CUPITEBET: islam

JADIKAN RASULULLAH SAW SEBAGAI IDOLA

ads

Hot

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 Oktober 2008

Undang-Undang Pornografi Disahkan

19.27.00 0

Baru berkunjung kembali kedunia maya, eh ternyata sudah ada postingan tentang disahkannya UU Pornografi, ya udah saya liat trus saya copy deh. hehehe, 

Bang David, sorry ya artikelnya saya copy di blog saya, mohon ridhonya.

saya sudah dengar dari adik saya tercinta Bahtiar bin Nurrochim Al Ghantengi (Gelar dari diri dia sendiri tuh, narsis ya?) klo kemaren sudah disahkan UU Pornografi, dia kelihatan gembira dan merasa puas sekali, wah mudah"an adikku ini jadi seorang 'alim dan pendakwah ahlussunah wal jama'ah., Amin.

klo mau lihat isi UU Pornografi di sini

nih artikelnya dicopy dari hotarticle.org :

Undang-Undang Pornografi merupakan suatu produk hukum berbentuk undang-undang yang mengatur mengenai pornografi. Undang-undang ini disahkan dalam Sidang Paripurna DPR pada 30 Oktober 2008.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks.

Dalam RUU Pornografi (cikal bakal UU Pornografi) dikatakan bahwa pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.

Sebenarnya UU Pornografi itu niatnya baik, untuk memerangi pornografi yang memang marak di masyarakat. Banyak sudah pemuda berbuat mesum setelah menonton VCD phorno yang dijual bebas, atau setelah membaca buku porno yang juga dijual bebas. 

Ketika ada undang-undang anti-terorisme, ummat Islam setuju. Karena ummat Islam dan Islam memang tidak menghendaki adanya terorisme. Ketika ada hukuman mati bagi teroris, umma Islam setuju. Karena mayoritas ummat Islam dan Islam tidak menginginkan adanya teroris dan pembuat makar. Ketika adanya UU Pornografi ini, mengapa ada yang tidak setuju? Apakah agamanya membolehkan pornografi? Tidak ‘kan? Jadi, apa masalahnya? Apakah mereka takut jika Kitab Sucinya digolongkan sebagai buku porno karena mengandung tulisan yang dapat merangsang syahwat? Hehehe… tenang saja, dalam UU Pornografi, Kitab Suci dan adat istiadat tidak akan terkena pasal-pasal tersebut. Karena pornografi yang dimaksud adalah yang melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat. Masyarakat yang dimaksud tentu saja masyarakat asli di suatu tempat. Selama tari ali itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat Bali, maka tarian tersebut tidak terkena pasal-pasal tersebut. Tetapi bagi yang beragama Islam, mereka jangan terpaku kepada UU Pornografi. Karena walau pun tarian Bali tidak melanggar nilai-nilai kesusilaan masyarakat Bali, tetapi bukan berarti agama Islam memperbolehkan kita menontonnya. 

Kita adalah kita dengan syariat kita. Jika menurut mereka hal itu tidak bertentangan dengan nilai kesusilaan mereka, itu urusan mereka. Kita tidak berhak meminta mereka untuk memakai jilbab jika mereka bukan Islam. Dan kita juga berhak untuk tidak menonton mereka, karena toh mereka juga tidak memaksa kita untuk menonton mereka. Sebagaimana kita tidak pernah memaksa mereka untuk menjalankan syariat Islam. Dalam Piagam Jakarta, yang disuruh menjalankan syariat Islam itu adalah ummat Islam. Di Bali, yang disuruh Nyepi itu ummat Hindu. Jadi tidak ada paksaan bagi non-Hindu untuk ikut Nyepi. Dan tidak dibenarkan bagi ummat Hindu untuk memaksa ummat non-Hindu untuk ikut Nyepi. Intinya, bagi mereka aturan mereka, bagi kita syariat kita. UU Pornografi hanya menindak para produser dan industri pornografi, bukan untuk memberangus kemajemukan bangsa.

UU Pornografi tidak dibuat berdasarkan Syariat Islam. Maka kelirulah jika Anda memandang bahwa UU Pornografi ini hanya untuk kepentingan ummat Islam. Kelirulah Anda jika memandang bahwa UU Pornografi ini merupakan undang-undang seperti di NAD yang mewajibkan wanita untuk berjilbab.

Kami hanya tidak ingin pemuda-pemuda ini dengan bangganya berbuat mesum sambil merekam perbuatannya itu, lalu rekaman itu beredar di masyarakat. Ini negara Pancasila. Apakah Anda tidak malu sebagai bangsa Indonesia, jika bangsanya ini ternyata tidak bermoral? Negara Pancasila, tetapi 50% remaja puterinya sudah tak suci lagi karena perbuatan bejat para remaja putera. Tidak malu kepada burung Garuda? Tidak malu kepada Merah Putih? Tidak malu kepada para pahlawan? Tidak malu kepada Tuhan?

Niat baik harus kita dukung. Jika ada pasal-pasal yang kurang berkenan, silahkan dibicarakan lagi untuk direvisi. Ketika ada pembuatan Piagam Jakarta, apa ada yang menolak? Tidak ada bukan? Karena itu adalah niat yang baik. Tetapi ketika ada pihak yang kurang berkenan, toh akhirnya direvisi. Jadi, jangan ‘parno’ terhadap UU Porno.

Read More

Rabu, 15 Oktober 2008

Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Tanggul-Jember)

19.30.00 0
Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Tanggul-Jember)
 

  Setiap tahunnya pada tanggal 10 Syawal , manusia tumpah ruah di sepanjang jalan menuju Masjid Riyadus Shalihin, Tanggul, Jember. Mereka berdatangan dari berbagai penjuru tanah air serta ada pula yang datang dari luar negeri untuk memperingati haul Al Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid, yang lebih akrab dengan sebutan Al Habib Sholeh Tanggul.
  Beliau lahir di Korbah Ba Karman, Wadi ‘Amd, sebuah desa di Hadramaut, pada tahun 1313 H. ayah beliau, Al Habib Muhsin bin Ahmad Al-Hamid terkenal dengan sebutan Al-Bakry Al-Hamid, seorang yang sholeh dan ulama yang sangat dicintai dan dihormati masyarakat manapun beliau berada. Ibundanya adalah seorang wanita Sholehah bernama ‘Aisyah, dari keluarga Al-Abud Ba Umar dari Masyaikh Al-‘Amudi. Beliau mulai mempelajari Al-Qur’an dari seorang guru yang bernama Asy-Syeikh Said Ba Mudhij, di Wadi ‘Amd, yang dikenal sebagai seorang yang sholeh yang tiada henti-hentinya berdzikir kepada Allah. Sedangkan ilmu fiqih dan tasawuf beliau pelajari dari ayah beliau sendiri Al-Habib Muhsin bin Ahmad Al-Hamid.
  Pada usia 26 tahun, bertepatan pada keenam tahun 1921 M, Al-Habib Sholeh meninggalkan Hadramaut dan hijrah menuju Indonesia, beliau ditemani oleh Syeikh Fadli Sholeh Salim bin Ahmad Al-Asykariy. Sesampainya di Indonesia beliau singgah beberapa hari di Jakarta. Mendengar kedatangan Al-Habib Sholeh, sepupu beliau Al-Habib Muhsin bin Abdullah Al-Hamid, meminta Al-Habib Sholeh untuk singgah di kediamannya di kota Lumajang. Lalu Al-Habib Sholeh pun tinggal sementara di Lumajang. Setelah menetap beberapa waktu, kemudian beliau pindah ke Tanggul, Jember. Dan akhirnya beliau menetap di tanggul, hingga akhir hayat beliau.
  Suatu ketika, datanglah ilham rabbaniyah kepada beliau untuk melakukan uzlah. Untuk mengasingkan diri dari gemerlap duniawi dan godaannya, menghadap dan bertawajjuh kepada kebesaran sang pencipta. Dalam khalwatnya, beliau senantiasa mengisi waktu-waktunya dengan membaca Al-Qur’an, bershalawat dan berdzikir mengagungkan asma Allah. Dan hal itu berlangsung selama lebih dari 3 tahun. Hingga pada suatu saat dalam khalwatnya, beliau didatangi oleh guru beliau, Al-Imam Al-Qutub Al-Habib abubakar bin Muhammad Assegaf, dalam cahaya yang bersinar terang. Selanjutnya Al-Habib Abubakar mengajak beliau keluar dari khalwatnya, lalu memerintahkan Al-Habib Sholeh untuk datang ke kediamannya di kota Gresik. Sesampainya di rumah Al-Habib Abubakar, Al-Habib Sholeh diminta untuk mandi di jabiyah (kolam mandi khusus di kediaman Al-Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf, Gresik). Kemudian Al-Habib Abubakar memberinya mandat dan ijazah dengan memakai jubah, imamah dan sorban.
  Al-Habib Sholeh berdakwah kepada masyarakat sekitar dengan tak kenal lelah, beliau mengajak umat untuk selalu shalat berjama’ah dan tidak meninggalkannya. Antara magrib dan Isya beliau isi dengan membaca Al-Qur’an dan wirid-wirid. Selepas shalat ashar, beliau membaca kitab Nashaih Dinniyah, karya Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, yang beliau uraikan dengan bahasa Madura sebagai bahasa masyarakat setempat. Tujuannya agar masyarakat faham dengan apa yang beliau disampaikan. Berbagai aktivitas dakwahnya, antara lain beliau lakukan dengan mengadakan berbagai pengajian. Beliau dikenal karena akhlaknya yang begitu mulia, beliau tidak pernah menyakiti hati orang lain, bahkan beliau berusaha menyenangkan hati mereka, sampai-sampai beliau tidak pernah menolak permintaan orang. Seolah apa pun yang beliau miliki ingin beliau berikan kepada setiap orang yang membutuhkan. Beliau selalau melapangkan hati orang-orang yang sedang dalam kesusahan dan menyelesaikan masalah-masalah bagi orang yang mempunyai masalah. Keihklasan hati, akhlak serta keluhuran budi pekertinya membuat beliau sangat dicintai dan dihormati oleh masyarakat. Semua orang yang berada di dekatnya akan merasa nyaman. Bahkan setiap orang yang mengenal beliau akan merasa bahwa dialah orang yang akrab dengan sang habib ini. Ini karena perhatian beliau yang begitu besar terhadap semua orang yang ditemuinya. Beliau seorang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap faqir miskin, para janda dan anak yatim.
  Rumah beliau tidak pernah sepi dari para tetamu yang datang, beliau sering mendapat kunjungan dari berbagai tokoh ulama, bahkan para pejabat tinggi Negara sekalipun. Mereka datang untuk bersilahturahmi sampai membahas berbagai permasalahan kehidupan. Al-Habib Sholeh melayani para tetamunya dengan penuh suka cita, siapa pun yang bertamu akan dijamu sebaik mungkin. Beliau menimba sendiri air sumur untuk keperluan mandi dan wudhu para tamunya. Al-habib Sholeh begitu hormat kapada tamunya, bahkan sebelum tamunya menikmati hidangan yang telah disediakan, beliau tak akan menyentuh hidangan itu. Beliau baru makan setelah hidangan itu disantap oleh para tamunya. Sebagaimana Sabda Rasul : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tamunya”. Beliau selalu menasehatkan kepada para tamunya akan tiga hal, pertama, pentingnya menjalankan halat 5 waktu dan ancaman bagi siapa yang meninggalkannya,kedua, besarnya kedudukan orangtua dan kewajiban berbakti kepada keduanya, serta ancaman bagi siapa yang mendurhakainya, ketiga, pentingnya menjaga hubungan silahturahmi, beliau menegaskan bahwa orang yang menjaga hubungan silahturahmi dengan baik, maka Allah akan memanjangkan usianya, mempermudah urusannya dan memperbanyak rizqinya.
  Al-Habib Sholeh dikenal do’anya selalu dikabulkan. Pernah pada suatu ketika saat beliau berkunjung ke Jakarta, kala itu beliau sedang berjalan bersama Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, kwitang, saat melintasi sebuah lapangan beliau melihat banyak sekali orang berkumpul untuk melakukan shalat istisqa (shalat sunnah untuk memohon kepada Allah,agar diturunkan hujan), lantaran pada saat itu Jakarta sedang dilanda kemarau panjang . Lalu Al-Habib Sholeh berkata kepada salah seorang mereka,”serahkan saja kepada ku, biarkanlah aku yang akan memohonkan kepada Allah agar diturunkan hujan bagi kalian”. tak lama kemudian setelah Al-Habib Sholeh menengadahkan tangan kelangit, seraya membaca do’a memohon kepada Allah meminta hujan, maka tidak berselang lama, hujan pun turun begitu derasnya. Banyak yang meyakini, bahwa beliau merupakan seorang wali yang dekat Nabi Khidir as, Al-Habib Sholeh tercatat sebagai peletak batu pertama pembangunan Rumah Sakit Islam di Surabaya. Bahkan beliau juga diangkat sebagai kepala penasihat di rumah sakit tersebut. Beliau juga pernah menjabat sebagai ketua takmir Masjid Jami’ di kota Jember. Konon pembangunan masjid jami’ tersebut dapat diselesaikan dalam waktu singkat berkat do’a dan keikutsertaan beliau dalam peletakan batu pertama.
  Pada suatu ketika seorang pecinta beliau bernama haji Abdurrasyid mewakafkan tanahnya. Selanjutnya di atas tanah wakaf ini dibangun sebuah masjid yang di beri nama Riyadhus Shalihin. Di masjid inilah yang menjadi pusat semua kegiatan dakwah beliau lakukan. Dan sepeninggal Al-Habib Sholeh kegiatan tersebut tetap dilanjutkan oleh keturunan beliau sampai saat ini.
  Menjelang kewafatannya beliau sering mengatakan kepada keluarganya,” saya minta maaf, sebentar lagi saya akan pergi jauh. Yang rukun semuanya ya, kalau saya pergi jangan sampai ada permusuhan diantara kalian”. Waliyullah yang selalu do’anya dikabul itu wafat pada hari ahad 9 Syawal 1396 H, bertepatan dengan tahun 1976 M dalam usia 83 tahun. Beliau meninggalkan 6 putra-putri, yaitu : Habib Abdullah , Habib Muhammad , Syarifah Nur, Syarifah Fatimah, Habib Ali, Syarifah Khadijah. Ribuan manusia berbondong-bondong bertakziyah di kediaman beliau untuk memberikan penghormatan terakhir, jalan, lorong dan gang disekitar kediaman beliau penuh sesak oleh manusia yang datang. Shalat jenazah pun dilakukan secara bergiliran sebanyak tiga kali, karena tempat yang tersedia tidak mampu membendung luapan manusia yang datang. Jasad beliau dimakamkan disamping Masjid Riyadhus Shalihin, Tanggul, Jember, Jawa Timur.
  Dalam surat takziyahnya seorang auliya panutan bani alawi saat ini, yang juga merupakan sahabat Al-Habib Sholeh Tanggul, Al-Imam Al-Habib Abdul Qadir bib Ahmad Assegaf (Jeddah-Saudi Arabia)” Al-Habib Sholeh telah meninggalkan kita, disaaat kita membutuhkan do’a, bimbingan dan perhatiannya, namun Allah telah berkehendak lain, Allah telah memilihkan beliau kenikmatan abadi di sisi-Nya bersama penghulu seluruh umat manusia, Rasulullah SAW”.  
  
