CUPITEBET: Cinta Nabi

JADIKAN RASULULLAH SAW SEBAGAI IDOLA

ads

Hot

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label Cinta Nabi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cinta Nabi. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Oktober 2008

Seorang Muslim Adalah Saudara Muslim Lainnya

22.38.00 0
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ (صحيح البخاري 

Sabda Rasulullah saw :
“Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, janganlah ia mendholimi saudaranya, dan jangan pula menyerahkannya pada musuh, dan selama ia memperhatikan kebutuhan saudaranya maka Allah swt memperhatikan kebutuhannya” (Shahih Bukhari)


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Alam Semesta, Maha Melimpahkan Anugerah kepada hamba hamba Nya dari zaman ke zaman, kebahagiaan dunia dan akhirat yang milik Allah, Rahmat dan Kesucian yang milik Allah, Surga yang kekal dan abadi yang milik Allah, Ditawarkan kepada hamba hamba Nya, disiapkan bagi mereka kemewahan yang kekal dan abadi, Ahluttaqwa, Orang orang yang mengikuti Sayyidina Muhammad Saw, orang orang yang akan bahagia dengan kebahagiaan yang kekal, para pengikut Muhammad Rasulullah saw. 


Orang orang yang melewati ketenangan hidup dengan kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat adalah orang orang yang mengikuti Nabiyyuna Muhammad saw, Semakin ia berbuat hal hal yang disukai Allah, semakin Allah akan berbuat hal hal yang ia sukai, Semakin ia melakukan hal hal yang disenangi Allah, Allah akan selalu membolak balikkan keadaan hidupnya pada hal hal yang ia senangi, Demikian hadirin hadirat timbal balik dan balasan dari yang Maha Indah membalas perbuatan hamba hamba Nya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Semakin kau perindah hubunganmu dengan Allah, semakin Allah Swt memperbaiki keadaan kita, semakin Allah benahi hari hari kita dan semakin Allah melimpahkan keberkahan kepada kita.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Semakin kita perduli kepada saudara kita, semakin Allah perduli kepada kita. Mana buktinya? sebagaimana hadits yang kita baca tadi “al muslim akhul muslim“ (seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya). Bagaimana perbuatan kita terhadap saudara kita? ketika ia susah kita juga ikut susah, jika saudara kita lapar kita turut juga walaupun kenyang tidak merasa enak makannya karena ada saudara kita, saudara kandung kita yakni akhul muslim, 

Berkata Rasul saw “muslim adalah saudara muslim lainnya”. Apa maksud kalimat ini? orang yang menjiwai dan mengamalkan kalimat ini maka ia menjadi penyebab kedamaian dan kesejahteraan di permukaan bumi. Ketika jiwanya menyatu dengan muslim lainnya,, menghormati mereka maka ia tidak akan mau melakukan hal hal yang merugikan saudara muslimnya. Diperjelas oleh Rasul saw “la yadlhlimuhu” (jangan berbuat dholim kepada saudaranya), Kita juga tidak akan tega kalau berbuat dholim kepada saudara kita sendiri, saudara kandung, Demikian Sang Nabi saw mengajarkan kepada kita berbuat kepada seluruh muslimin. “wa la yuslimuhu” (jangan pula membiarkan saudara muslimnya dicengkeram oleh musuh musuh). Dan semakin ia perduli kepada hajatnya, Allah tetap memperhatikan hajat, hajat orang itu. Semakin ia perduli kepada saudara muslimnya yang sedang sedih, yang sedang bermasalah, yang sedang susah. Semakin ia perduli dengan itu maka Allah pun semakin memperhatikan kebutuhannya. Semakin ia berbuat hal hal yang disukai saudaranya, Allah akan makin berbuat hal hal yang ia sukai.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt menyampaikan kepada kita tuntunan terindah Nabiyyuna Muhammad saw. Kita memahami bahwa hal yang paling banyak membahayakan dan menimpa saudara kita itu yang tadi dijelaskan oleh Ustadz Khairullah, bukan kemiskinan saja. Orang di zaman sekarang yang dipermasahkan kemiskinan terus dan kemiskinan, bagaimana mengangkat taraf hidup manusia. Banyak musibah, kemiskinan muncul dan Allah melihatnya sebagai kesalahan muslimin sendiri.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Beda dengan zaman Para Sahabat Ra, mereka tidak menginginkan kekayaan. Kalau mereka inginkan maka Allah limpahkan seluas luasnya. Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah. Bagi mereka yang membutuhkan harta dan keluasan, Allah Swt akan berikan selama ia mendekat kepada Allah Swt, memperindah hubungannya dengan Allah Swt dan Allah Swt akan memberikan hal hal yang membuat ia senang. Selama hal itu bukan dosa dan maksiat. Jadi jangan sampai kita berfikir, semakin aku taat semakin susah hidupku. Kalau aku bertaubat nanti aku disejajarkan dengan Para Sahabat maka hidupku miskin. Tidak demikian hadirin hadirat, karena Rasul saw juga mendoakan Sahabat agar kaya raya.

Dijelaskan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw mendoakan Sayyidina Anas bin Malik Ra “wahai Allah perbanyaklah hartanya dan keturunannya dan limpahi keberkahan bagi harta dan keturunannya”. Tapi kenapa sebagian besar Para Sahabat yang dijelaskan Guru kita tadi adalah orang yang miskin, karena mereka menginginkan hal itu. Karena di zaman mereka sudah ada Baitul Maal yang menampung daripada para fuqara. Mereka menginginkan dekat kepada Allah Swt dan memperbanyak ibadah dan memperbanyak puasa dan tidak boleh disibukkan dengan harta.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Jadi jangan sampai kita beranggapan kalau seandainya saya banyak ibadah nanti Allah Swt justru menyempitkan rezki saya. Justru tidak demikian, hal itu adalah bisikan syaitan. Allah Swt akan semakin luaskan keadaan hamba Nya terkecuali hamba Nya sendiri yang tidak menginginkannya. Ada hamba yang tidak ingin tinggal di kota maunya tinggal di desa tapi tetap ia terpaksa. Semakin seseorang memperindah hubungannya dengan Allah Swt maka Allah Swt akan berbuat apa apa yang ia sukai. Ada Para Sahabat Ra tidak menginginkan harta. Allah Swt tidak berikan pada mereka keluasan karena Allah Swt berbuat apa yang mereka sukai. 

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt mengabulkan doa doa, Sayyidina Umar bin Khattab Ra ingin mati syahid dan ingin wafatnya di Madinah Al Munawwarah maka Allah Swt wafatkan sebagai syahid di Madinah Al Munawwarah. Ada Sahabat Ra lain yang tidak berdoa demikian, wafatnya jauh dari Madinah Al Munawwarah walaupun hati mereka bersama Rasul saw dan Para Sahabat lainnya. Demikian hadirin hadirat semakin kita memperindah hubungan kita dengan Allah Swt, Allah Swt akan membuat apa apa yang kita inginkan diberi oleh Allah Swt. Allah Swt akan berbuat apa yang kita sukai di dunia dan di akhirat.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Al Muslim akhul muslim (seorang muslim adalah saudara muslimnya sendiri). Kita lihat Sang Pembicara Nabiyyuna Muhammad Saw, orang yang paling mencintai seluruh muslimin. Kecintaan yang melebihi seluruh cinta. Cinta ayah dan ibu kepada anaknya tidak berani membela pendosa di hadapan Allah Swt di yaumal qiyamah. Cinta Sayyidina Muhammad Saw kepada umatnya (Nabi saw) membela dan meminta pengampunan bagi para pendosa disaat ayah dan ibu mundur atau kalau perlu tidak mengakui orang itu adalah anaknya, ketika anaknya seorang pendosa.

Nabiyyuna Muhammad Saw orang yang paling mencintai kita, tapi cintanya (Nabi saw) tidak terlihat di dunia tetapi terlihat jelas di yaumal qiyamah. Sehingga kelak semua orang di padang mahsyar mengakui bahwa betul ternyata tidak ada yang lebih perduli dan cinta kepadaku melebihi Sayyidina Muhammad Saw walaupun di dalam kehidupan dunia tidak jumpa. Kita tidak jumpa dengan Sang Nabi saw tapi airmata rindu beliau (Nabi saw) telah sampai kepada kita.

Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim, ketika Rasul saw mengeluarkan airmata “aku merindukan saudara saudaraku”, siapa mereka ya Rasulullah? Mereka yang hidup setelah aku wafat, mereka lebih senang duduk melihat aku (Nabi saw) daripada duduk di dalam pekerjaannya, di dalam keluarganya dan di dalam hartanya. 

Kelompok kelompok seperti ini adalah kelompok kelompok yang dirindukan oleh Nabiyyuna Muhammad Saw. Karena kita disini tidak melihat Rasulullah Saw, kita sudah tinggalkan keluarga kita di rumah, meninggalkan pekerjaan dan duduk disini. Disini tidak ada Rasulullah. Bagaimana kalau ada Rasul saw? barangkali dari kemarin atau dari seminggu yang lalu sudah penuh masjid ini dari banyaknya orang yang ingin melihat wajah Nabiyyuna Muhammad Saw. Ini menunjukkan kecintaan akan Sang Nabi saw dan beliau (Nabi saw) merindukan kelompok kelompok, merindukan berjumpa dengan wajah wajah ini. Inilah cinta yang semulia mulia cinta, inilah yang paling hakiki dan tidak pernah terputus. Sebagaimana riwayat lainnya ketika seseorang mencintai lainnya, berbuat sedikit saja yang menyinggung hatinya, putus dan sirna cintanya berubah menjadi kebencian. 

Cinta Sang Nabi Saw sampai ke yaumal qiyamah. Adakah yang melebihi cintanya Sang Nabi saw kepada kita? Allah Allah Allah Swt yang menciptakan Nabiyyuna Muhammad saw dengan maksud untuk mencintai kita. Kenapa Sang Nabi saw mencintai kita sedemikian hebatnya? karena Allah Swt yang menciptakan demikian. Memang Allah Swt menghendaki engkau dicintai dan disayangi oleh Nabimu (Muhammad saw). Allah Swt yang memilih nama kita untuk muncul di umat ini dalam kelompok Sayyidina Muhammad Saw. Fulan bin fulan akan masuk ke dalam kelompok umat Ku yaitu Muhammad saw dan akan dicintai oleh Nabinya (Muhammad saw), cinta beliau (Nabi saw) kepada umatnya (Nabi saw). Maka berikut ujian yang tiada henti kepada Yang Maha Indah yang membuat kita dicintai dan selalu dalam naungan doa doa Muhammad Rasulullah saw.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw didatangi oleh beberapa Sahabat mengadu perbuatan salah seorang sahabat lainnya. Seorang sahabat itu berkata “aku kalau melihat istriku ada bersama laki laki lain maka akan kubunuh”. Para sahabat mengadu “ya Rasulullah sahabat itu sampai begitu marahnya”. Katanya kalau ada laki laki lain bersama istrinya akan ia bunuh dengan pedangnya. Rasul saw tersenyum seraya berkata “kalian memangnya kenapa? heran dengan cemburunya Sa’ad..?, Ra”. Kalian kenapa heran dengan cemburu dan cintanya. Rasul saw berkata “aku ini lebih pencemburu daripada Sa’ad ra”. Apa maksudnya? Rasul saw lebih mencintai umatnya daripada cinta Sa’ad kepada istrinya. Cintanya (Nabi saw) kepada umatnya (Muhamad saw) melebihi cintanya suami kepada istri atau cinta istri kepada suami atau cinta ibu kepada anaknya.

Diteruskan lagi oleh Rasul saw “dan Allah Swt lebih pencemburu daripada aku”. Allah Swt lebih mencintai kita daripada siapa – siapa yang lainnya. Rasul saw berkata “oleh sebab itu karena Allah pencemburu (cemburu itu kan datangnya dari cinta) maka Allah haramkan perbuatan buruk dan perbuatan jahat yang terlihat dan yang tidak terlihat”. Kenapa? karena ingin selalu dekat dengan hamba Nya. Tidak mau jauh dari hamba Nya, tidak mau hamba Nya terjerumus dan menjauh karena dosa. Oleh sebab itu Allah Swt haramkan perbuatan jahat dan perbuatan keji yang terlihat dan yang tidak terlihat. Karena apa?karena cinta Nya (Allah Swt).

Orang yang mencintai itu kan selalu ingin dekat, tidak ingin jauh dari yang ia cintai. Dilihat kekasihnya menjauh sedikit, tidak senang. Oleh sebab itu Allah Swt bukan mengatakan makruh perbuatan keji dan perbuatan dosa, tetapi haram. Kenapa? supaya hamba Nya ini tidak jauh dari Allah Swt, ingin selalu dekat dengan hamba Nya. Tidak ada yang lebih ingin dekat kepada kita selain Allah Swt. 

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Tidak ada yang lebih Pemaaf dari Allah Swt, tidak ada yang mengundang hamba Nya sampai 50 waktu setiap harinya melebihi Allah Swt. Cinta yang tidak bisa ternilai dan terbayangkan ingin jumpa 50X hamba Nya disuruh menghadap 50X sehari. Diberi keringanan sampai 5X tapi sama dengan 50X. Subhanallah!! Dari tidak inginnya Allah Swt jauh dari kita walaupun hamba Nya terjebak. Kalau seandainya yang ada keadilan bukan cinta, saat menjauh dihukum, berbuat dosa dihukum. Sekali berbuat maksiat dengan lidahnya, Allah Swt jadikan lidahnya terbakar misalnya namun tidak, ditawarkan Maaf Nya. Sudah menjauh namun dipanggil lagi kepada pintu Pengampunan Nya. Demikian cinta.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Yang dilanggar kalau berbuat dosa itu siapa? Kan Allah Swt yang disakiti perasaan Nya. Seseorang ketika cinta pada orang lain perasaannya disakiti makin ingin dekat atau makin ingin jauh. Kalau cintanya hanya sekedar cinta di mulut saja, makin orang yang dicintainya berbuat hal yang tidak disukai, ditinggal tidak mau lagi berteman. Hilang cintanya, berbeda dengan Allah semakin hamba Nya berbuat dosa semakin ditawarkan Maaf Nya. Masih ingin dekat dengan Ku wahai pendosa? Ku terima. Jalallahu Yang Maha Indah Menerangi hamba hamba Nya, beruntung jiwa yang merindukan Allah Swt.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan Rasul saw bersabda “tiada pula yang lebih menyukai udzur melebihi Allah Swt”. Udzur itu alasan, minta maaf sudah berbuat salah. Siapa? orang orang yang lain tidak senang, kalau salah saja ya salah saja, sudah tidak usah banyak alasan. Allah Swt menyukai Maaf dan Memaafkan. Oleh sebab itu diutuslah Sang Pembawa kabar baik, kabar gembira dan Sang Pembawa Peringatan yaitu Nabiyyuna Muhammad Saw. Supaya apa? supaya hamba Nya kenal dengan ajaran yang mendekatkan kita kepada Allah Swt.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dalam kehadiran di majelis ini tentunya, saya teringat saudara saudara kita di Manokwari, Irian Jaya. Sebenarnya saya tidak ingin mengulas ucapan ini tapi banyak permintaan karena sebagian dari saudara kita ingin dengar dari website mengenai dakwah di Papua, Irian Jaya. Alhamdulillah keberangkatan saya sampai pada hari Rabu dini hari yang keberangkatannya dari Jakarta Selasa malam. 4 jam perjalanan dengan pesawat dan perbedaan waktu disana adalah 2 jam WIT (Waktu Indonesia Timur) dan disambut dengan sambutan yang sangat hangat di kota Manokwari oleh para pemuda kita lalu meneruskan perjalanan menuju Ransiki, 100 km dari kota Manokwari selama 3 jam perjalanan. Sepanjang perjalanan yang selalu saya saksikan adalah hal yang sangat menyesakkan hati, selalu yang dilihat tidak pernah ada yang spanduk, iklan atau lainnya terkecuali baleho besar, spanduk besar ada di setiap tikungan jalan bertuliskan “Manokwari Kota Injil”. Padahal Manokwari belum diresmikan sebagai Kota Injil, cuma mereka saja mengada ada. Besar sekali balihonya, disetiap tikungan jalan ada pemandangan itu lagi.

