib Munzir bin Fuad Al Musawa

Read More

Post Top Ad