http://nurulmusthofa.org/new/index.php?option=com_content&task=view&id=50&Itemid=4

Read More

Kamis, 25 September 2008

Lailatul Qadr Di Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan

23.05.00 0
Kontributor: Munzir Almusawa  
Thursday, 25 September 2008 
Lailatul Qadr Di Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan 
Senin, 22 September 2008 

قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ (صحيح البخاري 

Sabda Rasulullah saw :
“Tunggulah dan temuilah Lailatul Qadr pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir dibulan ramadhan” (Shahih Bukhari)


عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ أُنَاسًا أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ وَأَنَّ أُنَاسًا أُرُوا أَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْتَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ 

Dari Ibn Umar ra : sungguh seseorang diperlihatkan malam lailatulqadr adalah pada tujuh malam terakhir, dan orang lain diperlihatkan malam lailatulqadr pada sepuluh malam terakhir, maka bersabda Rasulullah saw : "Temuilah ia (malam lailatul qadar) pada tujuh malam terakhir" (Shahih Bukhari)



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
Limpahan puji kehadirat Allah SWT Yang Maha Menyatukan kita di malam yang agung, sebagaimana sabda beliau saw yang telah kita dengar : "Temuilah dan jumpailah kemuliaan malam lailatulqadr di malam malam ganjil di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan". Demikian sabda Sang Nabi saw yang diberikan kepadanya kemuliaan ramadhan, kemuliaan Al-qur’an, kemuliaan lailatulqadr dan diwariskan kepada umat beliau…, Sayyidina Muhammad Saw.

(beliau saw adalah) Manusia yang paling terang-benderang dengan cahaya Ramadhan, manusia yang paling berhasil melewati keagungan Ramadhan, lambang kemuliaan Al-qur’an, panutan tunggal untuk semua mereka yang berqudwah (beracuan) kepada Al-qur’an. Wajah yang terang-benderang mengajarkan keluhuran sepanjang waktu dan zaman tiada Allah munculkan bimbingan-bimbingan beliau yang ucapannya, budi pekertinya, gerak-geriknya merupakan gelombang rahmatnya Allah untuk umat beliau sepanjang masa dan generasi. 

Sayyidina Muhammad Saw seraya bersabda “temuilah dan kunjungilah kemuliaan malam lailatulqadr di malam malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan”. 10 malam hari terakhir adalah pendapat yang paling tsigah (kuat) tentang datangnya kemuliaan lailatulqadr. Ada apa di lailatulqadr? Ialah khairun min alfi syahr, yang beribadah di malam itu, Allah kalikan ibadahnya lebih daripada 1000 bulan. 1000 bulan kalau dihitung kira kira 82 – 83 tahun. Yang beribadah di malam itu, Allah lipatgandakan ibadahnya selama 1000 bulan. Kalau ia sujud di malam itu melakukan shalat tarawih 20 rakaat maka ia dihitung melakukan tarawih tiap malam selama 1000 bulan. Mereka yang bertaubat di malam itu maka Allah hitung pahalanya bertaubat tiap malam selama 1000 bulan. Demikian agungnya malam lailatulqadr.

tentunya ikhtilaf sudah sering saya sebutkan ada yang bilang di malam nishfu sya’ban, ada yang bilang di malam 1 ramadhan, akan tetapi pendapat jumhur (terbanyak) yang terkuat ialah di 10 malam terakhir di bulan ramadhan. 

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Sayyidina Abdullah bin Umar ra meriwayatkan juga di dalam Shahih Bukhari bahwa para sahabat bermimpi, menunjukkan mimpi dijadikan hujjah oleh Rasulullah saw. Bermimpi lalatulqadr itu di 10 malam terakhir , lantas sahabat lain ada juga yang mimpi lailatulqadr itu di 7 malam terakhir. Maka Rasul saw meneruskan sabdanya “kalau begitu temuilah ramadhan itu di 7 malam yang terakhir”. 7 malam terakhir mulai malam ini, malam 23 ramadhan. Malam ini sudah masuk 7 malam terakhir bulan ramadhan. Oleh sebab itu kemungkinan kalau kita gabungkan sedemikian banyak riwayat bahwa lalatulqadr munculnya di malam ganjil dan ia hanya tinggal 5 malam karena malam ganjil, 10 malam terakhir dan dari 10 malam terakhir tinggal 5 malam saja. Kalau 7 malam terakhir sudah tinggal 3 malam, malam 23, malam 25, malam 27 dan malam 29 kalau belum takbir. Bisa 4 malam dengan malam ini, masih ada malam 25, malam 27, malam 29. Malam ini berpadunya 2 riwayat yaitu riwayat 10 malam terakhir di malam ganjil termasuk malam ini juga dan 7 malam terakhir di malam ganjil termasuk malam ini juga. Yang 3 malam terakhir lainnya di bulan ini dan setelah itu selesailah kesempatan kita mendapatkan malam lailatulqadr.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari mensyarahkan hadits ini menunjukkan bahwa beliau mengumpulkan sedemikian banyak riwayat dan memunculkan fatwa, maksud dari 2 hadits ini bukan bertentangan. Riwayat yang pertama bilang 10 malam terakhir dan yang lainnya bilang 7 malam terakhir tapi Rasul saw memilih yang lebih ringan bagi umatnya yaitu 7 malam terakhir. Subhanallah!! (padahal) 10 malam terakhir beliau sudah berjihad untuk ber i’tikaf meninggalkan segala galanya, masuk ke masjid I’tikaf 10 hari yang terakhir. Tapi untuk umatnya beliau saw berikan 7 malam yang terakhir menunjukkan lailatulqadr itu diposisikan di 7 malam terakhir oleh Sayyidina Muhammad Saw. 

Oleh sebab itu Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani memunculkan banyak riwayat dari hadits hadits yang tsigah tentang ciri ciri malam lailatulqadr. Malam itu tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas, hawa di malam itu tidak panas dan tidak dingin dan hawanya berbeda. Hawanya aneh dan mencekam, hawanya berbeda dari malam malam yang lain dan di malam itu ditutupi dengan kabut namun bukan berkabut tapi bintang bintang di langit tidak terlihat. Karena apa? karena banyaknya para malaikat yang diturunkan oleh Allah Swt. Allah Swt menurunkan para malaikat dan JIbril as di malam lailatulqadr. Di dalam Fathul Bari dijelaskan bahwa malam itu jumlah malaikat yang turun lebih banyak dari jumlah batu di muka bumi, menunjukkan banyaknya para malaikat yang turun di malam lailatulqadr. Allah menurunkannya untuk apa? untuk membagikan rahmat dan mendoakan umat Nabi Muhammad saw dan menyaksikan mereka yang beribadah di malam lailatulqadr. 

Beruntung orang yang bertaubat di malam lailatulqadr, yang dapat pahala taubat sebanyak setiap malam selama 1000 bulan. 83 tahun taubat setiap malam, kalau ia melakukan taubatnya di malam lailatulqadr. 