Saya bertanya kepada yang bersama kita, penduduk setempat “ini muslimin disini berapa persen persentasenya?”. Ia mengatakan di propinsi Irian Barat ini sekitar 40% : 60% perbedaannya. 40% muslimin, Subhanallah!! Lalu dimana muslimin ini, saya belum melihat satu orang pun yang pakai peci maupun wanita yang memakai jilbab sepanjang jalan 100 km. Memang jalan disana sangat sepi, dalam 15 menit, 20 menit baru bertemu motor atau mobil lainnya. Sepi sekali, memang daerah yang paling jauh daripada Ibukota negaranya (Jakarta), paling jauh tentunya Papua. Sampai disana hadirin hadirat jiwa saya terus teriris, dimana wajah wajah muslimin, aku ingin lihat wajah umat Sayyidina Muhammad Saw. Saudaraku, saudara kita ingin lihat wajahnya. Sedari tadi baleho dan spanduk yang mencekik kita dengan ucapan “Manokwari Kota Injil”. 

Dimana muslimin? hampir beberapa kilometer lagi sampai di wilayah Ransiki, saya lihat beberapa pemuda di pinggir jalan membawa bendera, tidak terlihat pakai peci atau tidak karena pakai helm, bendera apa lagi. Ternyata setelah dekat bendera Majelis Rasulullah Saw. Saya kira saya mimpi, di wilayah Papua, Irian Jaya ada bendera Majelis Rasulullah Saw kapan sampai disini. Ternyata pemuda pemuda kita membuka helmnya dengan mengenakan peci putih, mereka di wilayah Ransiki. Santri santri yang sering hadir di majelis kita setiap malam selasa. 20 orang memang sedang pulang kampung kesana. Mereka menyambut kedatangan kita, tidak lama kemudian disusul dengan beberapa motor dengan bendera Majelis Rasulullah Saw dan bendera kalimat Tauhid diikuti mobil mobil lainnya dengan Rebana Thola’al Badru Alaina di tengah hutan. Kami terus berjalan arak arakan sampai di kota Ransiki dan demikian dahsyatnya sambutan muslimin di kota itu walaupun disitu ada juga yang bukan muslim.

Tapi sambutan muslimin sangat hangat, siapa mereka? Ayah ayah dan keluarga daripada santri santri kita yang dari Manokwari, Irian Jaya. Subhanallah!! Anak anak belasan tahun itu disana ternyata berdakwah sebagaimana doa kita setiap kali mereka maju untuk membaca Alqur’an semoga kembali membawa hidayah dan kemenangan. Demikian doa kita untuk mereka dan doa itu diijabah oleh Allah Swt. Sampai diantara Ayah mereka berkata “ini anak kami tidak boleh pulang lagi ke Jakarta”, kenapa tidak boleh? karena ia jadi imam di salah satu kampung disini. Saya berkata “biarkan orang lain yang jadi imam”, mereka berkata wilayah kampung itu baru masuk islam dan tidak ada yang bisa shalat. Mereka ingin shalat tidak ada yang mengajari shalat, mereka belum bisa shalat sendiri, belum tahu dhuhur berapa raka’at, ashar berapa raka’at, berapa banyak duduk, berdiri dan bersujud. Harus diimami, jadi kalau anak itu sakit tidak ada yang shalat di kampung ini, kalau ia pulang di kampung ini tidak ada lagi shalat. Subhanallah!!.

Di Jakarta kaki kita saling sikut, saling gesek antar majelis taklim. Disana orang mau shalat tidak ada yang mengajari. Satu kampung mau shalat tidak ada yang mengajari. Ada yang sudah belasan tahun mengenal islam dan pernah dengar tentang shalat tapi tidak ada yang mengajarinya. Kenapa? tidak ada ulama disana, sangat sedikit. Tentunya kita tahu Irian Jaya pulau terbesar dari seluruh Indonesia bahwa pulaunya paling besar adalah Irian Jaya. Ulama disana sangat sedikit dan jarak tempuhnya sulit dijangkau kendaraan disana karena kondisi jalannya sangat buruk. Satu musholla saya kunjungi, mereka berkata “ini musholla radius puluhan kilometer cuma hanya ada satu mushollah ini. Jangankan masjid, musholla itu hanya satu saja. 

Jadi kalau kita mau ke musholla harus jalan berjam jam untuk sampai ke musholla itu. Itu hanya satu musholla saja, di sekian belas kampung di sekitarnya. Demikian keadaan muslim disana hadirin hadirat dan saya hadir di mushollah itu mendoakan mereka. Menjaga musholla itu lebih daripada menjaga rumah mereka.

Perjalanan diteruskan ke Bintuni, 200 km dari Ransiki atau 300 km dari Manokwari. 12 jam perjalanan, karena kondisi jalan yang sangat buruk tidak bisa dilewati kecuali mobil mobil tinggi, jeep dan lainnya. Sampai disana sambutan yang sangat mengesankan. Ketika saya keluar mereka sudah menyambut dengan ratusan muslimin muslimat diluar memegang bendera bendera menyambut kita dan saat saya kelaur mereka menangis, ada yang bertakbir, ada yang menjerit. Kenapa ini? mereka berkata “kami sejak dulu hanya mendengar dari datuk datuk kami tentang Para ulama, Para Habaib dan kami belum pernah kedatangan satu pun Habib di kota Bintuni. Ratusan tahun kami cuma dengar dari kakek kakek kami saja. Bahkan ada seorang ibu tua melihat pakaian ini, ia menangis dan berkata “dulu saya lihat kakek saya berpakaian seperti ini, sejak itu tidak ada lagi yang berpakaian seperti ini”, sudah lama ratusan tahun yang silam.

Bintuni dimasuki islam abad ke 16 Masehi. Demikian dahsyatnya cinta dan rindu mereka kepad para ulama dan demikian sangat menyedihkan keadaan mereka saudara saudara kita. Diantara keluh kesah mereka yang demikian polos mereka berkata “kami ini Propinsi Papua tidak mau ikut Republik Indonesia terkecuali karena kami tahu Republik Indonesia itu muslim”. Kami tidak mau bersama Portugis, kami ingin bersama Republik Indonesia karena muslim. Tapi setelah kami jadi saudara sebangsa mereka, kami yang paling dikucilkan. Demikian penyampaian mereka. Mereka berkata dari mana kami harus belajar islam, tidak ada yang mengajari kami. Kami belajar agama islam hanya dari televisi dan itu cuma satu satunya yang membuat kami mengenal islam. Padahal tidak semua dari kami yang wilayahnya ada listrik. Listrik saja sulit disana apalagi televisi. Radio tidak ada sinyal pun sangat sulit. 

Sampai mereka berkata kami dengar dari saudara saudara kami yang punya televisi bahwa orang orang di Jakarta mengirimkan hartanya untuk Palestina, untuk Bosnia. Kenapa mereka kirim ke tempat yang jauh, kami saudara sebangsa tidak mampu membangun mushola dan tidak bisa melakukan shalat karena tidak ada yang mengajarinya. Demikian sanggahan sanggahan dan keluhan mereka. Saudara saudara kita di wilayah Irian Barat. Setelah saya meninggalkan Bintuni dan tentunya kita mengambil beberapa santri untuk kembali lagi kesini. Sudah dari Ransiki dan 10 santri yang kita ambil dari Bintuni lagi.

Ditengah perjalanan di malam hari, saya meriang karena sedih juga mengingat keadaan yang sedemikian menyedihkan dan sangat mengharukan. Ketika saya tertidur saya bermimpi berjumpa dengan seorang pemuda seusia saya. Pemuda dengan pakaian putih putih dan ia berkata “saya berdakwah disini, lewat ditempat ini, dan saya dikejar kejar disini dan saya dibunuh disini”. Ketika saya bangun, saya melihat ternyata tempat yang dimimpikan itu adalah rimba belantara, ia berkata “saya mati dibunuh disini”. Kuburnya tidak dikenali orang, Subhanallah!! Inilah perjuangan para Da’i terdahulu.

Abad ke 16 M, bagaimana keadaan Irian, bagaimana sulitnya menembus tempat itu demi menyampaikan cita cita dan tugas Nabiyyuna Muhammad Saw.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Hampir saya berfikir, saya akan meninggalkan Jakarta dan terus berdomisili di Irian Barat karena tidak tahan melihat yang disini Jakarta sudah banyak Da’i sedangkan disana belum. Tapi setelah saya fikir fikir tentunya lebih baik kita mengambil santri santri itu dan mendidiknya disini dan kembali kesana dan dididik lagi lalu kembalilagi kesana hal itu lebih baik.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan tentunya setelah saya meninggalkan Papua, Irian Barat saya bermunajat dan tentunya kita juga bermunajat bahwa sekarang kita melihat pamflet pamflet, spanduk spanduk Papua atau Manokwari Kota Injil kita bermunajat akan dating waktunya Irian Barat menjadi kota Sayyidina Muhammad Saw, Irian Barat sebagai wilayah Nabiyyuna Muhammad Saw. Kita makmurkan wilayah Jakarta bukan berarti kita memikirkan Irian Barat saja, Jakarta juga perlu dibenahi, saudara kita yang masih narkoba, saudara kita yang masih mabuk, saudara dan teman yang masih tidak mau shalat dan semua adalah lading jihad kita ntuk menuntun mereka pada kemuliaan, kembalikan mereka kepada hidayah.

Kita bermunajat kepada Allah Swt, semoga Allah Swt melimpahkan kemakmuran bagi muslimin muslimat di wilayah Jakarta, di wilayah Irian Barat dan diseluruh wilayah muslimin. Ya Rahman Ya Rahim kami berdoa untuk saudara saudara kami di Papua, Irian Barat dukung mereka Rabbiy Rabbiy tolong perjuangan mereka, tolong beri apa apa yang mereka inginkan, limpahkan keluasan bagi mereka, semoga Allah Swt limpahkan hidayah bagi mereka yang menyembah selain Mu.

Ya Rahman Ya Rahim Ya Djaljalali wal ikram jadikan wilayah itu wilayah Sayyidina Nabi Muhammad Saw, bangkitkan kekuatan muslimin muslimat. Ya Rahman Ya Rahim datangkanlah terus santri santri dari putra putri mereka ke Jakarta dan yang akan kembali ke wilayah mereka membawa hidayah, membawa syari’ah, membawa islam, membawa dakwah. Mengenalkan shalat, mengenalkan tarawih, mengenalkan takbir, mengenalkan puasa ramadhan, 

Faquuluuu (ucapkanlah) Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah

Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Ditulis Oleh: Administrator  www.majelisrasulullah.org
Saturday, 18 October 2008 
Seorang Muslim Adalah Saudara Muslim Lainnya
Senin, 13 Oktober 2008 