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Rahasia kemuliaan ramadhan hanya tinggal 7 malam hari lagi dan setelah itu ramadhan meninggalkan kita. Maka kita bermusabaqah, berlomba lomba menuju malam terakhir untuk berkonsentrasi pada anugerah Illahi. Jangan sampai tertipu dengan tipuan tipuan syaitan yang justru menggoda untuk memakmurkan Idul Fitri yang hal itu sunnah tapi membuat kita lupa pada kemuliaan 10 malam terakhir. Repot dengan memakmurkan Idul Fitri tapi meninggalkan kemuliaan 10 malam terakhir dan berhati hatilah.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Juga malam malam mulia ini, mukminin mukminat masih gembira dengan kejadian Fatah Makkah. Kejadian yang sangat agung, dimana kemenangan itu terjadi untuk kemenangan muslimin hingga akhir zaman. Makkah Al Mukarramah tidak akan pernah dikuasai oleh kuffar hingga hari kebangkitan bahkan tidak bisa diinjak dan dimasuki oleh dajjal sampai terbitnya matahari dari Barat. Kemenangan agung itu terjadi pada tanggal 20 ramadhan. Diawali dengan kejadian hudaibiyah tahun 6 H. Perjanjian hudaibiyah terjadi pada tahun 6 H yang terjadi padanya bai’at hudaibiyah yang lebih mahsyur dengan sebutan “Bai’aturridhwan”. Disaat itu Rasul saw di medan hudaibiyah sudah melihat kota Makkah, dekat sekali dengan Makkah dan dalam Sirah Ibnu Hisyam dikatakan sudah masuk wilayah Al Haram tapi belum masuk di kota Makkah yang ada saat itu. Mereka sudah melihat Makkah tapi ditahan untuk masuk ke Makkah oleh pasukan quraisy. Maka diadakan perjanjian hudaibiyah dengan orang orang kuffar quraisy. Perjanjian yang sangat berat sebelah dan menyakiti hati muslimin. 

Ketika datang salah seorang utusan quraisy untuk mengadakan perjanjian dengan Sang Nabi saw maka Rasul saw sepakat. Perjanjian apa? perjanjian damai untuk tidak saling menyerang antara quraisy dan muslimin. Rasul saw setuju dan beliau adalah orang yang paling suka berdamai. Maka ketika Rasul saw mengeluh Yaa Wayha Qureisy…, kenapa dengan quraisy ini?, qad akalat humul harb, terus saja maunya peperangan, maunya kekerasan, Hancur sendiri dengan keinginan mereka untuk selalu berbuat peperangan, madza alayhim law khalla bayni wa bayna saa'iril arab..?? apa yang membuat mereka rugi kalau membiarkan kedamaian, Biarkan aku untuk meluaskan kedamaian di seluruh Jazirah Arab". Demikian ucapan Sang Nabi saw. 

Akhirnya datang salah seorang utusan quraisy untuk menyetujui perdamaian, tapi perdamaian yang tidak seimbang. Rasul saw berkata “Tulis perjanjian wahai Ali" Sayyidina Ali bin Abi Tholib kw menulis dengan perintah Rasul saw : “Bismillahirrohmaanirrahim”. Orang quraisy bertanya “apa itu Arrahman Arrahim? kami tidak kenal?”. Rasul saw berkata “baiklah, hapus…, tulis Bismika Allahumma, jangan Arrhman Arrhim”. Sayyidina Ali kw terdiam maka Rasul saw berkata “ hapus, (arrahman arrahim) ikuti apa yang mereka mau”. Lantas Rasul saw meneruskan lagi “dari Muhammad Utusan Allah”. Orang quraisy bertanya “apa itu Rasulullah? Kami tidak akui itu, hapus!”. Sayyidina Ali kw gemetar seraya berkata “aku tidak mampu menghapus kalimat Rasulullah”. Akhirnya Rasul saw yang menghapus dengan tangannya maka disaat itulah para sahabat mulai sedih. 

Perjanjiannya apa? tidak boleh saling menyerang. Kalau orang orang quraisy datang (mereka yang masih kecil atau wanita yg masih berada di dalam kekuasaan walinya) datang mengikuti Sang Nabi saw maka harus dikembalikan kepada quraisy. Maksudnya yang masih kecil dan wanita terkecuali diijinkan oleh walinya. Kalau walinya mengijinkan masuk islam maka boleh masuk islam, kalau tidak maka harus dikembalikan ke Makkah. Tapi kalau orang muslim walaupun anak kecil atau wanita balik ke Makkah ikut quraisy, tidak boleh dilarang. Setuju kata Rasul saw. Orang orang muslim kecewa. Berkata Sayyidina Umar bin Khattab ra kepada Sayyidina Abu Bakar Ashshidiq ra “Ya Abu Bakar bukankah beliau itu utusan Allah yang mulia”, “betul” kata Sayyidina Abu Bakar ra. “Bukankah kita ini muslimin?”, “betul” kata Sayyidina Abu Bakar ra. Dijawab lagi oleh Sayyidina Umar ra “bukankah mereka itu musyrik?”, Sayyidina Abu Bakar Ashshidiq berkata “betul, kita beriman kepada Allah dan Rasul Nya”. Sayyidina Umar berkata “betul, mari kita menghadap Rasul saw”. Bertanya kepada Rasul saw “Ya Rasulullah bukankah engkau ini utusan Allah?”, Rasul saw menjawab dengan senyumnya “betul”. “Bukankah kami ini muslimin?”, “betul” jawab Rasul saw. “Lalu mereka itu kan orang orang musyrik” maka Rasul saw berkata “betul”.

Allah turunkan ayat ketika Rasul saw dalam keadaan risau harus menerima perintah Allah swt untuk bersabar tidak menyerang mereka. Padahal kejadian ini di tahun 6 H sudah terjadi kemenangan badr al kubra, sudah terjadi kemenangan khaibar. Kenapa Rasulullah saw masih tidak menginginkan mencekal saja Makkah Al Mukarramah yang sudah di ujung mata?. Ternyata disitu ada 1500 muslimin siap untuk menguasai Makkah tapi ternyata tidak diijinkan quraisy dan perintah Allah untuk kembali ke Madinah. Janji damai dengan muslimin. Maka disaat itu mereka mengadakan bai’at disebut bai’atul ridhwan. Mereka bersabar. Allah swt berfirman “Allah sudah ridho kepada orang – orang mukmimin” (QS.Al Fath 18). Siapa mereka? mereka yang bersumpah setia padamu dibawah pohon di medan hudaibiyah untuk setia kepadamu. Allah Maha Tahu apa yang ada di hati mereka. Apa yang ada dihati mereka? Perang.. Kami muslimin, kami punya kekuatan, kami siap, kenapa kita harus ikut dengan perjanjian yang berat sebelah dengan orang - orang musyrik. Tapi Allah swt turunkan ketenangan untuk jiwa mereka ,dan mereka pun kembali tenang karena mereka taat kepada Nabinya, Allah berikan kemenangan dalam waktu dekat. 

Juga Allah Swt berfirman pada kejadian itu “kalian nanti akan masuk menguasai Masjidil Haram dalam keadaan damai dengan ijin Allah dan Allah tambahkan lagi sungguh mereka yang sumpah setia denganmu, mereka telah berbai’at kepada Allah. Tangan Allah diatas tangan mereka”.( QS Al Fath 10) Tentunya yang dimaksud bukan tangan seperti tangan kita, namun tangan disitu maksudnya pertolongan dan perlindungan Allah berada diatas mereka (orang orang yang sumpah setia kepada Sayyidina Muhammad saw). 

Ayat ini pernah dibaca oleh Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh di majelis ini beberapa tahun yang silam. Beliau menyebutkan ayat ini dan beliau menyampaikan syarahnya bahwa sampai malam ini Sang Nabi saw masih menanti sumpah setia dari umatnya (saw) yang mau bersumpah setia kepada beliau saw. Beliau mengatakan tangan beliau saw, tentunya yang jasadnya sudah wafat 14 abad yang silam tapi ruh beliau tetap menanti jiwa jiwa yang setia dan mau membela dakwah beliau saw. Semoga aku dan kalian diantara mereka.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan setelah kejadian itu, 2 tahun kemudian Fattah Makkah. Muslimin mulimat 10.000 jumlahnya memasuki Makkah tidak ada satupun kuffar quraisy yang berani angkat senjata. Mereka menguasai Makkah Al Mukarramah dengan kedamaian dan dengan segala ketundukkan dan pasrahnya quraisy. Tidak bisa berbuat apa apa quraisy, 10.000 muslimin. Dan disaat itu Rasul saw berkata “yang masuk ke rumah Abu Sofyan aman, yang masuk ke rumah fulan musuh orang orang kuffar quraisy aman, masuk ke tempat tokoh tokoh quraisy aman, yang masuk ke Masjidil Haram aman”. Subhanallah!!.

Ayah dari Abu Bakar Ashshidiq ra, Abu Quhafa tidak mau masuk islam. Rasul saw berkata “biarkan aku datang kepadanya”. Abu Bakar ra berkata “tidak pantas ya Rasulullah kau datangi dia, dialah yg akan ku bawa kesini”. Maka Rasul saw berkata “biar aku datang kepada ayahmu”. Datanglah Rasul saw kepada musyrik yang bernama Abu Quhafah ini, dan ketika didatangi ia mendapat hidayah dengan meilhat wajah Rasulullah saw yang kemudian mengucapkan syahadat. Demikian indahnya budi pekerti Nabiyyuna Muhammad saw.

Hadirin hadirat kemenangan Fattah Makkah masih bergema hingga malam ini, hingga kita semua masih menjadikan Makkah sebagai Kiblat dan Masjidil Haram dipenuhi dengan muslimin muslimat. Tiada berhenti tawafnya, ruku’ sujudnya. Demikian berkat kemenangan orang orang yang taat kepada Sang Nabi saw. Sang pembawa kedamaian dunia dan akhirat.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Malam malam terakhir di bulan ramadhan ini tentunya kita isi dengan renungan dzikir dan ibadah untuk mengingat kembali keagungan dankasih sayang Ilahi kepada kita. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, ketika salah seorang pemuda mengadu kepada Rasul saw karena ia telah berbuat dosa dengan salah seorang wanita. Ia berkata “aku berbuat segalanya selain zina ya Rasulullah, silahkan hukum aku”. Rasul saw berkata “Kenapa?”, ia pun menjawab “mau taubat, mau menebus dosa”. Lihat bagaimana akhlak Sang Nabi saw kepada para pendosa. Aku telah berbuat segalanya selain zina, silahkan ya Rasulullah hukum aku. Mau dicambuk, mau dirajam, mau dipenggal, aku ingin tebusan dosa. 

Lihat manusia yang paling mulia akhlaknya, beliau melihat hamba yang ingin dekat kepada Allah dan ingin taubat. Beliau saw terdiam, maka Allah swt menurunkan firmannya “sungguh semua dosa dosa akan lebur dengan pahala”. Kenapa? karena pendosa ini mengadu kepada Nabiyyuna Muhammad saw. Ia mengadu kepada Rasulullah, pintu rahmatnya Allah dan manusia yang paling berkasih sayang. Lantas pemuda ini berkata “ya Rasulullah itu untukku sendiri?”, lihat kekuatan cinta Sang Nabi saw membuka rahmatnya Allah hingga akhir zaman, Rasul saw berkata “ini untuk seluruh umatku sampai ke akhir zaman”. 

Kenapa bisa sampai terjadi kejadian ini, ketika salah seorang yang telah berbuat dosa namun memiliki cinta yang kuat kepada Sang Nabi saw. Mengadu ia kepada Rasulullah saw. Gara gara pengaduan itu, orang orang mengadu karena cinta. Kalau tidak ia cinta kepada Rasul saw, takkan berani ia mengadukan dosanya kepada Rasul saw. Orang yang paling benci perbuatan dosa dari semua orang adalah Nabiyyuna Muhammad saw. Memang beliau (saw) dibangkitkan untuk melebur dosa, memang beliau (saw) dibangkitkan untuk orang orang agar menghindari dosa, mana berani ia berhadapan langsung dan bicara langsung dengan Rasul saw untuk mengemukakan dosa dosanya. Akan tetapi hadirin hadirat karena cintanya ia percaya bahwa orang yang dihadapannya ini (Nabiyyuna Muhammad saw) adalah orang yang paling berkasih sayang dari semua ciptaan Allah. Dari sebab itu Allah jadikan terbuka rahmat baginya dan seluruh umat Nabi Muhammad saw. Demikian Allah mengalirkan cahaya kemuliaan dari perbuatan orang orang yang mencintai Rasulullah saw.

Diriwayatkan di dalam riwayat yang tsigah ketika salah seorang pemuda yang sangat mencintai Rasul saw. Baru masuk islam dan ia setelah duduk bersama Rasul saw dan kemudian keluar ke suatu tempat, melihat aurat seorang wanita dan ia tidak berpaling, dilihat saja. Setelah itu ia teringat, menyesal dan bertaubat. Airmatanya mengalir tapi berbeda dengan pria yang tadi, ia malu bertemu dengan Rasul saw. Ia pergi ke suatu tempat diatas bukit tidak mau turun. Sehari, dua hari, tiga hari, Rasul saw dapat kabar dari Jibril as Rasul saw bertanya “mana itu si fulan? tidak pernah hadir lagi sholat berjamaah, tidak pernah lagi hadir di majelis?”. Dicari kerumahnya, keluarganya berkata “ia naik ke atas bukit, konon mau bertaubat”. Sayyidina Abu Bakar Ashshidiq ra diutus untuk melihatnya dan ternyata pemuda itu sedang menangis. Ditanya oleh Abu Bakar ra “kenapa engkau ini?”, pemuda itu menjawab “aku punya dosa”. Sayyidina Abu Bakar ra berkata lagi “ya sudah sekarang menghadap kembali kepada Rasul saw”, pemuda itu menjawab “aku tidak berani melihat wajah Rasulullah, “mataku telah berbuat dosa, mataku ini tidak pantas lagi melihat wajah Rasulullah saw”. Abu Bakar Ashshidiq ra berkata “urusan adab dan malumu singkirkan dulu, kau diperintah oleh Rasulullah untuk datang”. 

Maka pemuda itu ikut bersama Sayyidina Abu Bakar Ashshidiq ra sampai Rasul saw sedang melakukan shalat maghrib berjamaah. Ia dengar suara Rasulullah saw membaca Surat Al Fatihah. I roboh Dari malu dan takutnya untuk berjumpa dengan Rasul saw. Abu Bakar Ashshidiq ra mendirikannya, menyuruhnya berdiri “ayo terus sampai kau ikut sholat berjamaah”. Selesai sholat ia hanya terdiam ditempatnya, orang satu persatu pergi dan pergi dan tinggallah ia sendiri. Rasul saw berkata “mendekatlah engkau”, pemuda itu menjawab “baiklah ya Rasulullah”. Sampai ia dekat dengan Rasul saw dan pahanya dekat dengan pahanya Rasul saw, ia tidak berani mengangkat kepala untuk melihat wajah Nabi Muhammad saw. Rasul saw berkata “angkat kepalamu, pandanglah aku” maka pemuda itu mengangkat kepalanya sedikit, airmatanya mengalir dan ia menunduk menangis di pangkuan Sang Nabi saw dan pemuda itu wafat. Allah swt wafatkan pemuda itu di pangkuan Rasulullah saw. Rasul saw mengangis, berkata Abu Bakar Ashshidiq ra “aku melihat airmata Rasulullah jatuh di atas kepala pemuda itu saat ia menciumi paha Sang Nabi saw hingga wafat di pangkuan Rasul saw”. Maka para sahabat berkata “kami ini berjihad siang dan malam tapi tidak kebagian wafat di pangkuan Rasul saw”. Kenapa? cintanya kepada Rasulullah saw dan kita lihat bagaimana kasih sayangnya Sang Nabi saw kepada orang yang telah berbuat salah padahal beliau orang yang paling benci dengan perbuatan dosa. Akan tetapi bagaimana indahnya ucapan Allah “Sunguh engkau berada pada akhlak yang agung ” (QS AL Qalam 5).

Demikian hadirin hadirat,
Kita melihat keindahan keindahan Sang Nabi saw dan ingatlah yang menciptakan Nabi Muhammad saw yaitu Yang Maha Indah Allah.. Allah …Allah... Nama yang menciptakan keindahan, Nama yang menamakan dirinya Arhamarrahimin, Yang Masih Tetap Menyediakan Pengampunan Nya di yaumal qiyamah kepada para pendosa lewat syafa’at Nabi Muhammad saw. Syafa’at Nabi Muhammad saw tentunya adalah bentuk kasih sayang Allah. Kita berkata koq Nabi Muhammad saw diberi kemuliaan syafa’at disaat orang orang masuk neraka dan hanya beliau sendiri yang diberi kemuliaan syafa’at dan Nabi yang lain tidak. Apakah beliau saw diberi kemuliaan lebih dari Allah kasih sayangnya?. Bukan begitu, justru Nabi Muhammad saw itu bentuk kasih sayang Illahi. Ingatlah yang Maha Berkasih Sayang

Kita bermunajat kepada Allah swt yang barangkali malam ini adalah malam lailatulqadr. Hadirin betapa agungnya orang yang memanggil Nama Allah Ya Allah di malam lailatulqadr karena ia akan tertulis selama 1000 bulan. Berdzikir memanggil Nama Allah dalam doa dan munajat Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya 

Hadirin – hadirat, hadirkan dalam dzikirmu penyesalan kita atas dosa dosa kita, jika malam ini malam lailatulqadr kita bertaubat kepada Allah, dihitung 1000 bulan kita bertaubat kepada Allah swt. Jangan dengarkan bisikan syaithan yang berkata kau taubat malam ini, besok kau maksiat lagi. Urusan besok lain lagi. Malam ini kita bertaubat kepada Allah sisanya kita pasrahkan kepada Allah dan mohon diberi kekuatan oleh Allah agar tidak kembali lagi kepada maksiat. Dan kalau kita kembali lagi kepada maksiat, Allah swt tidak bosan bosan untuk menerima taubat kita. Maka jadikan setiap lafadh Allah adalah taubat kita kepada Allah dan mengadukan dosa dosa kita kepada Allah.

Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama)Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Fakullu jami’an Laaillahailallah Laaillahailallah Laaillahailallah Laaillahailallah Muhammadurrasulullah Saw. Ya Rahman Ya Rahim jadikanlah kami orang orang yang dipastikan mendapatkan kemuliaan malam lailatulqadr , jadikan kami orang yang dipastikan bebas dari api neraka, terbitkan kebahagiaan dan kemakmuran dalam kehidupan kami, pastikan kami dilimpahi kemakmuran dan keluasan dunia dan akhirat, jangan sisakan satu nama kami semua kecuali kau pastikan kemakmuran bagi kami dunia dan akhirat, pastikan kami semua wafat dalam khusnul hotimah, Ya Rahman Ya Rahim

Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shobhihi wa Sallam.
Walhamdulillahi Robbil Alamin.
Read More

Jumat, 05 September 2008

Rasulullah SAW Adalah Orang Yang Paling Dermawan

22.56.00 0
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ (صحيح البخاري 

“Berkata Ibn Abbas ra : Bahwa Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi saat ramadhan, ketika dijumpai Jibril (as), yang mengunjungi beliau setiap malam dibulan ramadhan, dan mengajarkan beliau saw Alqur'an, maka sungguh Rasulullah saw lebih dermawan dalam berbuat baik daripada angin yang berhembus" (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Limpahan puji kehadirat Allah Swt yang telah mendekat kepada kita dengan ramadhan, yang telah merangkul kita dalam kasih sayang – Nya di bulan ramadhan, yang telah memangku kita dengan kelembutan dan rahmat dan pengampunan, membersihkan kita dari dosa dan kesalahan, memaafkan kita dari segala kesalahan dan kealpaan dan melipatgandakan amal pahala kita agar kita lebih cepat kepada Allah Swt, agar lebih cepat kepada Mahabbatullah, agar lebih tinggi tempatnya di surga, agar lebih megah istananya di surganya Allah. 

Diberikanlah kepada kita ramadhan yang datang pada kehidupan kita setiap tahunnya. Mulai terbitnya bulan di malam 1 ramadhan hingga terbenamnya 1 malam penuh, maka di siang dan malamnya gelombang rahmat Illahi menghapus dosa – dosa hamba – Nya, mengangkat derajat mereka setinggi – tingginya, menuntun mereka pada kedekatan kehadirat Allah Jalla wa Alla.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Inilah bulan agung, inilah bulan memperbanyak sujud, inilah bulan kedermawanan Illahi, inilah bulan cinta Allah, inilah bulan rindu Allah, inilah bulan pelampiasan merindukan Allah, inilah bulan Allah melampiaskan cintanya kepada kalian. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, Rasul Saw bersabda “barangsiapa yang berpuasa di bulan ramadhan dengan iman (maksudnya muslim, bukan orang – orang muslim) dan bersungguh – sungguh ia (Rasul saw tidak menyebutkan harus sempurna, harus tidak boleh melihat maksiat, harus tidak boleh mengucapkan yang jahat, harus tidak boleh) namun semampunya, karena Rasul Saw meminta kita untuk berjuang semampunya”.

Allah Swt berfirman “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS.2:286) dan sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, Rasul saw bersabda “beramallah menurut kemampuan kalian”. Dalam hadits lainnya juga dalam riwayat Shahih Bukhari “paksa diri kalian sampai batas kemampuan”. Jadi dengan memakai ayat itu, ayat bahwa ada paksa kecuali sampai batas kemampuan untuk dalil malas tapi Rasul saw berkata “paksa semampu kalian dan jangan lebih dari itu”. Maksudnya paksa apa? paksa untuk memerangi kemalasan kita. Kalau sudah sampai batas tidak mampu tidak ada paksaan lagi. 

Semampu kita, barangsiapa yang berpuasa ramadhan dengan iman dan dengan sungguh – sungguh semampunya, berusaha menjaga bibirnya untuk tidak membicarakan orang lain, kelepasan juga segera beristighfar dan menyesalinya dan menggantinya dengan banyak berdzikir agar menghapus dosa itu. Mata, tangan, kaki berbuat, terjebak pada dosa, jangan putus asa. Percuma aku nanti karena aku sudah membicarakan orang lain karena itu kelepasan berarti puasaku ini tidak usah sungguh – sungguh lagi karena tidak ada pahalanya. Bukan demikian, ia berusaha semampunya dan Allah menghapus dosanya yang telah lalu, karena apa? Karena perjuangannya menahan puasa untuk dekat kepada Allah. 

Haditsnya hampir sama cuma beda huruf, (Sin) dengan (Kaf) kalau yang tadi “sama” tapi yang ini “kama”. Barangsiapa yang bangun malam untuk shalat malam, dan bersungguh – sungguh ia melakukannya, Allah hapus juga dosa – dosanya yang telah lalu. Siang hari disiapkan pengampunan, malam hari ditumpahi pengampunan. Inilah siang dan malamnya bulan ramadhan. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasul Saw bersabda “amal dari umatku ini pahalanya dikalikan 10X lipat sampai 700X lipat”. 