Read More

Rabu, 15 Oktober 2008

Sayyidah Nafisah Guru Imam Syafi’i

20.14.00 0
Sayyidah Nafisah Guru Imam Syafi’i
 
  Sayyidah Nafisah adalah putri Hasan al-Anwar bin Zaid bin Hasan bin Ali dan Sayyidah Fathimah az-Zahra', putri Rasululullah Saw. Sayyidah Nafisah dilahirkan di Mekah al-Mukarramah, 11 Rabiul awal 145 H. Pada tahun 150 H, Hasan menjabat sebagai Gubernur Madinah dan ia membawa Sayyidah Nafisah yang baru berusia lima tahun ke Madinah. Di sana Sayyidah Nafisah menghafal Al-Qur'an, mempelajari tafsirnya dan senantiasa menziarahi makam datuknya, Rasulullah Saw. Sayyidah Nafisah terkenal zuhud, berpuasa di siang hari dan bangun di malam hari untuk bertahajud dan beribadah kepada Allah SWT. Sayyidah Nafisah mulai umur enam tahun selalu menunaikan salat fardu dengan teratur bersama kedua orang tuanya di Masjid Nabawi. Sayyidah Nafisah menikah dengan putra pamannya, Ishaq al-Mu'tamin. Pernikahan itu berlangsung pada tanggal 5 Rajab 161 H. Umur Sayyidah Nafisah ketika itu 16 tahun. Ia dikaruniai seorang putra bernama al-Qasim dan seorang putri bernama Ummu Kultsum. Sayyidah Nafisah menunaikan ibadah haji sebanyak tiga puluh kali, sebagian besar ia lakukan dengan berjalan kaki. Hal tersebut dilakukan karena meneladani datuknya, Imam Husain yang pernah mengatakan, "Sesungguhnya aku malu kepada Tuhanku jika aku menjumpai-Nya di rumah-Nya dengan tidak berjalan kaki." Riwayat-riwayat tentang Sayyidah Nafisah kebanyakan dinisbahkan kepada putri saudaranya, Zainab binti Yahya al-Mutawwaj, yang selalu menyertai dan menemaninya sepanjang hidupnya, serta tidak mau menikah karena ingin selalu melayani dan menyenangkannya. Zainab binti Yahya, saat berbicara tentang Sayyidah Nafisah, mengatakan, "Bibiku hafal Al Qur'an dan menafsirkannya, ia membaca Al Qur'an dengan menangis sambil berdo’a, 'Tuhanku, Mudahkanlah untukku berziarah ke tempat Nabi lbrahim as." Sayyidah Nafisah tahu bahwa Nabi Ibrahim adalah datuk para nabi, jadi datuk dari ayahnya juga, Muhammad Saw. Dan Rasulullah Saw mengatakan, "Akulah yang dimaksud dalam do’a Ibrahim as ketika berdo’a, “Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang rasul di antara mereka yang akan membacakan ayat-ayat Mu kepada mereka dan akan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka serta akan membersihkan mereka; sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Baqarah: 129) 
Hijrah ke Mesir
  Ketika Sayyidah Nafisah menziarahi makam Nabi Ibrahim as, ia ingin menangis. Lalu ia duduk dengan khusyuk membaca Al-Qur'an surat Ibrahim: 35-37. Hari Penyambutan di Kota al-Arisy Ketika Sayyidah Nafisah datang ke Mesir, usianya 48 tahun. Ia tiba pada hari Sabtu, 26 Ramadan 193 H. Sewaktu orang-orang Mesir mengetahui kabar kedatangannya, mereka pun berangkat untuk menyambutnya di kota al-Arisy, lalu bersama-sama dengannya memasuki Mesir. Sayyidah Nafisah ditampung oleh seorang pedagang besar Mesir yang bernama Jamaluddin 'Abdullah al Jashshash, di rumah ini Sayyidah Nafisah tinggal selama beberapa bulan. Penduduk Mesir dari berbagai pelosok negeri berdatangan ke tempatnya untuk mengunjungi dan mengambil berkah darinya. Nafisah khawatir, hal itu akan menyulitkan pemilik rumah. la pun meminta izin untuk pindah ke rumah yang lain. la kemudian memilih sebuah rumah yang khusus untuknya di sebuah kampung di belakang Mesjid Syajarah ad-Durr di jalan al-Khalifah. Kampung itu sekarang dikenal dengan nama al-Hasaniyyah. Penduduk Mesir yang telah mengetahui rumah baru yang ditempati oleh Sayyidah Nafisah, segera mendatanginya. Nafisah merasa dengan banyaknya orang yang mengunjunginya, benar-benar menyulitkannya untuk beribadah. Ia berpikir untuk meninggalkan Mesir dan kembali ke Madinah. Orang-orang mengetahui rencana Nafisah untuk meninggalkan Mesir. Mereka segera kepenguasa Mesir, as-Sirri bin al-Hakam, dan memintanya agar meminta Sayyidah Nafisah untuk tetap tinggal di Mesir. As-Sirri bin al-Hakam kemudian mendatangi Sayyidah Nafisah. Kepada as-Sirri, Sayyidah Nafisah berkata, Dulu, saya memang ingin tinggal di tempat kalian, tetapi aku ini seorang wanita yang lemah. Orang-orang yang mengunjungiku sangat banyak, sehingga menyulitkanku untuk melaksanakan wirid dan mengumpulkan bekal untuk akhiratku. Lagi pula, rumah ini sempit untuk orang sebanyak itu. Selain itu, aku sangat rindu untuk pergi ke raudhah datukku, Rasulullah Saw." Maka as-Sirri menanggapinya, "Wahai putri Rasulullah, aku jamin bahwa apa yang engkau keluhkan ini akan dihilangkan. Sedangkan mengenai masalah sempitnya rumah ini, maka aku memiliki sebuah rumah yang luas di Darb as-Siba' Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku memberikan itu kepadamu. Aku harap engkau mau menerimanya dan tidak membuatku malu dengan menolaknya." Setelah lama terdiam, Sayyidah Nafisah berkata, 'Ya, saya menerimanya." Kemudian ia Mengatakan, Wahai Sirri, apa yang dapat aku perbuat terhadap jumlah orang yang banyak dan rombongan yang terus berdatangan? “Engkau dapat membuat kesepakatan dengan mereka bahwa waktu untuk pengunjung adalah dua hari dalam seminggu. Sedangkan hari-hari lain dapat engkau pergunakan untuk ibadahmu, jadikanlah hari Rabu dan Sabtu untuk mereka," kata as-Sirri lagi. Sayyidah Nafisah menerima tawaran itu. Ia pun pindah ke rumah yang telah diberikan untuknya dan mengkhususkan waktu untuk kunjungan pada hari Rabu dan Sabtu setiap minggu. 
Seorang Guru bagi para ulama Sufi, Fuqoha dan Muhadistin.
Perjumpaan Imam Syafi’i Ra dengan Sayyidah Nafisah Di rumah ini, Sayyidah Nafisah dikunjungi oleh banyak fuqaha, tokoh-tokoh tasawuf, dan orang-orang saleh. Di antara mereka adalah Imam Syafi’i, Imam 'Utsman bin Sa’id al-Mishri, Dzun Nun al-Mishri, Al Mishri as-Samarqandi, Imam Abubakar al-Adfawi dan banyak ulama lain. Imam Syafi’i datang ke Mesir pada tahun 198 H, lima tahun setelah kedatangan Sayyidah Nafisah. Imam syafi’i tinggal di Mesir lebih dari empat tahun. Di sana ia mengarang kitab-kitabnya. Namanya menjadi terkenal karena orang-orang menerima dan mencintainya, dan tersebarlah mazhabnya di tengah-tengah mereka. Di Mesir ia menyusun pendapat mazhabnya yang baru (qaul jadid), yang disusunnya karena adanya perubahan kondisi dan kebiasaan. Hal itu dimuat dalam kitabnya al-Umm. Ketika Imam Syafi’i datang ke Mesir, ia telah menjalin hubungan dengan Sayyidah Nafisah. Hubungan keduanya diikat oleh keinginan untuk berkhidmat kepada akidah Islam. Imam Syafi’i biasa mengunjungi Sayyidah Nafisah bersama beberapa orang muridnya ketika berangkat menuju halaqah-halaqah pelajarannya di sebuah masjid di Fusthath, yaitu Mesjid 'Amr bin al-'Ash. Imam Syafi’i biasa melakukan salat Tarawih dengan Sayyidah Nafisah di mesjid Sayyidah Nafisah. Walaupun Imam Syafi'i memiliki kedudukan yang agung, tetapi jika ia pergi ke tempat Sayyidah Nafisah, ia meminta do’a kepada Nafisah dan mengharap berkahnya. Imam Syafi'i juga mendengarkan hadist darinya. Bila sakit, Imam Syafi’i mengutus muridnya sebagai penggantinya. Utusan itu menyampaikan salam Imam Syafi'i dan berkata kepada Sayyidah Nafisah, "Sesungguhnya putra pamanmu, Syafi'i, sedang sakit dan meminta doa kepadamu." Sayyidah Nafisah lalu mengangkat tangannya ke langit dan mendoakan kesembuhan untuknya. Maka ketika utusan itu kembali, Imam Syafi’i telah sembuh. Suatu hari, Imam Syafi’i menderita sakit. Seperti biasanya, ia mengirim utusan untuk memintakan doa dari Sayyidah Nafisah baginya. Tetapi kali ini Sayidah Nafisah berkata kepada utusan itu, "Allah membaguskan perjumpaan-Nya dengannya dan memberinya nikmat dapat memandang wajah-Nya yang mulia." Ketika utusan itu kembali dan mengabarkan apa yang dikatakan Sayyidah Nafisah, Imam Syafi’i tahu bahwa saat perjumpaan dengan Tuhannya telah dekat. Imam Syafi’i berwasiat agar Sayyidah Nafisah mau menyalatkan jenazahnya bila ia wafat. Ketika Imam Syafi’i wafat pada akhir Rajab tahun 204 H, Sayyidah Nafisah melaksanakan wasiatnya. Jenazah Imam Syafi’i dibawa dari rumahnya di kota Fusthath ke rumah Sayyidah Nafisah, dan di situ ia menyalatkannya. Yang menjadi Imam adalah Abu Ya'qub al Buwaithi, salah seorang sahabat Imam Syafi’i. 
Kepergian Seorang Waliyah
Sayyidah Nafisah terkenal sebagai seorang yang zuhud, dan suka beribadah sepanjang hayatnya. Zainab, kemenakan Sayyidah Nafisah, pernah ditanya, "Bagaimana kekuatan bibimu?" Ia menjawab, Ia makan sekali dalam tiga hari. Ia memiliki keranjang yang digantungkan di depan musalanya. Setiap kali ia meminta sesuatu untuk dimakannya, ia dapatkan di keranjang itu. Ia tidak mau mengambil sesuatu selain milik suaminya dan apa yang dikaruniakan Tuhan kepadanya." Salah seorang penguasa pernah memberikan seratus ribu dirham kepadanya dengan mengatakan, "Ambillah harta ini sebagai tanda syukur saya kepada Allah karena saya telah bertobat". Nafisah mengambil uang itu kemudian membagi-bagikannya kepada fakir miskin, orang jompo dan orang yang membutuhkannya sampai habis. Menggali Kuburnya dengan tangannya sendiri Ketika Sayyidah Nafisah merasa ajalnya telah dekat, ia mulai menggali kuburnya sendiri. Kubur itu berada di dalam rumahnya. Ia turun ke dalamnya untuk memperbanyak ibadah dan mengingat akhirat. Al-Allamah al-Ajhuri mengatakan, Nafisah mengkhatamkan Al-Qur'an di dalam kubur yang telah digalinya sebanyak enam ribu kali dan menghadiahkan pahalanya untuk kaum Muslimin yang telah wafat. Ketika sakit, ia menulis surat kepada suaminya, Ishaq al Mu'tamin, yang sedang berada di Madinah dan memintanya datang. Suaminya pun datang bersama kedua anak mereka, al-Qasim dan Ummu Kultsum. Pada pertengahan pertama bulan Ramadan 208 H, sakitnya bertambah parah, sedangkan ia dalam keadaan berpuasa. Orang-orang menyarankannya untuk berbuka demi menjaga kekuatan dan mengatasi sakit yang dideritanya. Ia pun menjawab, "Sungguh aneh! Selama tiga puluh tahun aku meminta kepada Allah agar Ia mewafatkan aku dalam keadaan berpuasa. Maka bagaimana mungkin aku berbuka sekarang? Aku berlindung kepada Allah. Hal itu tidak boleh terjadi selamanya". Kemudian ia membaca surah al-An'am. Ketika sampai pada ayat, "Untuk mereka itu kampung keselamatan (surga) di sisi Tuhan mereka. Dia penolong mereka berkat amalan yang mereka perbuat," (QS. al-An'am: 127) Nafisah lalu mengucapkan kalimat syahadat, dan naiklah rohnya keharibaan Tuhannya Yang Maha Tinggi, berjumpa dengan para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Sebelumnya Nafisah berwasiat kepada suaminya untuk memindahkan jasadnya yang suci dalam peti ke Madinah untuk dimakamkan di sana bersama keluarganya di Baqi'. Namun, penduduk Mesir menentangnya dan menginginkan agar ia dimakamkan di kubur yang telah digalinya dengan tangannya sendiri. Penduduk Mesir mengumpulkan harta yang banyak, lalu menyerahkannya kepada suami Sayyidah Nafisah seraya meminta agar jenazahnya tetap berada di Mesir. Namun suaminya enggan menerima permintaan itu. Malam itu pun mereka lewati dalam keadaan menderita, padahal mereka orang-orang terkemuka. Mereka tinggalkan harta mereka di tempat Sayyidah Nafisah. Ketika pagi, mereka mendatanginya lagi. Akhirnya suami Sayyidah Nafisah memenuhi pemintaan mereka untuk memakamkan istrinya di tempat mereka, namun ia mengembalikan harta mereka. Mereka bertanya kepadanya tentang hal itu. Ia menjawab, "Aku melihat Rasulullah Saw dalam mimpi. Beliau berkata kepadaku, Wahai Ishaq, kembalikan kepada mereka harta mereka dan makamkanlah ia di tempat mereka." 

Keramat Sayidah Nafisah 
Keramat Sayyidah Nafisah Keramat-keramat yang dinisbahkan kepada Sayyidah Nafisah baik waktu hidup atau sesudah wafatnya sangat banyak. Di antara keramatnya yang terjadi ketika masih hidup, adalah yang berhubungan dengan kesembuhan seorang gadis Yahudi dari penyakit lumpuh. Diceritakan bahwa ketika Sayyidah Nafisah datang ke Mesir, ia tinggal bertetangga, dengan satu keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak gadis yang lumpuh. Pada suatu hari, ibu si gadis ingin pergi untuk suatu keperluan. Maka ia tinggalkan anaknya di tempat Sayyidah Nafisah. Ia meletakkan anaknya pada salah satu tiang dari rumah Sayyidah Nafisah. Ketika Sayyidah Nafisah berwudlu, air wudlunya jatuh ke tempat gadis Yahudi yang lumpuh itu. Tiba-tiba Allah memberikan ilham kepada gadis Yahudi itu agar mengambil air wudlu tersebut sedikit dengan tangannya dan membasuh kedua kakinya dengan air itu. Maka dengan izin Allah, anak itu dapat berdiri dan lumpuhnya hilang. Saat itu terjadi, Sayyidah Nafisah sudah sibuk dengan salatnya. Ketika anak itu tahu ibunya telah kembali dari pasar, ia pun mendatanginya dengan berlari dan mengisahkan apa yang telah terjadi. Maka menangislah si ibu karena sangat gembiranya, lalu berkata, "Tidak ragu lagi, agama Sayyidah Nafisah yang mulia itu sungguh-sungguh agama yang benar!" Kemudian ia masuk ke tempat Sayyidah Nafisah untuk menciumnya. Lalu ia mengucapkan kalimat syahadat dengan ikhlas karena Allah. Kemudian datang ayah si gadis yang bernama Ayub Abu as-Saraya, yang merupakan seorang tokoh Yahudi. Ketika ia melihat anak gadisnya telah sembuh, dan mengetahui sebab sembuhnya maka ia mengangkat tangannya ke langit dan berkata, "Maha Suci Engkau yang memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki dan menyesatkan orang yang Engkau kehendaki. Demi Allah, inilah agama yang benar". Kemudian ia menuju rumah Sayyidah Nafisah dan meminta izin untuk masuk. Sayyidah Nafisah mengizinkanya. Ayah si gadis itu berbicara, kepadanya dari balik tirai. Ia berterima kasih kepada Sayyidah Nafisah dan menyatakan masuk Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat. Kisah itu kemudian menjadi sebab masuk Islamnya sekelompok Yahudi yang lain yang tinggal bertetangga dengannya. Diriwayatkan oleh al-Azhari dalam kitab al-Kawakib as-Sayyarah: Ada seorang wanita tua yang memiliki empat anak gadis. Mereka dari minggu ke minggu makan dari hasil tenunan wanita itu. Sepanjang waktu ia membawa tenunan yang dihasilkannya ke pasar untuk dijualnya; setengah hasilnya digunakannya membeli bahan untuk ditenun sedangkan setengah sisanya digunakan untuk biaya makan minum mereka. Suatu ketika, wanita itu membawa tenunannya yang ditutupi kain yang sudah lusuh berwarna merah ke pasar sebagaimana biasanya. Tiba-tiba seekor burung merusaknya dan menyambar kain itu beserta isinya yang merupakan hasil usahanya selama seminggu. Menyadari musibah yang menimpanya, wanita itu pun jatuh pingsan. Ketika sadar, ia duduk sambil menangis. Ia berpikir bagaimana akan memberi makan anak-anak yatimnya. Orang-orang kemudian memberikan petunjuk kepadanya agar menemui Sayyidah Nafisah. Ia pun pergi ke tempat Sayyidah Nafisah dan menceritakan kejadian yang menimpa dirinya seraya meminta doa kepadanya. Sayyidah Nafisah lalu berdoa, "Wahai Allah, wahai Yang Maha Tinggi dan Maha Memiliki, gantikanlah untuk hamba-Mu ini apa yang telah rusak. Karena, mereka adalah makhluk-Mu dan tanggungan-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu." Kemudian ia berkata kepada wanita tua itu, "Duduklah, sesungguhnva Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu." Maka duduklah wanita itu menantikan kelapangan atas musibahnya, sementara hatinya terus menangisi anak-anaknya yang masih kecil. Tidak berapa lama kemudian, datanglah sekelompok orang menemui Sayyidah Nafisah. Kemudian mereka berkata kepadanya, "Kami mengalami kejadian yang aneh." Berceritalah mereka kepadanya tentang apa yang mereka alami. Mereka sedang mengadakan perjalanan di laut ketika tiba-tiba terjadi kebocoran dan perahu itu nyaris tenggelam. Tiba-tiba datang seekor burung yang menempelkan kain merah berisi tenunan di lobang itu sehingga lobang tersebut tersumbat dengan izin Allah. Sebagai tanda syukur kepada Allah, mereka memberikan lima ratus dinar kepada Sayyidah Nafisah. Maka menangislah Sayyidah Nafisah, seraya mengatakan, Tuhanku, Penolongku, alangkah kasih dan sayangnya Engkau kepada hamba-hamba-Mu!" Sayyidah Nafisah segera mendatangi wanita tua tadi dan bertanya kepadanya berapa ia menjual tenunannya. "Dua puluh dirham," jawabnya. Sayyidah Nafisah memberinya lima ratus dinar. Wanita itu mengambil uang tersebut, lalu pulang ke rumahnya. Kepada putri-putrinya, ia menceritakan kejadian yang ia alami. Mereka semua datang menemui Sayyidah Nafisah serta mengambil berkah darinya seraya menawarkan diri untuk menjadi pelayannya. Keramat-keramatnya Setelah Wafat Kerarnat-keramat Sayyidah Nafisah setelah wafat juga banyak. Di antaranya, pada tahun 638 H, beberapa pencuri menyelinap ke mesjidnya dan mencuri enam belas lampu dari perak. Salah seorang pencuri itu dapat diketahui, lalu dihukum dengan diikat pada pohon. Hukuman itu dilaksanakan di depan mesjid agar menjadi pelajaran bagi yang lain. Pada tahun 1940, seseorang yang tinggal di daerah itu bersembunyi di mesjid itu pada malam hari. Ia mencuri syal dari Kasymir yang ada di makam itu. Namun, ia tidak menemukan jalan keluar dari mesjid itu dan tetap terkurung di sana sampai pelayan mesjid datang di waktu subuh dan menangkapnya. Allahu Akbar. Allahu Akbar.

http://nurulmusthofa.org/new/index.php?option=com_content&task=view&id=32&Itemid=7
Read More

Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Tanggul-Jember)

19.30.00 0
Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Tanggul-Jember)
 