Jika niat berbuat baik diberi 1 pahala, jika ia melakukannya dikalaikan 10X sampai 700X lipat. Ada satu hadits dhaif yang meriwayatkan bahwa barangsiapa yang berpuasa di bulan ramadhan, pahalanya dikalikan 700X lipat. Haditsnya dhaif, tetapi para muhaddits memperkuat hadits itu dengan hadits riwayat Shahih Bukhari yang saya sebut tadi bahwa amal umat ini dilipatgandakan hingga 700X lipat. Maka para muhaddits menemukan yang paling berhak waktu untuk mendapatkan amal 700X lipat itu dimana? yakni di bulan ramadhan. Maka hadits dhaif tadi diperkuat oleh hadits Shahih Bukhari naik derajatnya menjadi hasan. 

Jelas sudah orang yang beramal di bulan ramadhan dikalikan 700X lipat pahalanya, sebagaimana sabda Sang Nabi saw “orang yang beramal dari umatku, pahalanya dilipatgandakan sebanyak 10X sampai 700X lipat”. Mana yang 700X lipat yaitu di bualn ramadhan, mana yang 10X lipat yaitu di hari – hari biasa. Kalau berbuat dosa dituliskan 1 dosa saja. Demikian dermawannya Allah Swt. Demikian indahnya Allah Swt memperindah keadaan kita. 

Malam ini Insya Allah semuanya melakukan tarawih, berapa rakaat, 20 rakaat. 1400 rakaat kita sudah ditulis pahalanya oleh Allah Swt di malam ini. 1400 rakaat itu berarti 2800X sujud dan pahalanya 20 rakaat tarawih itu 2800X sujud karena 1 rakaat 2X sujud kalau 20 rakaat berarti 40X sujud. Orang yang melewati ramadhan tidak meninggalkan tarawih berarti sekitar 1200X bersujud pada Allah, kalikan 700. Demikian hadirin - hadirat dermawannya Allah Swt. Berapa lama kita tarawih, paling hanya 1 jam, kalau baca dengan 1 juz barangkali hanya mencapai 1,5 jam sampai 2 jam itu pun sudah maksimal. Berapa pahalanya? 2800X sujud kepada Allah, 1400 rakaat.

Seumur hidup belum tentu kita bisa melakukan shalat 1400 rakaat, terkecuali imam – imam besar kita yang terkenang diantaranya Imam Ali Zaenal Abidin As-sajjad Ibn Husein Ibn Ali bin Abi Tholib melakukan shalat malam 500 rakaat berarti 1000X sujud, diikuti oleh Imam Syafii karena sanad Imam Sayafii bersambung kepada Imam Ali Zaenal Abidin dari gurunya Imam Malik bin Anas bin Malik, Imam Malik bin Anas bin Malik berguru kepada Sayyidina Nafiq Ra dan Imam Nafiq berguru pada Ja’far Shodiq Ra dan Ja’far Shodiq berguru kepada Muhammad Bafadhol Banqil dan Muhammad Bafadhol Banqil kepada Ali Zaenal Abidin As-sajjad. Ada sanad yang lebih dekat lagi, dalam sanad – sanad yang lainnya Imam Syafii melakukan shalat malam bukan ramadhan, malam – malam lain yakni 500 rakaat berarti 1000X sujud. Kita melewati 20 rakaat, 25X lipat dari itu yang dilakukan oleh Imam Ali Zaenal Abidin dan imam – imam besar kita setiap malam.

Hadirin – hadirat inilah malam untuk memperbanyak sujud, inilah ibadah yang sangat mulia yang telah diajarkan oleh Rasul saw riwayat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim “Allah haramkan api neraka untuk keturunan Adam ini membakar anggota sujudnya”. Anggota sujudnya tidak disentuh api, Allah memanjakan anggota sujudnya, anggota tubuh yang dipakai sujud kepada Allah. Demikian cintanya Allah Swt memanjakan hamba-Nya yang bersujud.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Tentunya ahlussunnah wal jamaah melakukan tarawih 20 rakaat yang dibawah jumlah itu, tidak ada satu mahdzab pun yang melakukannya. Seluruh mahdzab 20 rakaat, tidak ada mahdzab yang dibawah 20 rakaat. Mahdzab Imam Malik 36 rakaat, mereka yang melakukan 8 rakaat silahkan saja, karena itu shalat sunnah bukan shalat fardhu. Kalau fardhu tidak bisa tambah dan kurang, kalau shalat sunnah dikurang-kurangi 2,4 sampai 6 rakaat, orang semakin ingin banyak bukan semakin ingin mengurangi. Tapi tentunya lebih baik daripada tidak. Untuk orang tua, orang yang sibuk semampunyaberapa rakaat, silahkan saja, jangan dilarang. Tapi kalau secara umum tidak satu mahdzab pun yang melakukan dibawah 20 rakaat.

Hadirin – hadirat di dalam pelaksanaan shalat 20 rakaat, hal ini ada banyak cara. Cara yang diantaranya melakukannya dengan cepat, diantaranya melakukannya dengan membaca juz, diantaranya melakukannya dengan berjuz – juz. Di zaman para sahabat ra ada yang melakukan shalat tarawih sendiri, dirumah sendiri tapi bukan di mahdzab syafii. Para sahabat ada yang melakukan tarawih sendiri, meninggalkan perkumpulan karena lari daripada fitnah dan perpecahan. Sehingga Imam Ibn Hajar Al Asqalani mensyarahkan di dalam Fathul Bari sebagian sahabat setelah wafatnya Rasul Saw, masuk kerumahnya dan tidak pernah keluar terkecuali jenazahnya wafat satu – persatu, sekian puluh tahun kemudian mereka tidak pernah keluar dari rumah dan terus uzlah dan berkhalwat.

Hadirin – hadirat ada juga yang melakukan dengan membaca 1 juz, disana di tarim, hadramaut tempat guru mulia kita Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh ada 2 cara yaitu dengan membaca 2 juz yakni di tempat beliau di Darul Musthofa, beliau membaca 2 juz dan setelah itu hadir di Masjid Ba’alawi yang melakukan 20 rakaat dengan sangat cepat. Dan kedua - duanya mempunyai dalil, yang melakukan shalat sunnah dengan memperpanjang bacaan Alquran tentunya sudah jelas dan banyak dalilnya. Dan yang melakukan dengan cepat juga Rasulullah saw sering melakukannya. 

Shalat sunnah (shalat dhuha, shalat qabliatul fajr) demikian riwayat Shahih Bukhari dan shalat sunnah lainnya dilakukan dengan cepat. Hingga berkata periwayat itu, demikian cepatnya Rasul saw seakan – akan tidak membaca fatihah dari cepatnya shalat beliau saw dan menunjukkan bagi orang yang melakukan shalat cepat ada dalilnya. Tapi tentunya jangan sampai melebihi kadar tuma’ninah. Tuma’ninah itu adalah salah kali ucapan Subhanallah. Kalau dia ruku’ membaca Subhanallah kemudian berdiri lagi dan sepanjang itu cukup sudah sah, kalau kurang tidak sah shalatnya. Jadi kalau cepat tarawihnya tidak sembarang orang dan hati – hati dengan tuma’ninahnya, cukup kadar Subhanallah ia berdiam maka sudah sah shalatnya, ini kalau mau yang cepat. Kalau mau yang lambat tentunya juga sudah kita pahami.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Lalu mengenai shalat witir. Shalat witir ini banyak pertanyaan nanti kalau sudah shalat witir boleh tidak nanti shalat malam lagi, kan sudah ditutup dengan witir? Boleh shalat malam lagi dan yang makruh adalah witir 2X, karena apa?karena orang kalau sudah melakukan shalat tarawih 20 rakaat misalnya lalu witir 3 rakaat dan nanti malam shalat lagi, kalau shalatnya genap tidak apa – apa, karena maksudnya shalat witir adalah menjadikan shalat malamnya itu kalau ditotal shalatnya ganjil. Kalau jumlahnya genap maka untuk selanjutnya baiknya jumlahnya ganjil karena Allah menyukai yang ganjil, maka di witirkan. Maka seandainya seorang sudah tarawih lalu witir 3 rakaat, malam shalat lagi tahajud 2,4,8,10 rakaat silahkan saja karena kalau ditotal tetap ganjil jumlahnya. Tapi kalau ia witir 2X, maka jumlahnya kalau ditotal menjadi genap ini hukumnya makruh bukan haram. Jadi tidak ada yang haram namanya shalat malam, mau witir 2X, 3X, 10X tapi yang paling baik jadikan total shalat malammu jumlahnya ganjil. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah.

Shalat tarawih boleh 2X, boleh 3X, ikut disini 4 rakaat pindah ke masjid sana 4 rakaat, pindah ke masjid situ sempurna 20 rakaat atau pindah ke masjid lain, boleh. Disana di tarim, hadramaut tempat saya belajar disana ada 4 waktu shalat tarawih yang bias kita ikuti mulai ba’da isya pukul 19.30, nanti jam 21.30 ada lagi, 23.30 ada lagi, 01.30 ada lagi, 02.30 ada lagi. Kalau sanggup bisa 4X shalat tarawihnya. Ini bisa 80 rakaat, tapi biasanya kalau guru mulia kita ikut 3X saja, yaitu 60 rakaat. Beliau biasanya ikut 3X shalat tarawih setiap malamnya. Shalat tarawih yang pertama 2 juz, kemudian ikut di Masjid Ba’alawi 20 rakaat, ikut lagi di Masjid Muhdhor 20 rakaat, 60 rakaat setiap malam. Demikian hari – hari mulia di bulan ramadhan, demikian bulan sujud, demikian bulan kemuliaan.

Hadirin – hadirat mengenai asal muasal shalat tarawih pernah diadakan di masa Rasul saw lalu dihentikan, sebagaimana riwayat Shahih Bukhari Rasul saw melakukan shalat berjamaah diikuti sahabat di bulan ramadhan. Hari pertama, hari kedua makin banyak yang ikut, hari ketiga kita lihat bagaimana keadaan sahabat itu. Sahabat ini ingin sellau bersama Nabi Muhammad saw, shalat malam kan bisa dirumah sendiri tapi mereka merasa shalat malam bersama Rasulullah saw lebih afdhol, mereka ikut keluar shalat malam. Hari kedua, hari ketiga makin banyak, hari keempat Rasulullah saw tidak keluar. Keluar – keluarnya setelah shubuh Rasul saw berkata “sebaik – baik shalat adalah di rumah masing – masing terkecuali shalat fardhu”, jangan kalian lakukan ini aku takut ini dijadikan hal yang wajib bagi umat sesudah kita. Maksudnya kalau shalat tarawih itu Rasul saw mengimaminya setiap malam nanti disangka shalat fardhu. Demikian indahnya sang Nabi saw tidak mau memaksakan pada umatnya saw.