  Setiap tahunnya pada tanggal 10 Syawal , manusia tumpah ruah di sepanjang jalan menuju Masjid Riyadus Shalihin, Tanggul, Jember. Mereka berdatangan dari berbagai penjuru tanah air serta ada pula yang datang dari luar negeri untuk memperingati haul Al Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid, yang lebih akrab dengan sebutan Al Habib Sholeh Tanggul.
  Beliau lahir di Korbah Ba Karman, Wadi ‘Amd, sebuah desa di Hadramaut, pada tahun 1313 H. ayah beliau, Al Habib Muhsin bin Ahmad Al-Hamid terkenal dengan sebutan Al-Bakry Al-Hamid, seorang yang sholeh dan ulama yang sangat dicintai dan dihormati masyarakat manapun beliau berada. Ibundanya adalah seorang wanita Sholehah bernama ‘Aisyah, dari keluarga Al-Abud Ba Umar dari Masyaikh Al-‘Amudi. Beliau mulai mempelajari Al-Qur’an dari seorang guru yang bernama Asy-Syeikh Said Ba Mudhij, di Wadi ‘Amd, yang dikenal sebagai seorang yang sholeh yang tiada henti-hentinya berdzikir kepada Allah. Sedangkan ilmu fiqih dan tasawuf beliau pelajari dari ayah beliau sendiri Al-Habib Muhsin bin Ahmad Al-Hamid.
  Pada usia 26 tahun, bertepatan pada keenam tahun 1921 M, Al-Habib Sholeh meninggalkan Hadramaut dan hijrah menuju Indonesia, beliau ditemani oleh Syeikh Fadli Sholeh Salim bin Ahmad Al-Asykariy. Sesampainya di Indonesia beliau singgah beberapa hari di Jakarta. Mendengar kedatangan Al-Habib Sholeh, sepupu beliau Al-Habib Muhsin bin Abdullah Al-Hamid, meminta Al-Habib Sholeh untuk singgah di kediamannya di kota Lumajang. Lalu Al-Habib Sholeh pun tinggal sementara di Lumajang. Setelah menetap beberapa waktu, kemudian beliau pindah ke Tanggul, Jember. Dan akhirnya beliau menetap di tanggul, hingga akhir hayat beliau.
  Suatu ketika, datanglah ilham rabbaniyah kepada beliau untuk melakukan uzlah. Untuk mengasingkan diri dari gemerlap duniawi dan godaannya, menghadap dan bertawajjuh kepada kebesaran sang pencipta. Dalam khalwatnya, beliau senantiasa mengisi waktu-waktunya dengan membaca Al-Qur’an, bershalawat dan berdzikir mengagungkan asma Allah. Dan hal itu berlangsung selama lebih dari 3 tahun. Hingga pada suatu saat dalam khalwatnya, beliau didatangi oleh guru beliau, Al-Imam Al-Qutub Al-Habib abubakar bin Muhammad Assegaf, dalam cahaya yang bersinar terang. Selanjutnya Al-Habib Abubakar mengajak beliau keluar dari khalwatnya, lalu memerintahkan Al-Habib Sholeh untuk datang ke kediamannya di kota Gresik. Sesampainya di rumah Al-Habib Abubakar, Al-Habib Sholeh diminta untuk mandi di jabiyah (kolam mandi khusus di kediaman Al-Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf, Gresik). Kemudian Al-Habib Abubakar memberinya mandat dan ijazah dengan memakai jubah, imamah dan sorban.
  Al-Habib Sholeh berdakwah kepada masyarakat sekitar dengan tak kenal lelah, beliau mengajak umat untuk selalu shalat berjama’ah dan tidak meninggalkannya. Antara magrib dan Isya beliau isi dengan membaca Al-Qur’an dan wirid-wirid. Selepas shalat ashar, beliau membaca kitab Nashaih Dinniyah, karya Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, yang beliau uraikan dengan bahasa Madura sebagai bahasa masyarakat setempat. Tujuannya agar masyarakat faham dengan apa yang beliau disampaikan. Berbagai aktivitas dakwahnya, antara lain beliau lakukan dengan mengadakan berbagai pengajian. Beliau dikenal karena akhlaknya yang begitu mulia, beliau tidak pernah menyakiti hati orang lain, bahkan beliau berusaha menyenangkan hati mereka, sampai-sampai beliau tidak pernah menolak permintaan orang. Seolah apa pun yang beliau miliki ingin beliau berikan kepada setiap orang yang membutuhkan. Beliau selalau melapangkan hati orang-orang yang sedang dalam kesusahan dan menyelesaikan masalah-masalah bagi orang yang mempunyai masalah. Keihklasan hati, akhlak serta keluhuran budi pekertinya membuat beliau sangat dicintai dan dihormati oleh masyarakat. Semua orang yang berada di dekatnya akan merasa nyaman. Bahkan setiap orang yang mengenal beliau akan merasa bahwa dialah orang yang akrab dengan sang habib ini. Ini karena perhatian beliau yang begitu besar terhadap semua orang yang ditemuinya. Beliau seorang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap faqir miskin, para janda dan anak yatim.
  Rumah beliau tidak pernah sepi dari para tetamu yang datang, beliau sering mendapat kunjungan dari berbagai tokoh ulama, bahkan para pejabat tinggi Negara sekalipun. Mereka datang untuk bersilahturahmi sampai membahas berbagai permasalahan kehidupan. Al-Habib Sholeh melayani para tetamunya dengan penuh suka cita, siapa pun yang bertamu akan dijamu sebaik mungkin. Beliau menimba sendiri air sumur untuk keperluan mandi dan wudhu para tamunya. Al-habib Sholeh begitu hormat kapada tamunya, bahkan sebelum tamunya menikmati hidangan yang telah disediakan, beliau tak akan menyentuh hidangan itu. Beliau baru makan setelah hidangan itu disantap oleh para tamunya. Sebagaimana Sabda Rasul : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tamunya”. Beliau selalu menasehatkan kepada para tamunya akan tiga hal, pertama, pentingnya menjalankan halat 5 waktu dan ancaman bagi siapa yang meninggalkannya,kedua, besarnya kedudukan orangtua dan kewajiban berbakti kepada keduanya, serta ancaman bagi siapa yang mendurhakainya, ketiga, pentingnya menjaga hubungan silahturahmi, beliau menegaskan bahwa orang yang menjaga hubungan silahturahmi dengan baik, maka Allah akan memanjangkan usianya, mempermudah urusannya dan memperbanyak rizqinya.
  Al-Habib Sholeh dikenal do’anya selalu dikabulkan. Pernah pada suatu ketika saat beliau berkunjung ke Jakarta, kala itu beliau sedang berjalan bersama Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, kwitang, saat melintasi sebuah lapangan beliau melihat banyak sekali orang berkumpul untuk melakukan shalat istisqa (shalat sunnah untuk memohon kepada Allah,agar diturunkan hujan), lantaran pada saat itu Jakarta sedang dilanda kemarau panjang . Lalu Al-Habib Sholeh berkata kepada salah seorang mereka,”serahkan saja kepada ku, biarkanlah aku yang akan memohonkan kepada Allah agar diturunkan hujan bagi kalian”. tak lama kemudian setelah Al-Habib Sholeh menengadahkan tangan kelangit, seraya membaca do’a memohon kepada Allah meminta hujan, maka tidak berselang lama, hujan pun turun begitu derasnya. Banyak yang meyakini, bahwa beliau merupakan seorang wali yang dekat Nabi Khidir as, Al-Habib Sholeh tercatat sebagai peletak batu pertama pembangunan Rumah Sakit Islam di Surabaya. Bahkan beliau juga diangkat sebagai kepala penasihat di rumah sakit tersebut. Beliau juga pernah menjabat sebagai ketua takmir Masjid Jami’ di kota Jember. Konon pembangunan masjid jami’ tersebut dapat diselesaikan dalam waktu singkat berkat do’a dan keikutsertaan beliau dalam peletakan batu pertama.
  Pada suatu ketika seorang pecinta beliau bernama haji Abdurrasyid mewakafkan tanahnya. Selanjutnya di atas tanah wakaf ini dibangun sebuah masjid yang di beri nama Riyadhus Shalihin. Di masjid inilah yang menjadi pusat semua kegiatan dakwah beliau lakukan. Dan sepeninggal Al-Habib Sholeh kegiatan tersebut tetap dilanjutkan oleh keturunan beliau sampai saat ini.
  Menjelang kewafatannya beliau sering mengatakan kepada keluarganya,” saya minta maaf, sebentar lagi saya akan pergi jauh. Yang rukun semuanya ya, kalau saya pergi jangan sampai ada permusuhan diantara kalian”. Waliyullah yang selalu do’anya dikabul itu wafat pada hari ahad 9 Syawal 1396 H, bertepatan dengan tahun 1976 M dalam usia 83 tahun. Beliau meninggalkan 6 putra-putri, yaitu : Habib Abdullah , Habib Muhammad , Syarifah Nur, Syarifah Fatimah, Habib Ali, Syarifah Khadijah. Ribuan manusia berbondong-bondong bertakziyah di kediaman beliau untuk memberikan penghormatan terakhir, jalan, lorong dan gang disekitar kediaman beliau penuh sesak oleh manusia yang datang. Shalat jenazah pun dilakukan secara bergiliran sebanyak tiga kali, karena tempat yang tersedia tidak mampu membendung luapan manusia yang datang. Jasad beliau dimakamkan disamping Masjid Riyadhus Shalihin, Tanggul, Jember, Jawa Timur.
  Dalam surat takziyahnya seorang auliya panutan bani alawi saat ini, yang juga merupakan sahabat Al-Habib Sholeh Tanggul, Al-Imam Al-Habib Abdul Qadir bib Ahmad Assegaf (Jeddah-Saudi Arabia)” Al-Habib Sholeh telah meninggalkan kita, disaaat kita membutuhkan do’a, bimbingan dan perhatiannya, namun Allah telah berkehendak lain, Allah telah memilihkan beliau kenikmatan abadi di sisi-Nya bersama penghulu seluruh umat manusia, Rasulullah SAW”.  
  
http://nurulmusthofa.org/new/index.php?option=com_content&task=view&id=50&Itemid=4

Read More

Minggu, 12 Oktober 2008

Laporan Perjalanan Dakwah Majelis Rasulullah ke Wilayah Manokwari Papua, Irian Barat

18.27.00 0
Kontributor: Munzir Almusawa  
Sunday, 12 October 2008 
Laporan Perjalanan Dakwah Majelis Rasulullah ke Wilayah 
Manokwari Papua, Irian Barat



Selasa 7 Oktober 2008, Kami, tiga personil, Munzir almusawa, Sdr Saeful Zahri, dan Sdr Hamidi Sanusi. Selasa, 22.45 WIB kami meninggalkan Bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Ujung Pandang untuk pindah pesawat, kami tiba di Ujung pandang pk 23.45 WITA (00.45 WIB), lalu meneruskan perjalanan menuju Manokwari Irian Barat,

Pagi Rabu 8 oktober 2008, kami tiba di Manokwari pk 7.45 WIT (5.45 wib). Pelukan hangat dan haru dari KH Ahmad Baihaqy membuat saya bertanya tanya, beliau mendahului saya ke Manokwari ini hanya sekitar dua minggu, namun beliau memeluk saya seakan akan sudah bertahun tahun tak jumpa, firasat saya mengatakan bahwa beliau menemui medan dakwah yang sangat berat, dan memang ternyata firasat saya benar, ketika kami keluar dari Bandara kami melihat dari beberapa mobil yang diparkir (bandara disana sangat sepi), saya melihat ada dua buah mobil Land cruiser hijau dan merah yang menyolok dari mobil lainnya, kekar dan gagah dilengkapi lampu kabut dan lampu biru sirene diatasnya, dan memang mobil itulah yang kemudian mengantar kami ke medan dakwah yang sangat berat.

Harga penyewaan mobil itu 4 juta rupiah per hari, maka dua mobil itu digunakan dua hari total 18 juta rupiah, dan memang tak ada mobil yang bisa melintas kewilayah wilayah itu kecuali mobil mobil tertentu karena medan yang demikian berat, dan memang mobil sangat sedikit pula, dan jarang yang mau menyewakan untuk jarak jauh kecuali dengan harga yang mahal.

Kami dijamu makan pagi dirumah salah seorang tokoh muslim di Manokwari, lalu kami melanjutkan perjalanan ke wilayah Ransiki, yaitu kampung halaman puluhan santri KH Ahmad Baihaqi yang baru saja beliau asuh di kediaman beliau Jakarta selama dua tahun berselang.

Jalan yang beraspal namun sangat sempit itu sangat jarang dilalui mobil, barangkali dalam 10-15 menit kita baru menemui motor atau mobil lain yang melintas, sepanjang jalan saya lebih banyak menangis daripada bicara, walau diselingi canda dan percakapan, namun airmata ini terus tak tertahan, hati bagaikan teriris iris melihat banyaknya gereja, besarnya lambang salib, dan papan papan pengumuman besar yang bertuliskan : "MANOKWARI KOTA INJIL", dan tak ada iklan lain yang terpampang dihampir setiap tikungan jalan diperjalanan itu selain kalimat itu.., kalimat yang sangat menyesakkan hati..

Saya terus berharap dan berharap jika melihat ada beberapa rumah (disana yang disebut perkampungan adalah beberapa rumah saja), saya sangat berharap melihat masjid, dan ternyata setiap ada bangunan besar mestilah Gereja, walau ada beberapa masjid saja namun sungguh sangat terkucil dan sedikit,

Ditengah tengah hutan atau kampung yang kita lewati jika tampak ada orang maka saya berharap harap dengan mata yang sibuk mencari cari ingin melihat seorang muslim, dengan pakaian peci putih atau peci hitam, atau wanita berjilbab, namun sepanjang jalan sekitar 3 jam perjalanan tak saya temukan pemandangan itu..

Saya terus membatin dan merintih.. Bumi ini milik Allah.. kenapa yang makmur adalah rumah rumah penyembahan pada selain Allah..?, bukankah Indonesia adalah negeri muslimin terbesar di dunia..?, lalu kemana muslimin di pulau terbesar ini..?

Kupandangi wajah wajah mereka yang kita lewati, dan hati terus berdoa : Wahai Allah, jadikan orang ini muslim.., jadikan ia mengenal sujud.., jadikan ia ummat nabi Mu.., wahai Allah jangan matikan ia dalam agama ini.. doa ini tak habis habisnya terbersit dihati.., jika melihat anak anak yang bermain gembira di sekitar sekolah gereja maka aku menangis lagi, Rabbiy anak anak ini.. wahai tuhanku anak anak ini.., jangan kau jadikan mereka pastor pastor yang memerangi muslimin kelak.. hingga akan murtad ditangan mereka banyak muslimin.. Wahai Tuhanku.. jangan..

Ingin rasanya saya turun dari mobil dan bersujud dan menangis sekeras kerasnya dalam sujud.., Tidak saya melihat ada Baliho besar atau papan pengumuman kecuali bertuliskan "MANOKWARI KOTA INJIL..", kiri kanan gereja dan gereja.. Ingin rasanya aku buta agar tak pernah melihat pemandangan yg mengiris hati seperti ini..,

Setelah hampir tiga jam perjalanan dan sudah mendekati wilayah Ransiki, maka tiba tiba muncul pemandangan yang mengharukan.., beberapa pemuda dengan motor dan bendera bendera tampak parkir.. bendera apakah gerangan..?, sudut mata saya yang sedari tadi mencari muslim ke segenap penjuru dan selalu tak menemukan apa apa hanya memandang dengan setengah hati pada pemuda pemuda bermotor dengan bendera itu,

Ketika kami semakin dekat maka bendera semakin jelas…. SUBHANALLAH..!!, ternyata Bendera Majelis Rasulullah saw…!, beberapa pemuda dari penduduk asli diantaranya berjaket Majelis Rasulullah saw menyambut kedatangan kami.., Subhanallah…, Saya tertegun tidak bisa turun dari mobil.., saya hampir tak percaya dengan yang saya lihat.. apakah saya mimpi..??, saya hanya diam di mobil dan menyambut uluran tangan mereka dengan haru.., peci peci putih..!, muslimin..!, bendera Majelis Rasulullah.., Jaket Majelis Rasulullah..!, di wilayah terpencil ini..??, beribu puji untuk Mu wahai Rabbiy..

Tak lama kemudian puluhan motor lainnya dengan bendera Majelis Rasulullah saw pun ikut menyambut kami, diikuti sebuah mobil bak terbuka yang dipenuhi santri KH Ahmad Baihaqi yang memang sedang mudik di kampung halaman mereka ini, dengan baju baju gamis putih, peci putih, dan rebana Thola'al Badru alaina..

KH Ahmad Baihaqi adalah seorang pemuda yang aktif dalam perluasan dakwah dibanyak wilayah, beliau adalah Murid Almarhum Gus Maksum ALjauhari, rumah beliau adalah di wilayah Manggarai Jakarta selatan, beliau seorang yang sangat gigih dalam perjuangan dakwah, dengan kehidupan yang sangat sederhana, dan semangat juang yang tinggi beliau terus menembus wilayah wilayah Irian Barat untuk menyebarkan dakwah, khususnya pada pemuda pemudi, dan beliau bersedia pula menjadikan rumahnya di Manggarai sebagai tempat mukim para santri tersebut, luar biasa, bukan hal yang mudah memandu, mendidik, dan membimbing 30 santri dari Irian Barat, mengajari mereka mengaji, shalat, ceramah, maulid, qasidah, dan mereka belajar tanpa dibebani biaya apa apa, KH Ahmad Baihaqi berjuang untuk menafkahi santri santri itu, dan fihak Majelis Rasulullah saw sering turut membantu dan tak ada artinya dibanding perjuangan beliau,

Kenapa beliau mengajarkan pula maulid, qasidah dan rebana..?, karena untuk berdakwah di wilayah mereka kelak akan sangat cepat menarik masyarakat jika dengan alat musik rebana, karena hal itu juga menjadi hiburan yang dengan itu bisa merangkul banyak masyarakat di setiap wilayah,

Beliau sering kunjung ke Manokwari untuk berdakwah, dan beliau aktif pula sebagai kordinator Majelis Rasulullah saw di Pusat, juga sebagai pimpinan cabang Manggarai dan Manokwari Irian Barat, jiwa saya seakan menyatu dengan beliau dengan semangat yang satu pula, pembenahan ummat, dan menjadikan Rasul saw sebagai idola dan panutan, dan berjalan dengan manhaj Guru Mulia Alhafidh Almusnid Alhabib Umar bin Hafidh,

Dua tahun yang silam saya berkunjung ke Manokwari bersama beliau dan mengunjungi beberapa tokoh ulama, diantaranya adalah Gus Jumhari, Almarhum Gus Ali (abah ali), yang masing masing telah mempunyai pesantren di perkampungan Transmigran sekitar kota Manokwari, dan kemudian disetujuilah untuk membawa santri santri ke Jakarta dari anak anak penduduk asli, maka merekapun berdatangan ke Jakarta dan berdomisili di kediaman KH Ahmad Baihaqi, dan kemudian Abah ali wafat.. setelah puluhan tahun berdakwah di wilayah wilayah Irian barat, Santri santri tersebut memang sedang pulang kampung pada awal dan pertengahan ramadhan, dan berlebaran disana bersama keluarga mereka yang sebagian besar masih beragama nasrani.