Lalu di zaman Khalifah Umar bin Khatab ra riwayat Shahih Bukhari, Sayyidina Umar melhat ada yang shalat tarawih sendiri, ada yang berlima, ada yang bertiga. Ini kalau digabung jadi satu orang lebih afdhol. Maka dibuatlah shalat tarawih berjamaah. Ini perilaku Sayyidina Umar bin Khatab ra seraya berkata “ini bid’ah yang paling nikmat”. Kalau sekarang orang bilang semua bid’ah adalah sesat maka tentunya ia berbenturan dengan ucapan Sayyidina Umar bin Khatab. Mereka berdalil ada haditsnya semua bid’ah adalah sesat, itu hadits ada syarahnya. Imam Nawawi ra mengatakan hadits itu aamum maksush (ada pengecualian), hal yang umum tapi ada pengecualiannya. Karena banyak di Alquran hal seperti itu juga. Allah Swt berfirman “bisa saja ku berikan hidayah pada semua sampai semua orang itu tidak ada yang jahat tapi sudah kupastikan akan kupenuhi neraka jahannam dengan seluruh jin dan manusia”. Kan buktinya tidak semua jin dan manusia masuk neraka, maka ini ayat disebut aamum maksush. Apa itu aamum maksush?hal umum yang ada pengecualiannya juga hadits semua bid’ah itu sesat dan semua yang sesat itu di neraka. Namun ada pengecualiannya, buktinya ucapan Sayyidina Umar ra yang berkata “inilah bid’ah yang baik”. Berarti bid’ah ada yang baik dan ada yang buruk, dalilnya Shahih Bukhari.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Maka diteruskanlah mengenai shalat tarawih dan di bulan ramadhan ini, malam – malam sujud, malam – malam munajat, malam – malam yang paling banyak para shalihin bercinta dan bermunajat kepada Allah dan Rasul saw di bulan ramadhan sangat dermawqan. Ini hadits yang kita baca tadi, berkata Rsulullah saw “ orang yang paling dermawan”. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari bi Sayarah Shahih Bukhari menjelaskan satu hadits lainnya dengan riwayat yang tsigah sabda Rasulullah saw “akulah orang yang paling dermawan dari semua keturunan Adam”. Kau pernah lihat orang yang dermawan, semua orang yang dermawan itu yang lebih dermawan Sayyidina Muhammad Saw. Kalau kita lihat semua orang yang dermawan, dan yang paling dermawan adalah Nabiyyuna Muhammad Saw. Beliau berkata “akulah orang yang paling dermawan dari semua keturunan Adam”. Allah Swt berfirman “mereka tanya apa yang harus mereka nafkahkandan berinfaq itu kepada siapa?” maka Allah menjawab lagi “yang pertama ayahbundamu paling berhak disedekahi, kemudian kerabat dekat, dan orang – orang miskin”. 

Kalau ayahbundanya berkecukupan maka naik ketingkat berikutnya yaitu kerabat terdekat kita, ini yang paling berhak kerabat kita yang faqir, fuqara dan mustahiq namun kalau berkecukupan naik lagi ke tingkat berikutnya orang – orang miskin. Orang – orang miskin ini ada 2 kelompok yaitu fuqara dan masaqin. Fuqara,lebih rendah daripada Masaqin fuqara adalah orang yang penghasilannya dibawah 50% dari pemasukannya, kalau kebutuhan hidupnya Rp. 100.000,- setiap bulan misalnya dan penghasilannya Rp. 50.000,- maka tergolong fuqara. Penghasilan seseorang sesuai kebutuhan dan berbeda – beda. Ada yang Rp. 200.000,-, ada yang kebutuhannya Rp. 50.000,- perbulan ada yang kebutuhannya Rp. 500.000,- tergantung berapa keluarganya, banyaknya anak dan istri atau tempat tinggalnya. Kalau penghasilannya di bawah 50% maka ia fuqara, kalau penghasilannya lebih antara 50% dan kurang dari 100% itu masqkhin (orang miskin namanya). Kebutuhan bulanannya Rp. 200.000,- (kebutuhan primer) dan pendapatannya Rp. 195.000,- ini miskin namanya karena pemasukkannya masih dibawah kebutuhannya, lebih dari itu lepas daripada orang yang mustahiq dan bebas shadaqah. Demikian ibnu sabil yaitu orang yang tidak punya ongkos pulang ke kampungnya, dan orang – orang yang mempunyai hutang yang berhak disedekahi dan dizakati. 

Dan Rasul saw sangat dermawan lagi di bulan ramadhan. Ketika di datangi oleh Malaikat Jibril as, Jibril as datang kepada Rasul Saw setiap malam di bulan ramadhan ramadhan untuk mengajari Alquran pada Rasul saw. Disini Imam ibn Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan disunnahkan untuk menziarahi, mengunjungi para shalihin di bulan ramadhan yang masih hidup atau yang sudah wafat. Ini dinukil dari ucapan Hujjatul Islam Imam Nawawi, dinukil oleh Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari bi syarah Bukhari disunnahkan untuk mendatangi shalihin yang masih hidup atau yang telah wafat di bulan ramadhan. Karena Jibril as datang setiap malam kepada Sayyidina Muhammad saw maka Rasul saw memimpin orang yang shalih maka kita disunnahkan datang kepada para ulama, shalihin baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan beliau saw kedermawanannya lebih daripada angin yang berhembus, demikian cepatnya kedermawananan Sayyidina Muhammad saw. Orang yang paling dermawan, orang yang tidak pernah mengatakan tidak kepada orang yang meminta kepada Rasul saw. Beruntung, semakin mulia seseorang yang mencintai Rasul Saw, ia akan semakin dermawan tapi dermawan bukan karena harta saja. Karena dalam riwayat lain Allah swt berfirman, mereka tanya lagi apa yang harus mereka infaqkan, katakan yang harus mereka infaqkan adalah maaf. Ini lebih tinggi lagi, kalau seorang sudah dermawan gampang ia menginfaqkan hartanya tapi belum tentu ia mampu menginfaqkan maafnya. Pada musuh – musuhnya, pada yang mendholiminya, beri sedekah ia dengan apa?dengan maaf. Itu infaq yang sangat mulia dengan memaafkan orang lain yang telah berbuat dosa pada kita. Orang yang paling cepat dimaafkan oleh Allah adalah orang yang paling cepat memaafkan kesalahan orang lain.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Inilah Nabiyyuna Muhammad Saw dan beliau selalu menghendaki kemudahan bagi kita seraya bersabda “beri kabar gembira dan janganlah kalian mempersulit umatku dan beri kabar – kabar yang baik jangan membuat mereka menghindar dari kemuliaan”. Demikian indahnya ramadhan al mukarram.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Semoga Allah melimpahkan keberkahan ramadhan kepada kita, semoga Allah Swt menghalalkan bagi kita malam lailatulqadr, semoga Allah memberkahi kita dengan keberkahan shiam wal qiyam, Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram muliakan kami dengan malam – malam qiyamullail, muliakan kami dengan malam – malam sujud, jadikan kami orang – orang yang mencintai sujud, jadikan kami orang – orang yang mencintai puasa, Wahai Allah jadikan kami orang – orang yang masuk ke dalam kelompok yang berpuasa dan masuk ke dalam kelompok orang yang melakukan qiyamullail, bangkitkan kami di yaumil qiyamah bersama semua ahlul shiam wa ahlul qiyam, Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am, Ya Rahman Ya Rahim muliakan kami dengan hari – hari kemuliaan nuzulul quran, dengan kemuliaan Fattah makkah, dengan kumuliaan badr al kubro, semua Kau tumpahkan di bulan ramadhan, Ya Rahman Yang Maha Dermawan di bulan ramadhan Yang Melipatgandakan Puasa kami 700X lipat di bulan ramadhan, Yang Melipatgandakan Tarawih kami 700X lipat di bulan ramadhan, Yang Memuliakan kami dengan 700X lipat pahala di bulan ramadhan, dalam setiap ibadah kami, dalam setiap tasbih maka kami memanggil NamaMu yang Maha Luhur Fakullu Jami’an Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketahuilah bahwa Allah Swt melimpahkan banyak anugerah di bulan ramadhan ini, Rasul saw menjadi lebih dermawan di bulan ramadhan karena Allah lebih dermawan di bulan ramadhan. Kita minta dilimpahi oleh Allah swt kekayaan dunia dan akhirat, pastikan kami semua ini kaya – raya dunia dan akhirat, jadikan kami orang yang selalu berinfaq dan membantu orang – orang fuqara, jadikan tangan kami untuk tumpah ruahnya harta kepada fuqara, Ya Rahman Ya Rahim sebagaimana NabiMu Muhammad saw mendoakan Sayyidina Anas bin Malik “Wahai Allah luaskan harta Anas bin Malik dan banyakkan keturunannya dan panjangkan usianya”, maka kami meminta doa itu. Limpahkan dan luaskan harta kami dan limpahkan pada kami panjang umur, limpahkan pada kami dzurriyah shalih shalihat, jadikan kami kaya – raya di dunia dan di akhirat, kaya – raya di yaumal barzah, kaya – raya di yaumal qiyamah, Ya Rahman Ya Rahim sebagaimana Kau limpahkan ini kepada para sahabat ra, limpahkan pada kami semua, jadikan kami orang yang kaya – raya yang banyak berinfaq dan bershadaqah, jadikan kami orang yang luas dan nikmat di dalam kehidupan dunia dan akhirat, jadikan kami orang yang selalu bersyukur, Ya Rahman Ya Rahim jangan Kau jadikan kami hamba yang selalu mendapatkan cobaan dan hamba yang selalu diberi kesempitan,beri kami keluasan dunia dan akhirat. 

Inilah doa dan munajat Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah jadikan kekayaan ditangan muslimin, jadikan kekayaan di tangan muslimin, Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah jadikan kemiskinan kepada mereka yang menyembah selainMu, kemiskinan untuk orang – orang yang menyembah selainMu, kekayaan bagi muslimin Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah.

Hadirin – hadirat Alhamdulillah Allah telah memberikan kesembuhan kepada saya dari penyakit yang saya derita, penyakit yang sedemikan berat yang membuat semua orang putus asa dari panjangnya usia. Dan penyakit itu adalah penyakit peradangan otak di bagian belakang, itu yang menimpa saya kemarin dan dirawat di RSCM dilantai 1 ruang 108. Ketika dokter yang menangani saya diantaranya Prof. Yusuf Misbach seorang bagian kepresidenan, bagian neurologi beliau sendiri masih bungkam dari menjawab apakah penyakit ini masih bisa sembuh. Maka saya menghubungi guru mulia Al Musnid Alhabib Umar bin Hafidh mengatakan bahwa ini peradangan di otak dan sampai musibah ini kepada saya peradangan otak belakang dan tampaknya sulit untuk bisa disembuhkan lantas beliau mendoakan saya dan Alhamdulillah dan belaiu berkata setelah doa ini kau akan sembuh dan Majelis Rasulullah Saw akan semakin luas. Demikian janji beliau dan kita akan lihat janji beliau dan Insya Allah beliau akan datang beberapa bulan lagi yakni bulan Muharram dan kita lihat bagaimana janji beliau yang mengatakan penyakit ini akan sembuh dan setelah itu Majelis Rasulullah Saw akan semakin luas. 

Hadirin – hadirat tidak lupa saya umumkan hari Ahad, tanggal 7 September kita diundang oleh Taman Rekreasi Ancol untuk mengadakan dzikir dan doa gabungan dengan majelis ad-dzikra pimpinan Ustadz Arifin Ilham. Akan tetapi nanti selebarannya akan dibagikan dan ada hal yang masih memberatkan saya karena masih terkena pembayaran karcis tapi masih kena setengah harga. Bagi mereka yang mau ikut berdzikir di waktu Ashar sampai Maghrib, hari Ahad, 7 September 2008 di Ancol selebarannya akan dibagikan dan yang memiliki kartu itu dapat potongan harga masuk kesana. Tujuan kita untuk meratakan tempat – tempat maksiat untuk bergemuruh dengan lafadh Allah Allah Allah Allah. Semoga Allah menjadikan Jakarta ini rata dengan pengangungan Nama Allah. 