Ketika rombongan kami, yaitu dua mobil Land Cruiser (karena medan yang kami tempuh tak bisa dilewati selain mobil 4 wd), tiba di Ransiki, maka seluruh masyarakat keluar menyambut, kira kira sekitar 200 orang muslimin muslimat, saya turun dari mobil tidak boleh menginjak tanah kecuali mesti menginjak piring yang terbuat dari keramik mewah, dan berusia ratusan tahun, dan ketika ditanya sudah berapa lama usianya merekapun tidak tahu, dan mereka hanya berkata piring piring itu sudah ada sebelum mereka dan ayah ayah mereka lahir, demikian adat disana memuliakan tamu agung, piring besar berdiamater 50cm itu disiapkan di bawah pintu mobil.., Subhanallah..

Kemudian piring itu dijadikan cindera mata bagi tamu agung tersebut.., sungguh sangat hangat sambutan mereka, airmata saya terus mengalir karena haru dan gembira bisa berkumpul dengan muslimin

Jamuan makan pagi pk 11.00 WIT, diteruskan acara halal bihalal, maulid dhiya'ullami dan tausiyah saya di masjid jami Ransiki diakhiri dengan shalat jamaah dhuhur, dan kesemua muslimin muslimat hadir, setelah shalat dhuhur maka kami meneruskan perjalanan ke Bintuni, Jarak tempuh Manokwari Ransiki 100km, dan Manokwar Bintuni adalah 300km.

Perjalanan diteruskan.., kami mengunjungi pula sebuah musholla di wilayah Siwi, satu satunya musholla di jarak tempuh berjam jam itu sangat dijaga dan dirawat oleh beberapa muslimin di wilayah Siwi tersebut, subhanallah… dalam puluhan perkampungan yang jaraknya sangat berjauhan dan berjam jam perjalanan itu, dan terpisah pisah dengan rimba belantara itu hanya ada satu musholla saja, dan belum ada masjid..

Sebagian para santri ada yang tidak dibolehkan lagi kembali ke Jakarta oleh muslimin di salah satu wilayah itu.. kenapa..?, karena mereka tak punya imam untuk shalat.. Dengan suara lirih dan tertunduk mereka berkata : "kami sudah masuk islam tapi kami ingin tahu caranya shalat, kami belum tahu", maka selama anak itu bersama mereka, ia menjadi imam, dan jika anak itu sakit maka tak ada shalat di wilayah itu.., dan anak itu pula mengajari tarawih, mereka tak pernah tahu shalat tarawih, dan mereka baru pertama kali pula mengadakan Takbiran di malam idul fitri.., dan jika anak itu meninggalkan mereka ke Jakarta maka tak ada lagi shalat diwilayah itu.. Subhanallah..,

Airmata saya terus mengalir.., kita di Jakarta makmur dengan para ulama, habaib, kyai dan para Da'I, ternyata ada di wilayah saudara saudara kita yang sudah belasan tahun masuk islam namun ingin shalat tapi tak ada yg mengajarinya, Wilayah kita makmur dengan masjid dan musholla dan majelis taklim, namun disini musholla ada untuk wilayah yang mesti ditempuh berjam jam naik mobil..

Setelah sekitar 1 jam dari Ransiki, kami mengunjungi sebuah perkampungan, yang di kampung itu hanya ada satu rumah muslim, namun Allah swt memberikan anugerah padanya, karena ia dan KH Ahmad Baihaqi berhasil merekrut beberapa keluarganya untuk masuk islam, dan saat kunjungan itu pula dilangsungkan pernikahan antara dua pemuda muslim dengan dua wanita yang baru masuk islam, saya mendapat kehormatan untuk menikahkannya, Sungguh sangat mengharukan.. kamipun disambut dengan tarian adat oleh mereka yang masih nasrani namun mulai mendekati keislaman,

Kami meneruskan perjalanan ke Bintuni.. Jalanan yang sangat sulit dilewati, kubangan Lumpur yang terus menghalangi mobil yang melintas sangat parah dan sulit dilalui, beberapa kali mobil land cruiser itu menggerung karena terjebak dalam kubangan Lumpur, tinggi Lumpur mencapai 50cm atau lebih, dan berkali kali mobil itu miring dan hampir terguling karena terjebak pada dalamnya Lumpur, Dua mobil kami terus terseok seok melintasi medan Lumpur sepanjang puluhan kilometer, dan konon dalam sekali melintas bisa berkali kali ganti ban karena ban mobil tercabik batu batu gunung yang tajam ditengah kubangan Lumpur.., 

Kami tiba di Bintuni pk 20.30 WIT, setelah jarak tempuh sekitar 12 jam dari Manokwari, kami diperkenankan istirahat di hotel Kabira, satu satunya hotel di kota Bintuni yang dilengkapi ac, kami beristirahat.

Kamis, 9 oktober 2008, Dinihari sebelum subuh saya terkaget dari tidur, ternyata suara gemuruh hujan deras yang seakan akan menghancurkan atap dari dahsyatnya, saya kembali tidur beberapa saat dan kemudian bangun untuk Qiyamullail, lalu termenung sambil berdzikir dan doa, sungguh perjalanan yang sangat melelahkan, namun haru dan gembira,

Ternyata mereka yang tidak tidur malam itu untuk memasang umbul umbul Majelis Rasulullah saw dan spanduk serta baliho Majelis Rasulullah, mereka mengatakan malam itu hanya hujan gerimis, tak ada hujab deras.., lalu hujan deras apa yang membuat saya bangun dari tidur semalam..?, Wallahu A'lam

Pk 8.30 WIT (6.30 wib), riuh suara arak arakan masyarakat untuk menyambut kedatangan kami sudah semakin ramai, sekaligus acara halal bihalal, tabuhan hadroh yang khas papua sangat mengharukan, ratusan muslimin sudah memenuhi halaman parkir hotel dan mereka berdiri memegang spanduk dan baliho menyambut kedatangan saya, subhanallah… subhanallah.., kami keluar menyambut mereka, maka riuh sambutan mereka dan saya berpelukan dengan para tokoh masyarakat setempat, mereka menangis haru, sebagian orang orang tua menjerit dalam tangis.. Ada apakah gerangan..?

Sambil berjalan dengan iring iringan hadroh dan arak arakan kegembiraan mereka menuju Masjid salah seorang tokoh masyarakat menjelaskan sambil memegang tangan saya, ia berkata Lirih : "Kami sedari dulu hanya dengar saja dari datuk datuk kami tentang habib, kami tak pernah jumpa dengan para habib, kami hanya dengar saja dari orang orang tua kami, dan pagi ini kami bisa berjumpa dengan yang dinamakan habib, dan inilah pertama kali seorang habib mengunjungi Bintuni setelah ratusan tahun tak pernah ada kunjungan ke wilayah ini". Kali ini saya yg menangis haru.., subhanallah.. oleh sebab itulah mereka menangis..,

Arak arakan yang semakin riuh ketika semakin dekat pada masjid, dan para jamaah hadroh adalah orang orang sepuh, acara di mulai dengan sambutan sambutan, berdirilah salah seorang tokoh dan menyampaikan sekilas sambutan, lalu berdiri tokoh lainnya, dan dari penyampaian mereka bahwa dijelaskan bahwa Islam masuk Papua sebelum Kristen, dan Islam sudah ada di Bintuni pada abad ke 16 Masehi, kemudian hilang dan tak tercatatkan sejarah, lalu tercatatkan pula di Bintuni pada abad ke 18 Masehi, dan ada beberapa wilayah yang diberi nama dengan nama dari bahasa arab, yaitu wilayah yang dipakai untuk jalan menuju Bintuni dinamakan wilayah Babo, mereka berkata bahwa yang dimaksud adalah Baabussalam, yaitu Pintu keselamatan, karena pendatang di masa lalu mesti melalui wilayah itu untuk masuk ke Bintuni.

Kemudian maulid Dhiya'ullami dilantunkan, bersama Jamaah Hadroh dari putra putra Ransiki Papua, kemudian saya menyampaikan Tausyiah dan diakhiri doa. Kami dijamu makan siang oleh para tokoh, lalu saya berkata pada mereka : "saya minta dipilihkan makanan untuk saya oleh tokoh tokoh, karena saya ingin makan makanan yang dipilihkan oleh tokoh tokoh, agar saya mendapat keberkahan dari tangan bapak bapak yang mulia, maka disendokkan pada saya "Papeda" yaitu bubur sagu yang dihidangkan dengan semacam sop Ikan, masya Allah..

Setelah acara jamuan maka kami kembali ke hotel, dan saya duduk bercengkerama dengan beberapa tokoh islam, dan mereka menyampaikan beberapa cerita tentang perjuangan islam, diantaranya bagaimana muslimin dihimpit oleh kalangan Nasrani, mereka menyebut suatu kejadian beberapa tahun yang silam, bahwa disebuah wilayah antara Sorong dan Papua terdapat sebuah suku dipinggir pantai, kebanyakan di wilayah itu muslimin, namun mereka tak ada lagi yang mengajarkan islam hingga turun temurun, mereka muslim tapi tak tahu agama islam, mereka sudah tidak kenal syahadat, mereka hanya mengenal satu ajaran adat, yaitu tak boleh makan babi, padahal babi adalah santapan yang masyhur di Irian, mereka menganggap itu hukum adat, padahal itu hukum islam, dan kepala suku mempunyai satu barang yang dikeramatkan, ia adalah sebuah kotak yang menyimpan pusaka turun temurun yang dipegang oleh kepala suku dari generasi ke generasi, mereka tak tahu benda apa itu, 

Ketika mulai banyak para nelayan muslimin yang kunjung, mereka minta sebidang tanah pada kepala suku untuk musholla, maka kepala suku mengizinkan, lalu mereka kunjung kerumah kepala suku, dalam sambutan hangat itu kepala suku menunjukkan pusaka yang disimpan ratusan tahun dan diwariskan dari datuk datuknya, ketika kotak itu dibuka, maka para nelayan pun kaget dan bertakbir, ternyata isinya adalah Alqur'an yang sudah sangat tua.., Subhanallah.., mereka ternyata sejak berabad abad sudah muslimin, namun karena mungkin tak ada para dai dai pengganti, maka ajaran islam pun hilang dan tak lagi dikenali, tinggallah pusaka yang diwasiati turun temurun itu yang ada pada mereka, ternyata ia adalah Kitabullah, Alqur'anulkarim.

Maka kepala suku ini pun kembali memeluk islam, tak lama kabar sampai kepada Koramil dan kecamatan yang camat dan Danramil adalah Nasrani, mereka memanggil kepala suku itu dan mendampratnya habis habisan karena telah memberi sebidang tanah untuk muslimin membangun musholla, dan kepala suku dipaksa untuk mengusir mereka dan kepala suku tetap pada pendiriannya, maka kepala suku itu ditelanjangi hingga hanya celana dalamnya yg disisakan, lalu ia disiksa dan dicambuki dengan kulit ikan pari, Ikan pari terkenal dengan kulitnya yang penuh duri tajam yang beracun…, kepala suku tetap tidak mau merubah keputusannya.., ia tetap ingin mempertahankan pusaka Alqur'an dan tak mau mencabut izin untuk pembangunan musholla.. Subhanallah.. Dengan kejadian penjelasan tentang Alqur'an itu maka 80 kepala keluarga di Suku itu kembali pada islam.

Juga Diantara keluh kesah tokoh agama tersebut, mereka berkata : "dimana da'I da'I muslimin dari Jakarta?, dimana para hartawan dari Jakarta?, mereka hanya mau teriak teriak di televisi, dan sebagian dari kami tak ada listrik, jikapun wilayah yang sudah ada listrik belum tentu punya televisi, lalu darimana kami akan mengenal dan belajar islam?, kami hanya dengar dari teman teman yang punya televisi, bahwa para hartawan di Jakarta selalu mengirimkan dana uang banyak ke Palestina, Bosnia, Afghanistan, bagaimana mereka memberi bantuan kesana dan melupakan kami, kami muslimin yang sebangsa dengan mereka, kami masyarakat Papua menerima republik Indonesia karena kami tahu Republik Indonesia adalah Muslimin, namun setelah kami jadi saudara mereka kami dikucilkan dan ditinggalkan.., mereka jauh jauh mengirim uang banyak ke luar negeri dan kami disini susah dan tak mampu membangun musholla pun.." Masya Allah…

Pk 13.30 WIT kami menuju pulang, diantar tangis airmata para tokoh muslimin, setelah berpelukan, mobil melaju dan kami melihat dari kejauhan mereka masih berdiri termangu mengantar kepergian kami, selamat Tinggal Kota Bintuni…, kami sempat mampir ke rumah salah seorang ustaz di perkampungan Transmigran, yaitu di SP 5 (SP = satuan pemukiman), lalu kami meneruskan perjalanan pulang..

Akibat hujan deras semalam, maka medan jalur pulang lebih buruk dari saat kemarin, Land Cruiser yang saya tumpangi sempat terperosok dan terjebak Lumpur dan tak bisa keluar dari Lumpur, kami beristirahat dan makan siang di pinggir jalan tempat mobil kami terjebak, setelah makan siang, maka mobil Land cruiser yang juga bersama kami pun menarik mobil itu keluar dari cengkeraman Lumpur, usaha yang cukup sulit itu pun akhirnya berhasil, setelah Lumpur itu di pacul terlebih dahulu untuk memudahkan mobil keluar dari jebakan Lumpur tersebut, seakan akan Bintuni tak mau kami meninggalkannya dan berusaha menahan mobil kami..

Kami berhenti sesaat di wilayah Mamai, menurunkan seorang anak santri bimbingan KH Ahmad Baihaqi, ayahnya masih nasrani, dan sudah mulai tertarik masuk islam, dan ia mengizinkan anaknya belajar di Jakarta dibawah bimbingan KH Ahmad Baihaqi, saya berdoa untuk ayahnya dan berfoto bersama, lalu kami pamit dan Meneruskan perjalanan,

Kami singgah di wilayah Kiwi, yaitu musholla yang dijaga oleh muslimin yang kami mampiri kemarin, kami berpamitan, ternyata musholla itu dibangun oleh seorang pengusaha wanita dari Jakarta, Ibu Tuti, demikian mereka menyebutnya, Ibu Tuti berkediaman di Tebet Jakarta selatan, dan ia sedang di wilayah ini dalam usahanya, semoga Allah melimpahkan kepadanya keberkahan dan kesuksesan, karena telah mendirikan musholla, yang menjadi satu satunya musholla di radius puluhan kilometer wilayah sekitar.

Kami meneruskan perjalanan menuju Ransiki.., Ditengah perjalanan itu saya sekilas tertidur dan bermimpi, saya melihat seorang habib, ia pemuda tampan seusia dengan saya, ia dengan pakaian putih, ia berkata pada saya : "saya dahulu berdakwah di wilayah ini dan saya dikejar kejar dan akhirnya saya dibunuh disini..". saya terbangun dan melihat kearah kiri tempat perjumpaan kami dalam mimpi.., ternyata hanya semak belukar dan rimba yang gelap.. airmata saya mengalir lagi sambil melafadzkan fatihah untuknya.. ia membawa dakwah Nabi saw ditengah tengah pedalaman seperti ini, lalu wafat sebagai syahid dan kuburnya tak dikenali orang didalam rimba belantara Irian barat..

Kami tiba di Ransiki untuk makan malam dan berpamitan dengan para orang tua santri, saya diperlihatkan Alqur'an yang disobek sobek oleh Nasrani di wilayah Ransiki, saya tak tahan, saya menciumi Alqur'an itu dan menangis sekeras kerasnya, merekapun turut menjerit dan menangis, saya terlintas untuk marah dan menginstruksikan balas, namun akhirnya saya tenang, dan berdoa agar Allah hujankan hidayah bagi semua yang menyembah selain Allah, agar Allah hujani hidayah dan memenuhi papua dengan muslimin dan agar Allah jadikan penduduk Papua sebagai Ahlussujud.., dan agar Allah jadikan Papua bukan Manokwari kota Injil, tapi sebagai wilayah sayyidina Muhammad saw..