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Sumber

www.majelisrasulullah.org

Kontributor: Munzir Almusawa  

Read More

Minggu, 31 Agustus 2008

Munculnya Dajjal Pendusta Yang Mengaku Utusan Allah SWT

22.34.00 0
قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ َحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ، قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ، كُلُّهُمْ يَزْعُمُ، أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ، وَحَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ، وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ، وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ، وَهُوَ الْقَتْلُ، وَحَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ 
( صحيحالبخاري ) 

Sabda Rasulullah saw :
“Tiada akan datang hari kiamat hingga dimunculkan dajjjal dajjal pendusta, sekitar tiga puluh jumlahnya, kesemuanya mengaku sebagai utusan Allah, dan hingga tercabutnya ilmu, dan kerap kalinya gempa bumi, dan semakin dekatnya waktu, dan munculnuya fitnah fitnah, dan banyaknya pembunuhan, dan kemudian berlimpahnya harta pada kalian” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Limpahan puji kehadirat Allah Swt Yang Maha Luhur,Yang Maha Bercahaya Menerangi Alam Semesta dengan cahaya rahmat-Nya yang fana dan yang abadi. Cahaya rahmat -Nya yang fana menerangi seluruh alam semesta, cahaya rahmat-Nya yang kekal dan abadi menerangi wajah muslimin dan muslimat dengan kalimat tauhid. Menerangi jiwa mereka dengan ketaatan dan menerangi hari – hari mereka dengan pengampunan. 

Maha suci Allah Swt Yang Maha Luhur, Maha Abadi, Maha Sempurna dan Maha Memiliki Kesempurnaan Maha Memiliki Kebahagiaan, Maha Memiliki Kesejahteraan, Maha Membagi – bagikan kepada hamba – hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Beruntunglah mereka – mereka yang semakin dekat kepada Allah Swt, maka mereka semakin dekat kepada Sang Pemilik Kebahagiaan. Mereka semakin berhak mendapatkan kesejahteraan, mereka semakin berhak mendapatkan kemudahan, mereka selalu dimanjakan oleh Allah Swt di dunia, di barzah dan di yaumal qiyamah.

Demikian keadaan hamba – hamba Allah Swt, mereka melewati cobaan dan musibah maka setelah cobaan dan musibah, akan datang kebahagiaan berlipat ganda yang membuat mereka lupa akan musibahnya, jika datang musibah lainnya Allah Swt akan gantikan dengan kebahagiaan yang lebih besar yang membuat mereka lupa lagi dengan musibahnya yang lalu. Inilah kehidupan mereka di dunia dan lebih – lebih lagi kehidupan mereka di akhirat yaitu kebahagiaan yang tiada akan pernah ada akhirnya.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Rahasia rahmat Illahi ini tumpah ruah dengan kebangkitan Nabi kita, idola kita, kekasih kita Sayyidina Muhammad Saw yang mana bulan rajab yang mulia ini merupakan salah satu daripada bentuk rahmat-Nya (Allah Swt) yang menuntun kita kepada cinta kita kepada Sayyidina Muhammad Saw, karena di bulan inilah turunnya firman Allah Swt Innallaha wa malaikatahu yu sholluna a’lan nabiy, Sungguh Allah dan para malaikat melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw lalu Allah Swt menyeru kepada hamba – hamba-Nya yang beriman untuk selalu bershalawat dan bersalam kepada Sang Nabi Saw. 

Adakah kebanggaan yang lebih besar daripada langsung disebut oleh Allah bahwa sungguh Allah dan para malaikat melimpahkan shalawat kepada beliau. Betapa bercahayanya wajah Sang Nabi Saw yang diterangi oleh cahaya shalawat dari Allah Swt dan para malaikat. Betapa terang – benderangnya jiwa beliau, betapa indah dan mulianya derajat beliau yang sedemikian dahsyatnya dimuliakan oleh Allah Swt dan “seseorang itu bersama dengan orang yang dia cintai”.

Sang Nabi Saw yang diberi kemuliaan oleh Allah Swt membukakan pintu – pintu bagi umat-Nya untuk ingin dekat dengan Allah Swt, ingin sampai kepada kemuliaan, ingin sampai kepada keluhuran, terbukalah bagi mereka pintu cinta. Pintu ittiba dan bagi merekalah terbuka pintu rahasia untuk kedekatan kehadirat Allah Swt dan Rasul Saw yaitu dengan mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya. Kekurangan – kekurangan yang muncul dari perbuatan mereka tidak menjadikan cinta dan rindu mereka kepada Allah Swt dan Rasul Saw itu tidak diakui atau tertolak.

Demikian indahnya cinta dan rindu kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Berbeda dengan cinta dan rindu kepada satu makhluk sesama yang lain, jika ada kekurangan dari cinta dan rindunya, sedemikian pula cinta dan rindunya akan sirna dan tertolak hanya gara – gara barangkali hanya pada satu kesalahan, barangkali hanya pada dua kesalahan. Barangkali Kau berbuat salah padaku, dan ia lupa. Sedemikian banyak cinta dan rindu sang kekasih maka ia tertolak. karena apa? Karena berbeda dengan rabbul allamin jalla wa alla yang masih diterima cinta dan rindu hamba-Nya. 

Dan berbeda pula dengan Sang Nabi untuk rabbul allamin, Sayyidina Muhammad Saw yang cinta dari batu sekalipun masih diterima oleh beliau. Cinta dari gunung pun masih diterima oleh beliau sebagaimana riwayat Shahih Bukhari bahwa Rasul Saw bersabda “ini gunung hud mencintaiku dan aku mencintai gunung uhud”. Tentunya gunung pun diberi kesempatan oleh Allah Swt untuk mencintai Nabi Muhammad Saw, butiran – butiran kerikil dan batu itupun diberi kesempatan oleh Allah untuk mencintai Sang Nabi. Demikian pula batang pohon kurma, demikian pula dengan kota di Madinah dan semua hewan dan makhluk-Nya Allah diberi kesempatan untuk mengidolakan dan mencintai Sang Nabi dan Sang Nabi menjawab cinta mereka seraya bersabda “dan akupun mencintai gunung hud”. ya Rasulullah ini hanyalah gumpalan batu yang tidak bermakna untukmu tetapi ketika dia mencintai beliau Saw, seindah – indahnya makhluk Allah, makhluk yang paling ramah, makhluk yang paling indah budi pekertinya, makhluk yang tidak mau mengecewakan perasaan siapapun maka gumpalan batu inipun diterima cintanya oleh Rasul Saw dan dijawab oleh Rasul Saw “dan kami pun mencintai gunung uhud”.

Diriwayatkan pula di dalam Shahih Bukhari yang sering kita dengar, ketika batang pohon kurma ditinggal oleh Sang Nabi yang biasa bersandar padanya disaat berkhutbah maka saat itu batang pohon kurma itu menjerit dengan jeritan yang menyayat hati. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari bahwa jeritan dan tangisan pohon kurma itu terdengar bagaikan jeritan sang bayi yang ditinggal oleh ibunya dan Sang Nabi turun dari mimbar, mendatangi pohon kurma itu dan memeluknya, batang pohon itu dipeluk dan setelah itu tangisnya pun mereda bagaikan bayi ketika dipeluk oleh ibunya dan tersendat – sendat, terisak – isak nafasnya menahan tangis karena telah ditenangkan oleh ibunya sampai perlahan – lahan suara tangisnya semakin pelan dan terdiam. Bagaikan bayi yang kehilangan ibunya dan di peluk dan didekap oleh ibunya sampai masih terisak - isak sesaat kemudian tangisnya terdiam.

Demikian keadaan batang pohon kurma, cinta dan tangisnya karena Nabiyyuna Muhammad Saw berpisah dengannya. Biasa Sang Nabi bersandar padanya setiap khutbah, sekali waktu beliau turun maka batang pohon kurma itu menangis. Dan Sang Nabi, wahai yang demikian indah dicipta oleh Allah sebagai raufurrahiim tidak pula mengecewakan daripada batang pohon kurma mencintainya, beliau turun dan memeluk batang pohon kurma itu dan menenangkannya.

Al Imam Ibn Hajar meriwayatkan salah satu hadits shahih menukil di dalam Fathul Baari bahwa Rasul berkata “seandainya aku tidak menenangkannya, ia akan terus menjerit hingga yaumil qiyamah dengan tangisnya yang didengar oleh jumlah sahabat yang muttawatir, lebih dari 80 sahabat yang mendengar jerita dan tangis batang pohon kurma ini”. 

Demikian hadirin – hadirat indahnya alam semesta mencintai Sayyidina Muhammad Saw, demikian kemesraan mereka kepada Sang Nabi. Demikian pula seekor hewan besar di Madinah Al Munawwarah, sebagaimana diriwayatkan di dalam Sirah Ibn Hisyam ketika unta terbesar di Madinah mengamuk dan kita memahami unta itu kalau berdiri perutnya lebih tinggi dari kepala kita, itu unta biasa. Bagaimana kalau unta besar? 1400 tahun yang silam di Madinah Al Munawwarah, unta ini mengamuk dan tidak diketahui sebabnya. Para sahabat menjebaknya di dalam salah satu kandang besar, lantas ketika Rasul Saw dikabari dan beliau mendatangi lalu berkata “bukakan pintu yang menjebaknya ini”. Ya Rasulullah dia ini sedang dalam keadaan mengamuk dan sedang marah, mulutnya yang berbusa dan matanya yang merah ini bias membunuh siapa saja dan jangan – jangan dia mencelakaiku. Rasul Saw berkata “bukakan, bukakan biarkan ia mengetahui aku Rasulullah”. Maka ketika dibukakan pintu itu, unta melihat wajah Muhammad Saw maka unta itu berlari tertunduk – tunduk menciumi kaki Nabi Muhammad Saw. Yang demikian buas dan marahnya, ketika melihat wajah indah, seindah – indahnya wajah yang paling berhak dicintai, ternyata unta ini memiliki kecintaan, kemuliaan dan kerinduan kepada Sang Nabi seraya berlari mendekat tertunduk – tunduk kepalanya dan mencium kaki Sang Nabi lantas ia mendekatkan wajah dan mulutnya ke telinga Sang Nabi dan Rasul Saw mendekatkannya kemudian Rasul Saw berkata “siapa pemilik unta ini?”, salah seorang sahabat Anshar berkata “aku ya Rasulullah”. Ia mengadu padaku karena terlalu banyak disuruh bekerja dan sedikit diberi makan. Unta ini mengadu kepada Rasulullah Saw.