Ketika kami sudah dimobil, mereka melepas kepergian kami dengan adzan, lalu selesai adzan mobil meluncur pelahan dan puluhan muslimin menjerit tangis pilu melepas kepergian kami di gelapnya malam.., suara jerit tangis mereka benar benar menyayat hati.., mereka sangat cinta pada saya dan sayapun demikian, saat saya turun dari mobil anak anak pemuda papua berebutan menaruh kaki saya ditelapak tangan mereka, karena Mobil Land cruiser itu sangat tinggi hingga saya agak kepayahan saat turun dari mobil, mereka berebutan menaruh kaki saya ditelapak tangan mereka, saya menghalau mereka namun mereka tidak perduli menjadikan tangan tangan mereka sebagai injakan kaki saya sebelum ke bumi.., wahai Rabbiy alangkah suci hati mereka, mereka muallaf, mereka baru memeluk islam, betapa mereka mencintai karung dosa ini, bahkan mereka selalu berusaha menciumi saya, pundak, tangan punggung, dada, jika mereka ada kesempatan dekat mereka terus menciumi saya ditubuh sekenanya, saya menjadi akrab pula dengan mereka, saya bercanda dengan mereka, berfoto dalam berangkulan dengan mereka, dan mereka semakin gembira,

Ketika mobil meluncur meninggalkan Ransiki dan para pemuda setempat, maka tubuh saya terus meriang, ditengah hentakan dan guncangan mobil yang terus melewati medan berat, saya terus dihantui perasaan yang beraneka ragam, sedih, haru, semangat juang, tangis, dan terus terbayang diwajah saya betapa sulitnya para da'I terdahulu di wilayah ini, wilayah yang terjauh di Indonesia, terbayang kepala suku yang baru masuk islam, ia dilucuti pakaiannya, disiksa dan dicambuk dengan Kulit ikan pari yang berduri karena membela Alqur'an.., ia tetap bertahan dan menahan sakit, padahal ia baru saja memeluk islam, terbayang seorang habib muda yang dikejar kejar lalu dibantai dan dibunuh ditengah rimba sebagaimana mimpi saya…, terbayang wilayah wilayah muslimin yang ingin belajar shalat namun tak ada yang mengajarinya, mereka hanya bisa shalat jika berjamaah dan belum bisa shalat sendiri, maka jika imam itu (pemuda belasan tahun) sakit maka tidak ada shalat di kampung itu.., anak muda itu muallaf dan baru saja belajar shalat.., ia sudah berjuang di wilayahnya mengajarkan shalat..

Terbayang pula keluhan mereka tentang tidak adanya pengajaran islam untuk mereka, mereka hanya bisa lihat islam di TV dan sebagian besar wilayah perkampungan tidak punya tv, bahkan listrik hanya ada hingga jam 12 malam, lalu padam.. dan mereka mengeluh : "Lalu bagaimana kami belajar islam..?", terbayang wajah para santri dari Ransiki Papua yang selalu hadir di Majelis Malam selasa di Masjid Almunawar Pancoran Jakarta, mereka baru belajar dasar agama saja, namun mereka sudah menjadi dai dai di wilayahnya dan wilayah sekitar, mengislamkan keluarganya, mengajak kakaknya masuk islam, mengajak ibunya masuk islam, subhanallah.. betapa mulianya mereka..

Bayangan bayangan itu benar benar mengiris hati saya.. terlintas dihati untuk meninggalkan Jakarta dan berdakwah di Papua, biarlah saya mati dibunuh dalam dakwah dan terkubur tanpa dikenali orang dimana kubur saya, duh.. betapa habib muda yang syahid itu dimanjakan dan dicintai Allah.. 

duh.. betapa mulianya anak anak muda cilik itu yang menjadi kesayangan Rasul saw kelak karena baktinya pada Nabi Muhammad saw, mereka mengajarkan shalat, mereka mengajar ngaji, menyebar maulid dhiya ullami, mereka mengibarkan bendera Majelis Rasulullah saw, memasang umbul umbul Majelis Rasulullah saw di wilayah wilayah mereka.., subhanallah.. Saya terus menangis dan tubuh ini meriang, setiba di Manokwari kami langsung beristirahat di kediaman Bpk Hj Shohib, dan bermalam..

Jumat 10 Oktober 2008, Pelukan terakhir perpisahan dengan KH Ahmad Baihaqi dan beberapa penduduk Ransiki sangat mengharukan.. berat sekali saya ingin melepas pelukan KH Ahmad Baihaqi, dia akan terus berjuang lagi, sebagaimana saya datang ia sangat erat memeluk saya, dan firasat saya bahwa ia sudah melewati masa masa berat, dan ternyata benar, dan kini ia harus kembali berjuang sendiri, kami harus meninggalkannya, saya sangat tidak tega dan berat meninggalkannya, saya terus memeluknya dan saya tak bisa menahan tangis, dan iapun menangis keras.., saya mulai merasa goncangan dahsyat dihati, saya harus melepas pelukan ini dan pergi, hati saya benar benar pilu dan pandangan mulai pudar, saya risau jika saya teruskan maka saya akan jatuh pingsan, maka saya melepas pelukannya dan berbalik.. berjalan ke pesawat dan tak berani membalikkan tubuh untuk memandangnya lagi.. saya tidak kuat melihat pemuda mulia itu tegak sendiri memandang kepergian kami.. ia akan terus berjuang sendiri hingga 23 oktober 2008 mendatang, ia akan kembali ke Jakarta bersama santri santri Ransiki..

Saya duduk di kursi pesawat…, saya tulis akhir dari laporan ini, selamat tinggal Bintuni, selamat Tinggal Ransiki, selamat tinggal Musholla siwi, selamat tinggal para pejuang dakwah, selamat tinggal para muallaf yang terus berjuang ditengah panasnya cuaca hutan tropis… selamat tinggal Manokwari, wahai Manokwari.. kau digelari kota Injil… betapa mencekik gelarmu.., 

Rabbiy hujani Papua dengan Hujan Hidayah, bangkitkan kemuliaan muslimin, menegakkan kedamaian dan keimanan di wilayah mereka, tumbuhkan generasi muda mudi yang mencintai Rasulullah saw, cabut keinginan mereka untuk menyembah selain My Rabbiy… hujani mereka dengan keberkahan dan kemakmuran, singkirkan tangan tangan kuffar yang terus meracuni akidah mereka..

Saya membatalkan keinginan untuk tinggal di Papua, karena jika saya wafat disana maka perkembangan ini akan terhambat pula, biarlah saya di Jakarta, namun kami akan menyiapkan santri santri dan muda mudi yang akan menjadi laskar Muhammad saw di wilayah mereka, kini pun sebagian dari mereka telah berpencar ke wilayah wilayah sekitar mereka, memimpin shalat, mengajarkan Iman, mengajak kepada Islam, dan kita akan terus menyatukan barisan dan memperkuatnya hingga Manokwari bukan lagi bernama Manokwari kota Injil, tapi Irian Barat wilayah Sayyidina Muhammad saw.. amiin..

pesawat kami mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno Hatta Jakarta pada Jumat Petang pk 20.00 wib.
Klik disini untuk melihat Galery Perjalan Dakwah Majelis Rasulullah ke Wilayah Manokwari.

**Dapatkan vcd perjalanan dakwah Majelis Rasulullah saw di Manokwari, dilengkapi kunjungan ke wilayah wilayah Ransiki, Bintuni, dll, juga perjalanan yg penuh hambatan dan jalanan berlumpur.
Read More

Selasa, 23 September 2008

Majelis Rasulullah SAW yang Mengagumkan

21.52.00 0

Majelis Rasulullah memulai da’wahnya pada tahun 1998. Kita pernah mendengar istilah mantan HT, mantan JT, mantan PKS, mantan Salafy, dsb. Namun Alhamdulillah, belum ada yang berkata bahwa dirinya adalah mantan Majelis Rasulullah.

Mengapa mereka begitu betahnya 10 tahun bersama majelis ta’lim yang kerjanya cuma menabuh hadroh tiap malam? Bukannya berkurang, anggota Majelis Rasulullah semakin bertambah banyak, baik yang hadir di majelis fisik maupun secara virtual melalui internet.

Ada banyak faktor yang menyebabkan fenomena mengagumkan seperti ini. Faktor utamanya tentulah adanya keridhoan Allah atas majelis ini. Bukti keridhoan Allah itu terbentang sepanjang perjalanan da’wah Majelis Rasulullah.


Percobaan Pembunuhan

Sudah beberapa kali Habib Munzir mengalami percobaan pembunuhan. Pernah mobil beliau dikejar-kejar dan ditabrak hingga keluar dari badan jalan. Alhamdulillah beliau selamat. Namun komplotan penabrak itu menghentikan mobil mereka dan keluar menghampiri mobil Habib Munzir. Maka terjadilah kejar-kejaran. Alhamdulillah Habib Munzir dan aktivis MR dapat selamat. Di lain waktu peristiwa seperti itu berulang.

Pernah juga beliau diracun dalam suatu perjamuan. Rupanya ada yang telah menyabotase hidangan bagi beliau. Beliau masuk rumah sakit. Alhamdulillah Habib Munzir selamat dari racun berbahaya itu.


Awan Berbentuk Lafazh Allah

Pada hari Kamis, 20 Maret 2008, Majelis Rasulullah SAW mengadakan acara perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW di lapangan parkir Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Acara itu dihadiri juga oleh KH. Ma’ruf Amin (selaku Ketua MUI), dan perwakilan dari beberapa partai yang sengaja diundang oleh Majelis Rasulullah SAW.

Seperti biasa, Habib Munzir membawakan taushiyah-taushiyah yang menyentuh hati. Namun kali ini taushiyah beliau lebih terasa di jiwa setiap hadhirin. Beliau mengisahkan kembali bagaimana sosok Rasulullah SAW sesungguhnya. Bagaimana budi pekerti Rasulullah SAW yang tidak pernah kenyang selama 3 hari berturut-turut. Artinya beliau SAW lebih sering lapar. Bukan karena beliau miskin. Jika beliau mau, beliau bisa menjadikan makanan satu piring cukup untuk mengenyangkan beliau dan keluarganya untuk selama-lamanya. Namun beliau ingin menjadi orang yang pertama kali merasakan lapar sebelum ummatnya merasakan lapar, dan menjadi orang yang terakhir kenyang setelah ummatnya kenyang.

Kisah demi kisah terus mengundang tangis dari jiwa-jiwa yang mencintai Muhammad Rasulullah SAW. Jiwa-jiwa yang dimabuk rindu itu terus melayang ke langit tertinggi. Cahaya-cahaya indah terpancar dari dada mereka hingga menembus ke ‘Arasy.

Awan tipis berkumpul untuk menjawab kegundahan Habib Munzir ketika beliau berbisik dalam hati, “Kasihan jama’ah. Mereka duduk di bawah terik Matahari.” Cuaca terik berubah menjadi sejuk dan berangin sepoy-sepoy, seakan alam menyambut para tamu Rasulullah SAW.

Ketika Habib Munzir mengisahkan akhir-akhir riwayat Rasulullah SAW, beberapa jama’ah melihat awan-awan kecil berkumpul. Perlahan, mereka membentuk lafazh ‘ALLAH’ dalam huruf Arab, lengkap dengan tanda bacanya (harokat).

Ketika Habib Munzir mengajak jama’ah melafazhkan Asma Allah sebanyak 300 kali, awan itu telah terbentuk dengan jelasnya. Sebagian jama’ah yang tidak mengetahui perihal awan itu terus berdzikir sambil menunduk dan tidak menghiraukan sekelilingnya. Mereka asyik dalam melafazhkan Asma Allah. Jama’ah lainnya dan para pengunjung Monas yang melihat awan itu juga berdzikir sambil memandang tanda keridhoan Allah atas perkumpulan kami hari itu.

Selepas berdzikir, awan itu pun mulai terhapus. Namun tetap membekaskan kekaguman di hati jama’ah dan pengunjung Monas yang menyaksikannya.

Sembuh dari Kanker Otak

Pada akhir Agustus 2008, Habib Munzir diketahui menderita kanker otak. Dokter di RSCM telah angkat tangan. Namun beliau menghubungi Habib Umar Al-Hafizh, minta untuk didoakan. Alhamdulillah, kanker otak pun hilang seketika. Habib Umar juga menyampaikan, bahwa setelah itu, da’wah Majelis Rasulullah akan bertambah luas dengan cepat.
 

Da’wah Lembut yang Melembutkan

Pernah Habib Munzir berbicara keras dalam suatu majelis. Maka sepulangnya dari majelis, Rasulullah datang menjumpai beliau (saya lupa, apakah dalam mimpi atau dalam jaga). Rasul berkata bahwa mereka adalah ummat Rasulullah, maka jangan lagi bicara keras terhadap mereka. Sejak saat itu, beliau berusaha untuk bicara penuh kelembutan. Da’wah lembut beliau semakin melembutkan hati jama’ah. Maka bertobatlah sejumlah preman, pezina, pengguna narkoba dan bergabung dalam cahaya kemulyaan setelah mendengarkan ceramah beliau yang terus memanggil hati-hati yang kelam akibat dosa-dosa yang menumpuk.

Bahkan pada tanggal 25 Desember 2007, beberapa Kristiani mendatangi rumah beliau untuk menyatakan ke-Islaman mereka. Hal ini terjadi tepat setelah tanggal 24 Desember 2007 malam, MR melafazhkan “Yaa Allahu” sebanyak 1000 kali untuk meredam kemurkaan Allah dari perkataan fitnah yang menyatakan bahwa Allah mempunyai putera.

Kelembutan hati Habib Munzir yang sering berjumpa Rasulullah baik dalam tidur maupun ketika terjaga telah mampu menembus kekerasan hati jama’ah dan melembutkan hati mereka. Maka semakin mereka merasakan manisnya khusyu, manisnya taubat, manisnya menyebut Asma Allah, manisnya sujud, manisnya ibadah, manisnya mencintai Allah dan Rasul-Nya, manisnya rindu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan manisnya kedekatan dengan Allah.

Habib Munzir tidak hanya mengajarkan ilmu syari’ah yang memenuhi aqal mereka. Tetapi ilmu syari’ah yang memenuhi hati mereka. Dari situlah terbit rasa kehambaan dan bukan adu ilmu. Dari situlah terbit rasa sayang dan bukan benci kepada sesama Muslim. Semakin sering mereka menziarohi Habib Munzir, semakin kuat cahaya kemulyaan itu mempengaruhi mereka. Malam demi malam, bagian-bagian hati mereka terobati. Bertambah kuat kesabaran mereka, bertambah redup kemurkaan mereka. Bertambah kuat kelembutan mereka, bertambah redup kekerasan mereka. Bertambah kuat tawadhu mereka, bertambah redup arogansi mereka.
 

Ilmu yang Bersambung

Ilmu yang diajarkan oleh Habib Munzir adalah ilmu-ilmu yang didapatnya secara bersambung dari guru-gurunya dari tabi’it tabi’in dari tabi’in dari shahabat dari Rasulullah dari malaikat Jibril dari Allah. Mungkin inilah salah satu hal yang menyebabkan Allah ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah. Ikatan dalam keridhoan inilah salah satu hal yang menyebabkan mereka betah di Majelis Rasulullah. Wallahu a’lam.

Sanad Guru Mulia Kami

Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW

Al-Imam Ali bin Abi Tholib Karromallohu Wajhah

Assayyid Husein bin 'Ali bin Abi Tholib Karromallohu Wajhah

Assayyid 'Ali Zaenal 'Abidin

Assayyid Muhammad Al-Baqir

Assayyid Ja'far Asshodiq

Assayyid 'Ali Al'Uryadh

Assayyid Muhammad Annaqib

Assayyid 'Isa Arrumy

Assayyid Ahmad Almuhajir bin 'Isa

Assayyid 'Ubaydillah bin Ahmad Almuhajir

Assayyid 'Alawy bin 'Ubaydillah

Assayyid Muhammad bin 'Alawy

Assayyid 'Alawy bin Muhammad

Assayyid 'Ali bin 'Alawy Kholi' Qosam

Assayyid Muhammad Shohibul Mirbath

Assayyid 'Ali bin Muhammad

Al-Imam Faqihil Muqoddam Muhammad bin 'Ali

Habib 'Alawy Alghoyyur bin Faqihil Muqoddam

Habib 'Ali bin 'Alawy Alghoyyur

Habib Muhammad Maula Addawilah

Habib 'Abdurrahman Asseqof bin Muhammad

Habib Abu Bakar Assakran

Habib 'Ali bin Abu Bakar Assakran

Habib 'Abdurrahman bin 'Ali

Habib Ahmad bin Abdurrahman Syahaabuddin

Habib Abu Bakar bin Salim Fakhrul Wujud

Habib Husein bin Abu Bakar

Habib 'Umar bin 'Abdurrahman Alatthos

Habib 'Abdulloh bin 'Alawy Alhaddad

Habib Ahmad bin Zein Alhabsyi

Habib Hamid bin 'Umar Ba'Alawy

Habib 'Umar bin Seqof Asseqof

Habib 'Abdulloh bin Husin bin Thohir

Habib 'Abdurrahman Almasyhur

Habib 'Ali bin Muhammad Alhabsyi

Habib 'Abdulloh bin Umar Assyathiry

Habib 'Abdul Qodir bin Ahmad Asseqof

Habib Umar bin Hafidz

Habib Munzir bin fuad Almusawa

Wassalamu’alaikum
Read More

Jumat, 12 September 2008

Dua Kegembiraan Bagi Orang Yang Berpuasa

20.06.00 0
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 
قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ (صحيح البخاري
 

Sabda Rasulullah saw :
“Semua Amal adalah untuk keturunan Adam, kecuali puasa, akulah yang membalasnya, dan puasa adalah Benteng, maka jika kalian berpuasa janganlah berjimak, jangan mencela, jangan berbuat hal yang tidak senonoh, jika ia dicela orang lain maka katakanlah : Aku puasa, Demi diri Muhammad yang digenggaman Nya, sungguh bau tak sedap dimulut orang yang berpuasa lebih wangi dihadapan Allah daripada Misik termahal, dan bagi orang yang berpuasa itu dua kegembiraan, gembira ketika buka, dan gembira saat jumpa dengan Allah, gembira dengan puasanya” (Shahih Bukhari)



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Maha Suci Allah, Maha Raja Tunggal yg selalu muncul keindahan Nya bagi hamba hamba Nya yang mendambakan-Nya, Bulan purnama yang kekal dan abadi tiada akan pernah terbenam, Cahaya Keindahan yang Kekal dan Abadi menanti hamba hamba Nya yang mendekat, Cahaya Keagungan yang menerangi para pendosa dengan tawaran pengampunan, Cahaya yang Maha Kekal dan Maha Luhur yang sangat dekat kepada semua daripada semua yang dekat, Lebih dekat dari tali urat leher setiap manusia keturunan Adam, Sebagai kiasan bahwa Dialah yang Maha Dekat dari semua yang dekat, Yang Maha Tidak Meninggalkan ketika semua meninggalkan hamba-Nya, 

Ketika semua hamba meninggalkan kita di dalam kubur, Dia Maha Tunggal tiada meninggalkan para kekasih-Nya. Dialah Allah Swt, Maha Raja Alam Semesta Yang Maha Abadi dan Maha Melihat, Maha Memuliakan hamba hambaNya yang berharap, Maha Memuliakan hamba-hamba Nya yang bermunajat, Maha Menyambut Istighfar dan permohonan maaf dari hamba yang penuh dosa dan kesalahan, Dari semua Yang Memaafkan (hanya) Dialah Yang Maha Indah Maaf Nya, Yang Maha Indah menerima maaf dari yang salah, Kita pernah lihat orang orang yang baik dan pemaaf (ketika) memaafkan..?, adakah yang memaafkan kesalahan digantikan dengan pahala dan anugerah..?, Hanya Dialah Allah Swt.., Kesalahan kesalahan berubah menjadi pahala.

Siapa mereka wahai Rabb? Allah Swt berkata “kecuali orang orang yang bertaubat, yang beriman, yang beramal shalih, Mereka adalah orang orang yang Allah Swt gantikan dosanya menjadi pahala".(QS Al Furqan 70) Mereka yang Allah Swt gantikan gunung gunung dosanya menjadi gunung gunung pahala, dosa dosanya sirna berubah menjadi limpahan pahala, Limpahan pahala bagi siapa?, dosa dosa bisa berubah menjadi pahala? Bagi yang meminta maaf (pada Allah).., Alangkah indahnya wahai yang menamakan dirinya Maha Pemaaf, Allah Swt memang Dialah Yang Maha Tunggal mengungguli seluruh sifat pemaaf.., Dialah Allah Swt..

Ya Rahman Ya Dzaljalali Wal Ikram, Yang Maha Menerima taubat hamba hambaNya siang dan malam, Yang Maha Mencatat setiap perbuatan baik hamba Nya untuk dilimpahi kebahagiaan, Dialah Allah Maha Raja Abadi di langit dan di bumi dan seluruh alam, Di alam dunia, di alam akhirat dan di semua kejadian, Dialah Allah Swt Yang Maha Ada di segala alam, dan seluruh alam ada di hadapan Dzat Rabbul Alamin, Dekat tanpa jarak, jauh tanpa jarak dan dekat tanpa sentuhan, Dialah Allah Swt, Dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak, Kedekatan hamba hambaNya akan butuh sentuhan tapi kedekatan Rabb lebih dekat dari sentuhan, Dialah Allah jalla wa alla Maharaja yang menawarkan kedekatan, 

Hadirin hadirat di bulan ramadhan inilah malam malam kedekatan, hari hari (untuk) mendekat kehadirat Nya, kau lebih dekat kepada Allah Swt dari pada hari hari lainnya, Dengan shiam wal qiyam, dan keduanya (adalah) hal yang paling agung di hadirat Rabb Jalla wa alla, Hal yang paling bisa mendekatkan kita kepada Allah Swt adalah dengan shalat, puasa dan zakat, Dan ketiganya berpadu di bulan ramadhan, 

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Disampaikan kepada idola kita, kekasih kita, Sayyidina Muhammad Saw, Sang pemilik wajah yang bercahaya dengan cahaya keindahan Illahi, Yang dengan memandang wajahnya membuat para sahabat mengingat Yang Maha Indah Allah Swt, Berkata Abu Hurairah ra "jika kami memandangmu wahai Rasul, bergetar hati kami berdzikir kepada Allah Swt”. Kita bisa melihat gunung dan bergetar hati kita mengingat keagungan Allah, kita bisa melihat matahari dan bulan, tapi ternyata getaran terkuat muncul pada wajah Sayyidina Muhammad Saw, Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, berkata Sayyidina Anas bin Malik ra “kami tidak pernah lihat pemandangan yang lebih menggetarkan dan menakjubkan daripada wajah Sayyidina Muhammad Saw”. Wajah orang yang paling khusyu’ dari semua orang yang khusyu’, wajah orang yang paling taqwa dan pemimpin orang yang paling bertaqwa, wajah orang yang paling rindu kepada Allah Swt, wajah orang yang paling mencintai Allah Swt, dialah Nabiyyuna wa Syafi'una Muhammad Saw. 

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw bersabda bahwa kelak manusia akan dipanggil dari pintu pintu masing masing di pintu surga, Orang orang yang banyak shalat akan dipanggil dari gerbang shalat, orang orang yang berjihad akan dipanggil oleh Allah dari gerbang surga di pintu pintu jihad, orang orang yang banyak puasa akan diseru ke pintu gerbang yang bernama gerbang Ar-rayyan, orang yang banyak bershadaqah akan dipanggil dari pintu shadaqah, Ini keempat amal berkumpul di bulan ramadhan al mukarram…., Berkata Sayyidina Abi Bakar Ashshiddiq ra kepada Rasul Saw sebagaimana kelanjutan hadits ini riwayat Shahih Bukhari, “ya Rasulullah bolehkah orang beramal banyak dari keempat amal itu agar ia bisa dipanggil dari semua pintu?”. Rasul saw berkata “bisa, dan mudah mudahan engkau diantara mereka wahai Abu Bakar”. (Shahih Bukhari). Keempat kemuliaan ini muncul di bulan ramadhan.

Orang yang melakukan shalat 5 waktu tentunya, kemudian di bulan ramadhan ia menyempurnakan ibadahnya dengan shalat sunnah tarawih berarti ia ahlusshalat. Di bulan ini pula banyak orang berjihad, jihad apa? karena sebaik – baik jihad adalah menahan hawa nafsu, Maka di bulan ini bulan yang mendapatkan kemuliaan bisa dipanggil dari pintu jihad, Memang hadits dhaif yang mengatakan bahwa jihad hawa nafsu itu haditsnya dhaif, jihad hawa nafsu lebih hebat dari jihad di dalam peperangan, Tapi para muhaddits menjelaskan walaupun haditsnya dhaif tapi maknanya shahih dan tsigah, karena orang yang berjihad fisabilillah itu debu pahala jihadnya (tidak berarti dan sia sia) kalau ia tidak berjihad dengan hawa nafsunya, Karena orang yang berjihad fisabilillah itu harus memerangi hawa nafsu bukan melampiaskan hawa nafsu, 

Hadirin hadirat orang yang berjihad itu menahan (nafsu), tidak boleh memukul wajah, tidak boleh memukul wanita, tidak boleh memukul orang yang tidak bersenjata, berarti menahan nafsu di dalam jihad, Kalau ia tidak menahan nafsunya di dalam jihad maka jihadnya bukan jihad tapi adalah perjuangan untuk membela emosi dan hawa nafsunya, maka itu bukanlah jihad, maka jihad fisabilillah pun membutuhkan jihad terhadap hawa nafsu. 

Dan jihad pada hawa nafsu muncul pada puasa bulan ramadhan.., Pintu jihad, pintu shalat, pintu ar-rayyan di bulan ramadhan, pintu shadaqah, Kita dengar Rasul saw paling banyak bershadaqah di bulan ramadhan, Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw orang yang paling dermawan dan yang paling dermawan di bulan ramadhan kedermawanannya, Ini hadirin hadirat kita dengar keempat kemuliaan ini muncul kesemuanya di bulan ramadhan al mukarram, Oleh sebab itu hadirin hadirat kita bisa lewati ramadhan ini dipanggil dari pintu sholat, dipanggil dari pintu jihad, dipanggil dari pintu ar-rayyan (untuk orng yg berpuasa), dipanggil dari pintu shadaqah di surga-Nya Allah Jalla wa alla dengan melewati bulan ramadhan, Semuanya tersimpan pada cahaya ramadhan al mukarram, Siang hari dan malam, oleh sebab itu sempurnakan pahala ramadhan. 

Kita banyak kekurangan (dalam puasa) tambal dengan kelebihan, sudah melihat bagaimana barangkali buruknya puasa ramadhan kita yang penuh cela lalu benahi, Benahi dengan Alquran, benahi dengan hadir di majelis dzikir, benahi dengan hadir di majelis taklim, itu membenahi dan menambal dengan kemuliaan Alquran, Tentunya harapan kita melewati ramadhan ini nama kita sudah dipastikan oleh Allah Swt mendapat rahmat, mendapat maghfirah, mendapat kebebasan dari neraka, dipanggil dari pintu gerbang shalat, dipanggil dari pintu gerbang jihad, dipanggil dari pintu gerbang ar-rayyan, dipanggil dari pintu gerbang shadaqah dan tidak dipanggil dari pintu pintu neraka.

Karena 10 malam terakhir (waktu waktu dilimpahkannya) bebas dari api neraka, Risau kita kalau nama kita dipanggil juga dari pintu neraka, Pintu hawa nafsu memanggil, pintu zina memanggil, pintu judi memanggil, pintu pintu neraka memanggil, pintu dusta, pintu sombong, pintu riya, pintu ujub dan kesemuanya itu akan tertutup di 10 malam terakhir di bulan ramadhan, Riwayat Shahihul ibn Khuzaimah Rasul saw bersabda “bulan ramadhan yang 10 malam pertama adalah rahmat, 10 malam kedua adalah maghfirah, 10 malam ketiga bebas dari api neraka”. Sirna dan tidak akan datang panggilan api neraka memanggil namamu karena amal ibadah di 10 malam terakhir dan di 10 hari terakhir,

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika didalam puasa muncul pertanyaan kepada saya apakah wanita yang haid mengqadha puasanya? Puasanya diqadha yang tidak diqadha adalah shalatnya, demikian di dalam riwayat Shahih Bukhari, Demikian juga bagi mereka yang melahirkan, yang melahirkan berarti nifas maka wajib qadha puasanya, dan yang tidak qadha adalah shalatnya saja. Mereka yang menyusui atau yang hamil, menyusui dan hamil ini hukumnya tidak jauh berbeda, Kalau seandainya ia berbuka karena kelemahan dirinya maka ia qadha puasa ramadhan tanpa fidyah, tapi kalau ia berbuka karena risau akan janinnya maka ia qadha puasa ditambah fidyah 1 mudd setiap 1 harinya, kalau batalnya 5 hari berarti puasanya 5 hari dan shadaqahnya 5 mudd. Yang menyusui sama hukumnya, kalau ia batal puasa karena kelemahan dirinya maka qadha puasanya saja tanpa fidyah dan kalau ia batal puasa karena kelemahan bayinya maka oleh sebab ia risau akan kurang air susunya dan menyebabkan kelemahan bayinya maka ia wajib qadha beserta fidyah. 

Jadi kalau merisaukan keselamatan bayinya disaat hamil dan menyusui maka baginya puasa dan fidyah setiap harinya 1 mudd tapi kalau karena keselamatan dirinya hanya qadha puasa tanpa fidyah. Setiap hari 1 mudd itu berapa?, bahan pokok di wilayah kita adalah beras, Kalau wilayah lainnya masing masing, ada roti, kalau jazirah arab tentunya roti, kalau di Indonesia timur adalah sagu. Yakni masing masing bahan pokoknya, bahan pokok makanan setempat. Kalau di wilayah kita beras 1 mudd, beras 1 mudd itu berapa? 1 mudd itu kurang dari 1 liter sedikit. Perhitungannya 12 mudd adalah 10 liter, jadi 1 mudd itu kurang dari 1 liter. Ini pertanyaan yang banyak sekali muncul di website dan lainnya.

Selanjutnya hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Kita telah mendengar hadits Rasul saw berupa firman Allah swt bahwa “semua amal adalah untuk keturunan Adam, semua ibadah itu adalah untuk keturunan Adam”. Berkata Allah swt “Aku yang membalasnya sendiri”. Maksudnya apa? Sebagian orang bertanya hadits ini dan kalimat ini kita syarahkan dulu, apakah Allah swt memang butuh puasa kita? Kenapa Allah mengatakan puasa ramadhan itu untukku?. Maksudnya Allah butuh puasa?, 
Allah tidak butuh puasa dan amal shalih kita, tapi itu hanya kiasan betapa agungnya puasa itu dihadapan Allah, Berkata Allah swt “Aku yang akan mengganjarnya sendiri”. Kalau kita dengar amal 10 hingga 700X lipat pahalanya dilipatgandakan sebagaimana riwayat Shahih Bukhari yang sering saya sampaikan itu adalah amal lainnya terkecuali puasa dan Allah sendiri yang membalasnya, Tentunya kalau sudah Allah sendiri yang membalasnya maka lebih, lebih, dan lebih dari 700X lipat. 

Demikian hadirin hadirat dan Rasul saw meneruskannya yaitu puasa itu adalah benteng, Apa maksudnya benteng? benteng dari dosa. Demikian Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari dijelaskan makna benteng itu yang dimaksud adalah meruntuhkan dosa dosa, jika kita membentengi hawa nafsu kita.

Maka (terusan hadits) "ketika datang orang orang kepada kalian untuk memerangi kita atau mencaci kita atau memusuhi kita, katakanlah aku ini orang yang berpuasa". Jangan dibalas caciannya, jangan dibalas kemarahannya, Hal seperti ini diluar jihad fisabilillah, kalau jihad fisabilillah diperbolehkan untuk berjihad (melawan dg kekerasan bahkan membunuh), Karena apa? karena ini jihad bukan pelampiasan emosi, Jihad juga termasuk penawar hawa nafsu, sudah geram melihat musuh yang paling jahat senjatanya jatuh, tidak boleh diteruskan, Sudah geram melihat wajahnya yang sudah terbuka daripada perisainya, tinggal dihantam saja tidak boleh menyerang lagi. 

Jadi jihad fisabilillah itu tidak membatalkan puasa, karena apa?, karena menahan emosi. Berbeda dengan orang yang mencaci diri kita. Jangan pula berjimak (berkumpul dengan istrinya) dilarang di bulan ramadhan (saat berpuasa, bukan dimalam hari). Jangan pula mencaci maki dan jangan pula mengucap dengan ucapan ucapan yang buruk, Seperti apa ucapan yang buruk, teriak terbahak bahak terlalu keras dan hal itu tidak membatalkan puasa namun mengurangi kesempurnaan pahala puasanya, 
Demikian hadirin hadirat dan Allah swt sendiri yang akan membalas kemuliaan kemuliaan itu. Dan Allah swt memberikan kepada kita dua kegembiraan, pertama adalah bagi mereka orang yang berpuasa adalah kegembiraan saat mereka berbuka puasa dan yang kedua adalah kegembiraan disaat jumpa dengan Allah swt. saat jumpa dengan Allah swt, mereka sangat gembira kata Rasul saw. Dimana kita bisa membeli kegembiraan berjumpa dengan Allah swt?

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Al Imam At-Thabari di dalam tafsirnya, Al Imam At-Thabari saya nukil pendapatnya disini karena beliau seorang yang tsigah, Al Imam Ibn Jarir At-Thabari alaihi rahmatullah, hidup pada abad ke dua Hijriyah, beliau ini lebih dahulu dari Imam Nawawi, lebih dahulu dari Imam Ibn Hajar Al Asqalani dan ucapannya dinukil oleh banyak muhadditsin, Imam At-Thabari adalah seorang muhaddits dan seorang Alhafidh dan beliau telah menukil lebih banyak dari 1000 kitab yang beliau tulis dan yang paling termahsyur adalah tafsir beliau yaitu “Tafsir At-Thabari”. Dikatakan oleh para ulama dimasanya belum pernah ada tafsir yang bisa menyamai kesempurnaan tafsir Imam Ibn Jarir At-Thabari alaihi rahmatullah.

Didalam tafsir Imam At-Thabari dijelaskan bahwa ketika penduduk surga telah masuk kedalam surga dan penduduk neraka telah masuk kedalam neraka dan disaat itu Allah menutup Dzatnya dengan tabir cahaya dan tabir mutiara dan disaat itu Allah menjadikan dipan dipan bercahaya, kursi kursi yang bercahaya, dan mimbar mimbar singgasana yang bercahaya, Para penduduk surga melihat, untuk siapa itu singgasana singgasana bercahaya?, untuk siapa itu dipan dipan bercahaya?, untuk siapa itu kursi kursi bercahaya?. 
Maka majulah seorang hamba Allah yang membawa bersamanya gunung gunung cahaya dengan terang benderangnya, Para penduduk surga bertanya, siapakah dia? maka Rasul saw menyebutkan bahwa orang itu adalah yang bersujud kepadanya para malaikat yaitu Adam as. Ia pun duduk disinggasana yang bercahaya lalu Rasul saw meneruskan riwayat haditsnya, muncul pula orang kedua yang membawa cahaya bagaikan gunung gunung cahaya, orang orang bertanya di surga, siapakah orang itu? maka berkatalah para malaikat bahwa ia itu adalah yang sejuk karenanya api api yang membakarnya yaitu Ibrahim Khalilullah, Ketika dibakar oleh api, Allah perintahkan api itu untuk sujud pada Ibrahim Khalilullah.. Kuuniy Bardan wa salaaman ala ibrahim.. 

(ia Ibrahim as) Datang (pula) dengan gunung gunung cahaya, 
bergemuruh para malaikat dengan tasbih menyambut kedatangan Nabi Adam dan Nabi Ibrahim lalu datang Musa Khalilullah, lalu datang Isa bin Maryam, para Nabi dan Rasul duduk di singgasana singgasana cahaya dan kemudian datanglah seseorang dengan membawa seluruh cahaya para Nabi dan Rasul, Sayyidina Muhammad Saw... Duduklah Sang Nabi dan beliau berkata saat itu didudukkan para shiddiqin diatas dipan dipan cahaya dan para syuhada di kursi kursi cahaya, dan didudukkan para hamba Allah dihamparan misik dan disaat itu Allah swt berfirman “Marhaban bi'ibaadiy wa zuwwariy" Selamat datang hamba hamba Ku dan yang datang kepada Ku para tamu Ku.

Allah Jalla wa alla menyambut mereka dengan ucapan salam dan “marhaban”. Kita tahu riwayat Shahih Bukhari bahwa ucapan “marhaban” tidak diucapkan Rasul saw terkecuali kepada yang paling dicintainya. Rasul saw mengucapkan “marhaban” kepada orang orang yang beliau cintai Demikian Allah menyambut dengan marhaban, “selamat datang para tamuku, hamba hambaKu, beri mereka makan dan minum, beri mereka minuman”, maka muncullah para pria pria yang bagaikan mutiara terang benderangnya dari para pelayan surga membawakan nampan dari emas dan berlian, membawakan minuman kepada mereka. Allah swt menjawab lagi “selamat datang hamba hambaKu dan para tamu-Ku, silahkan makan dan minum dan jamu mereka”. Maka mereka dijamu dengan makanan makanan yang belum pernah mereka temukan keledzatannya di muka bumi, Lantas Allah menjawab lagi “beri mereka pakaian”, maka diberikanlah kepada mereka pakaian pakaian yang bercahaya dengan Cahaya Arrahman. Lantas Allah swt berkata “Selamat datang hamba hambaKu dan tamu tamuKu, beri mereka wewangian”, maka berhembuslah angin yang membawa gerimis daripada minyak wangi misik yang mewangikan wajah dan tubuh mereka. Maka Allah swt berkata “sekarang Aku akan memunculkan keindahan Dzat-Ku kepada kalian”. Singkirkan tabir yang menghalangi-Ku, tabir cahaya dan mutiara disingkirkan dan mereka melihat keindahan Dzat Allah, maka menjeritlah seluruh istana surga dan pohon pohon surga ketika memandang keindahan Dzat Rabbul Alamin. 
Manusia bersujud, tidak mampu memandang keindahan Keagungan Rabbul Alamin, maka disaat itu Allah swt berkata “angkat kepala kalian dan pandanglah kepada keindahan Dzat-Ku Yang Maha Indah, ini bukan tempat beramal dan tempat bersusah susah, ini adalah tempat pembalasan kebahagiaan dan tempat pemberian pahala”. 

ketika hamba hambaNya memandang keindahan DzatNya Allah swt maka mereka terdiam.., maka Allah swt menjawab mereka “wahai hamba – hambaKu kuciptakan surga dan kebahagiaan yang kekal ini untuk kalian. Tiadalah kalian mengingat dan menyebut Nama-Ku di alam dunia terkecuali Aku mengingat kalian". Demikian hadirin hadirat.

Semoga Allah memastikan seluruh wajah kita berada diantara mereka. Ketika teringat indahnya perjumpaan dengan Rabbul Alamin, kita teringat jasa siapa? Sayyidina Muhammad Saw.. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Sang Nabi saw tidak pernah berhenti memintakan syafaat untuk para pendosa seraya berkata tahukah kalian apa itu sayyidul mukminin fiddunnya wal akhirah. Akulah pemimpin orang mukmin dunia dan akhirat, tahukah kalian bagaimana kejadian itu..?, Para sahabat terdiam, Rasul saw berkata di hari kiamat semua orang pergi kepada Adam ayah seluruh manusia. Mereka pergi kepada orang yang bersujud padanya para malaikat. Nabi Adam hanya berkata “diriku, diriku, aku takut kepada Allah, pergilah kepada selainku”. Mereka pergi kepada Ibrahim, kepada Musa, kepada Isa, siapa mereka? para pendosa, barangkali kita. Lantas mereka pergi kepada Nabiyyuna Muhammad saw, Rasul saw berkata ”mereka berdatangan kepadaku”, 

Rasul saw sudah menolak dari awal datang , karena apa?, ketika mereka didekatkan ke telaga haudh, ada orang orang yang dijauhkan oleh malaikat, diusir dari telaga haudh, Rasul saw bertanya “wahai malaikat Jibril kenapa engkau jauhkan orang orang ini?, mereka umatku”, maka berkatalah Jibril “mereka ini bermaksiat setelah engkau ya Rasul”, Rasul saw berkata “biarkan, biarkan mereaka pergi, jauhkan mereka”. Tapi setelah mereka pergi kepada para Nabi, mereka tak temukan lagi tempat maka balik lagi kepada Sang Nabi saw, beliau tak tega menolaknya. Melihat wajah wajah para pendosa di hadapan beliau, menjerit dan dilemparkan satu persatu ke dalam api, mereka melolong dan menjerit sebagaimana firman Allah surat tabarak dan disaat itulah Sang Nabi saw bersujud, aku bersujud dibawah Arsy. Allah Maha Tahu siapa yang dibela Sang Nabi, cuma para pendosa, cuma orang yang berhak jadi puntung neraka. Inilah yang dibela sang Nabi dan Allah berkata “silahkan beri syafaat wahai Muhammad pada orang yang masih punya pahala sebutir biji kurma tinggal satu butir biji kurma pahalanya, syafaati mereka”. Rasul saw kembali lihat wajah wajah yang telah hangus di dalam api dan beliau memanggil fulan, fulan, fulan punya amal walau sebutir biji kurma, naik, naik, mungkin amal mereka banyak tapi amal mereka habis karena berbuat dholim kepada orang lain. Maka disaat itu beliau melihat masih banyak yang menjerit dari umatnya. Disaat ayah melupakan anaknya, disaat ibu lari dari anaknya, disaat wanita hamil menggugurkan bayinya untuk tidak mau bertanggung jawab, disaat itu sang Nabi saw kembali bersujud “Rabbiy umatku masih tersiksa”, maka Allah swt berkata “beri syafaat mereka yang mau kau beri syafaat sampai yang punya amal sebutir biji sawi”. Sebutir biji sawi lebih kecil dari butir biji kacang hijau. Beri syafaat mereka, entah telah 100 tahun , entah telah 500 tahun, entah 1000 tahun Sang Nabi saw tidak tenang sampai diberikan syafaat untuk mereka. Masih tersisa didalam yang menggelepar dan menjerit, pasti para pendosa, pasti para penjahat dan sang Nabi saw tidak tenang dengan ini dan sang Nabi saw kembali bersujud “Rabbiy masih ada umatku”, maka wahai yang telah Allah ciptakan sebagai seorang yang rauffurrahim maka Allah memberikan syafaat kepada sang Nabi saw, angkat mereka yang masih punya pahala sekecil – kecil butir biji sawi. Diangkatlah semua mereka ini, siapa yang tersisa? mereka semua yang tidak punya pahala, cuma mempunyai gunung – gunung dosa tapi mereka tidak menyembah selain Allah maka disaat itu Allah berkata “sekarang bagianKu tidak Kubiarkan satupun orang yang menyembah-Ku sama dengan orang yang tidak menyembah-Ku, tidak Kusamakan, keluarkan mereka, masukkan mereka ke dalam surga dengan rahmat-Ku”. Keluarlah orang yang terakhir ke dalam surga, berapa lama ia disiksa, entah telah ratusan ribu tahun ia terpanggang didalam. Dan disaat ia keluar itu Allah menyingkat tabir keindahan Dzat-Nya dan disaat ia melihat keindahan Dzat Allah, Allah tanya kepada hamba-Nya “berapa lama kau disiksa di neraka”, ia berkata “aku lupa wahai Allah aku lupa bahwa aku pernah masuk neraka” . hilang seluruh kepedihannya setelah melihat keindahan Dzat Rabbul Alamin. 

Wahai Allah pastikan kami memandang keindahan Dzat-Mu, Wahai ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali Wal Ikram Fakullu Jami’an Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Wahai Yang Maha Berhak Dirindukan Wahai Yang Maha Berhak Dipanggil Wahai Yang Akan Memanggil Nama Kami Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali Wal Ikram Ya Dzaththauli Wal In’am tidak rugi kita memanggil Nama Allah.

Hadirin – hadirat Insya Allah pada malam Rabu yang akan datang kita akan mengadakan Haul Ahlul Badr, siapa ahlul badr? Ahlul Badr adalah 313 Syuhada yang derajat mereka melebihi para khutubul auliya diantaranya Sayyidina Ali bin Abi Tholib dan seluruh Khulafaurrasyidin diantaranya Sayyidina Hamzah bin Abdul Mutholib dan juga Sayyidina Ja’far bin Abdul Mutholib dan diantaranya seluruh orang orang mulia dari Muhajirin dan Anshor berpadu Ahlul bayt dan orang orang Quraesy. Bersatu orang orang yang paling mulia dari pengikut umat Sayyidina Muhammad saw. 
Yang menghadiri Haul Ahlul Badr maka ia telah menghadiri seluruh Haul Khulafaurrasyidin dan semua orang yang paling agung dimuka bumi dari umat Nabi Muhammad Saw. Acara akan diadakan malam Rabu, memang jarang diadakan Haul Ahlul Badr tapi Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh mengadakan Haul Ahlul Badr di malam 17 Ramadhan karena peristiwa mulia perang badr al kubro itu pada malam 17 Ramadhan. Disini kita menghadiri Haul dari orang orang mulia dari umat ini, dari kalangan ahlul bayt maupun bukan dari kalangan ahlul bayt, pimpinan ahlul bayt hadir disitu, karena pemimpin seluruh ahlul badr adalah Sayyidina Muhammad Saw. Al Badr adalah orang yang ikut perang badr bukan yang wafat di medan badr. Ahlul Badr adalah orang yang wafat dalam perang badr. Khulafaurrasyidin ikut semua dalam perang badr al kubro, demikian juga Imam Ahlul Badr Sayyidina Muhammad saw.

Hadirin hadirat itu malam Rabu, kita berharap jamaah akan mengumpulkan sebanyak banyaknya teman yang hadir, kita gemuruhkan malam mulia ini dari Haul Ahlul Badr, semoga kita bersama Ahlul Badr di yaumal qiyamah, Siapa yang bersama mereka kalau bukan para pecinta mereka, siapa yang bersama mereka kalau bukan orang - orang yang mencintai mereka, maukah kita bersama khulafaurrasyidin?, dimana derajat mereka?, di dipan dipan cahaya dan di kursi kursi cahaya yang masuk surga tanpa hisab... 
Siapa mereka? Orang yang mencintai mereka dipastikan hadir di Haul Ahlul Badr yang akan diadakan di MONAS ( Monumen Nasional ) pukul 21.30 WIB acara dimulai. (acara) Seperti ini maulid, tausiyah sebentar, lalu dzikir ya Allah sebanyak 1000X. 

Dan sebelum acara itu, ada acara lagi pada hari Ahad yang akan datang, Alhamdulillah kita telah dibukakan keluasan oleh Allah swt untuk menerangi siang hari ramadhan yaitu pada tanggal 14 September 2008, hari Minggu. Waktunya shalat Dhuhur berjamaah di MAsjid Attin, dzikir bersama Ustadz Yusuf Mansyur. Dan disini hadirin hadirat saya mengharapkan kehadirin hadirin hadirat demi meramaikan panggung panggung dzikrullah Allah swt karena semakin banyaknya panggung panggung dzikir di siang hari semakin membuka rahmat bagi kita. 

Dana sangat besar kita keluarkan untuk acara acara besar ini, sebenarnya saya tidak pantas berbicara ini tapi perlu saya sampaikan banyak yang bertanya 12 Rabiul Awwal yang lalu di Monas mengeluarkan dana lebih dari Rp. 90.000.000,-, juga dilapangan Banteng, Nishfu Sya’ban dana keluar Rp. 75.000.000,- dan kita tidak meminta bantuan dana dari hadirin tapi kita minta kehadiran, minta kehadiran untuk memakmurkan majelis majelis dzikrullah karena yang paling berhak dimuliakan adalah majelis majelis adalah dzikrullah. Semakin banyak majelis majelis dzikrullah ini diramaikan makin terbenahi bumi Jakarta ini, Oleh sebab itu bantulah dakwah Nabi kita Muhammad Saw dengan kehadiran atau jika tidak bisa hadir sampaikan pada teman dan keluarga dan sahabat supaya bisa meramaikan dzikir ini dan tentunya kita akan terus maju. Semakin maju panggung panggung dzikrullah, 
siapa yang kita cintai?, Allah. Siapa yang akan ridho?, Allah.., 
siapa yang akan makin dekat pada kita?, 
Allah Jalla wa alla. 
Oleh sebab itu saya titipkan majelis minggu yang akan datang kepada hadirin, saya tidak bisa menanggungnya sendiri untuk mengajak semua orang, masing masing dari kita yang hadir saya titipkan tanggung jawab untuk mengajak teman teman dan saudaranya untuk hadir. Jika ia bisa hadir atau tidak, demikian pula pada acara haul Badr Al Kubro. Ramaikan ramadhan ini dengan keagungan Nama Allah Jalla wa alla dan yang paling akan memuliakan kita adalah Allah Jalla wa alla. Amin Allahumma Amin.

Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam. 
Walhamdulillahi Rabbil Alamin.

Sumber : www.majelisrasulullah.org

Read More

Post Top Ad