Inilah hewan dan tumbuhan yang sangat mencintai Sang Nabi dan lebih – lebih para sahabat Muhajirin dan Anshar ra. Sebagaimana riwayat Sirah Ibn Hisyam ketika salah seorang wanita dari bani dinar, ketika kembali Sang Nabi dari perang uhud, mendengar kabar suaminya wafat, kakaknya wafat, anaknya wafat, ayahnya wafat, semua keluarga ibu ini wafat dalam syahid di perang uhud. Ayahmu wafat, anakmu wafat, kakakmu wafat, suamimu wafat, tinggallah ia sebatang kara. Ibu ini bertanya “bagaimana keadaan Rasulullah?”, Rasulullah sehat wal afiah, ibu ini datang melihat bagaimana keadaan Sang Nabi dan barangkali juga ingin mengadu kesedihannya, sebatang kara ditinggal semua keluarganya yang wafat di perang uhud. Namun ketika melihat wajah Sang Nabi, ibu itu mengangkat suara di tengah para sahabat “semua musibah asalkan kau baik dan sehat wal afiah, semua musibah adalah kecil di hadapanku ya Rasulullah”. Biarpun ayah, suami, anak, kakak dan seluruh keluarga wafat asalkan kau baik dan sehat wal afiah. Demikian cintanya seorang wanita Anshar kepada Nabi Muhammad Saw. 

Juga diriwayatkan ketika seorang sahabat ditangkap dan ia sampai dibawa oleh Abu Sofyan sebelum Abu Sofyan masuk islam maka berkata Abu Sofyan “wahai engkau kini Muhammad sedang tenang – tenang di rumah bersama keluarganya, dan sebentar lagi istrimu jadi janda dan anakmu jadi yatim. Ayo mau kau tukar posisimu dengan Muhammad saat ini?”, maka ia berkata “Demi Allah kalau seandainya aku harus wafat dan selesai seluruh permasalahanku ini, aku dibunuh dan dikuliti itu jauh lebih kupilih dari sebutir duri menusuk kaki Rasulullah Saw”. Demikian cintanya mereka kepada terhadap Nabiyyuna wa Syafiuna Muhammad Saw.

Hadirin – hadirat dan keberkahan itu tidak sirna dan sampialh kita di bulan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Mengingat peristiwa – peristiwa agung di Madinah Al Munawwarah dan Rasul Saw menjadikan keberkahan berlanjut dan Allah memberi keberkahan pada Sang Nabi tidak hanya di saat beliau hidup tapi bekas - bekas peninggalan beliau diabadikan oleh Allah Swt keberkahannya. Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari ketika di Madinah Al Munawwarah, Rasulullah Saw bersabda “kelak di akhir zaman akan munjul dajjal yang akan terus menyerang semua fihak dan semua tempat sampai ia di Madinah Al Munawwah dan dajjal tidak bisa masuk ke Madinah Al Munawwarah. 

Sampai disini Rasul Saw berkata maka akan berguncang Madinah dengan 3 kali gempa. Madinah tidak pernah gempa, sepanjang Rasul Saw masuk ke Madinah Al Munawwarah di hari hijrah sampai akhir zaman Madinah tidak pernah gempa terkecuali saat itu, saat datangnya dajjal ke depan Madinah Al Munawwarah. Disaat itu Madinah gempa dengan 3 kali guncangan maka keluarlah semua orang kafir dan munafik. Maka berkata Imam Ibn Hajar di dalam kitabnya Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari bahwa di saat itu semua Rasul mengatakan munafik, fasiq, kafir, semua keluar dari Madinah kecuali orang – orang mukhlisin, orang – orang yang mencintai Rasul Saw tidak bergeming dari Madinah Al Munawwarah. Sebagaimana kita ketahui, sampai saat ini banyak orang musyrik, fasiq, ada di Madinah dan mereka akan keluar di saat guncangan 3 kali sehingga mereka keluar diikuti dajjal, kata Sang Nabi Saw dan disaat itulah Rasul Saw berkata “itu dajjal bawa pasukannya mengepung Madinah Al Munawwarah”. 


Imam Ibn Hajar menukil salah satu hadits dalam kitabnya Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari dengan sanad yang shahih bahwa Rasul Saw menjelaskan dajjal itu berkata “itu masjid Muhammad, itu masjid Nabawiy yang harus kita kuasai”. Itu masjid Muhammad, dari kejauhan dajjal sudah menunjuknya, kubah hijau masjidnya Rasul Saw telah ditunjuk oleh dajjal dan berkata “itu masjid Muhammad itu masjid Muhammad, kita harus sampai kesana”. Lantas Rasul Saw bersabda sebagaimana riwayat Shahih Bukhari disaat itu Madinah mempunyai 7 pintu, lalu siapa yang memberi beliau pengetahuan Madinah akan modern seperti sekarang ini sampai ada 7 pintu. Beliau berkata 7 pintu Madinah Al Munawwar dan disetiap pintunya dijaga oleh 2 malaikat sehingga dajjal tidak bisa masuk ke dalamnya.

Kita bisa lihat bagaimana keberkahan bekas tempat injakan Sayyidina Muhammad Saw menjadi benteng terkuat yang tidak bisa di tembus oleh dajjal. Demikian hadirin – hadirat dajjal yang demikian kekuatannya bisa berbuat apa saja menurunkan hujan, membawa kemiskinan, membawa kekayaan dan menguasai seluruh permukaan bumi, namun ia terbentur di Makkah, Madinah dan Masjid Al Aqso. Ketiga tempat ini tidak bisa disentuh oleh dajjal, dajjal tidak bisa masuk ke Masjidil Haram, tidak bisa masuk ke Masjidil Al Aqso dan tidak bisa masuk ke Madinah Al Munawwarah. Tempat – tempat bekas injakan kaki Muhammad Rasulullah Saw. Maka tempat lahir beliau di Madinah, tempat wafat Masjid Al Haram, tempat beliau mihrab Masjid Al Aqso. Kalau seandainya bumibekas pijakan beliau seperti ini, bagaimana jiwa yang mencintai Sayyidina Muhammad, umat Muhammad Saw. Sebagaimana aku dan kalian yang gembira di majelis ini dengan shalawat dan salam kepada Nabiyyuna Muhammad Saw dan tiada pernah bosan kita untuk selalu berdzikir dan bershalawat mendengarkan hadits – hadits Nabiyyuna wa Syafiuna Muhammad Saw.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari sebagimana hadits yang baru saja kita baca tadi, Rasul Saw berkata “tidak akan datang hari kiamat, maksudnya salah satu tanda dari hari kiamat yaitu sampai munculnya 30 dajjal, dajjal – dajjal pendusta kira – kira jumlahnya 30”. Maksudnya jumlahnya kira – kira bisa lebih atau kurang dari 30, kata Rasul Saw. Disini menunjukkan ada ikhtilaf mengenai jumlah dajjal - dajjal yang akan datang ke muka bumi. Tadi apa ciri – ciri mereka? semuanya itu mengaku Rasul, mereka itu mengaku Nabi, itu ciri dajjal - dajjal pendusta. Itu kalau kita hitung jumlahnya kata Rasul Saw kira - kira 30. Demikian sabda Nabi Muhammad Saw. Kita sudah lihat sekarang, walaupun kita belum menghitungnya di Indonesia sudah sedemikian banyaknya ada di India, Pakistan, Yordan, Saudi dan dimanapun banyak yang mulai mengaku sebagai Nabi dan ini tanda – tanda hari kiamat kata Sang Nabi dan mereka digelari dajjal – dajjal pendusta. Yang dimaksud adalah seluruh dajjal yang paling besar kelak yang muncul di akhir zaman. 

Mengawali kebangkitan Sayyidatuna Aisyah bin Maryam as dan disaat itu mulai tercabutlah ilmu, disaat itu ilmu mulai sirna, ulama mulai wafat. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari yang sering kita dengar bahwa Allah itu akan menghilangkan ilmu tidak dengan mencabutnya dari hati para ulama akan tetapi Allah akan menghilangkan ilmu dengan mewafatkan ulama, bagi kita membangkitkan generasi para ulama lagi. Agar apa? agar Allah menjauhkan kita dari bala dan musibah dengan sirnanya ulama, karena apa? kalau ulama tidak ada Rasul Saw berkata sampai nanti ulama tidak tersisa. Lalu apa? maka mereka mulai mengambil para imam – imam, para guru – guru yang tidak mengerti ilmu, mereka ditanya, ditanya tidak mampu menjawab berfatwa semaunya, apa saja sunnah dibilang bid’ah, yang baik dibilang musyrik, ibadah dibilang syirik, doa – doa dilarang, ziarah dilarang. karena apa? karena memang tidak memiliki ilmu bukan karena kesalahan mereka, karena kesempitan ilmu dari syariah hadits. Mereka memberikan fatwa tanpa ilmu, ilmunya sedikit maka tidak bisa memberikan fatwa yang benar fatwanya salah. Mereka sesat dan menyesatkan. Demikian makna dalam kalimat ini. Akan muncul waktu dimana kurangnya ulama, sedikitnya ulama. Ilmu mulai sirna, sirna, dan sirna.

Minggu yang lalu kita berbicara tentang keutamaan para muhadditsin dan tentunya kita memahami tidak semua muhaddits itu menulis hadits – haditsnya, jadi yang tersisa sekarang ini tidak mencapai 10% dari hadits yang ada saat itu. Imam Ahmad bin Hambal sudah kita kenal beliau hafal 1 juta hadits dengan sanad dan hukum matannya tapi imam madzhab hanya sempat menulis 20.000 hadits saja. 980.000 hadits itu sirna dengan wafatnya Imam Ahmad bin Hambal. Ada para murid-muridnya yang menghafal tentunya dimasa itu menghafal lebih ditekankan daripada menulis hadist. 

Kalau di masa sekarang orang punya ilmu menulis buku, di zaman itu tidak menulis kecuali kalau ada permintaan, ada permintaan orang dari jauh minta seratus sanad hadist ditulis kirim kesana seratus sanad hadist, ada lagi yang meminta fatwa seribu hadist tentang salat, tulis sanadnya kirim kesana. Tapi mereka tidak menulis semua hadist yang mereka kumpulkan karena apa? dimasa itu hafalan yang diandalkan, karena belum ada percetakan. Kalau zaman sekarang kita mau bawa ke seluruh dunia cukup di internet sudah seluruh dunia sampai dakwahnya, tulis semua yang kita ketahui tulis hadist, AlQuran, ayat, fatwa semua akan bermanfaat. Dimasa itu tidak ada percetakan, ditulis apa gunanya? siapa yang mau membaca 1 buku, kalau kita tulis maka dicetak 1 rim, 10 rim yang baca banyak. Zaman itu lebih efektif mengajar dengan hafalan. Karena apa? karena tidak ada percetakan, siapa yang memperbanyak buku itu tidak ada foto copy tidak ada koran, tidak ada telepon, tidak ada internet yang ada murid datang pada guru, itu saja. Bisa begitu tadi adalah belajar dan mempelajari yaitu murid mendatangi guru, diajarkan hadits, pulang dan kira – kira begitu. Datang lagi dan sampai munculnya yakni mulai sirna hadits. 

Sehingga kalau sekarang ini kita kumpulkan semua hadits hanya mencapai kurang sedikit dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya. Kalau dikumpulkan kurang dari 100.000 hadits. Jadi kalau ada Al Hafidh di masa sekarang, seperti Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh beliau itu hafal lebih dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya, beliau mengambil juga bukan hanya dari musnid – musnid yang ada seperti Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Hakim, Imam Bukhari tapi beliau juga mempunyai sanad – sanad hadits yang sampai kepada beliau riwayat sanad daripada yang diluar jumhur muhadditsin. Jadi bisa mencapai lebih dari 100.000 hadits dan beliau sampai ke derajat Al Hafidh. Dan tinggal beberapa orang saja di dunia ini yang sampai ke derajat Al Hafidh dalam ilmu hadits. 

Sekarang Mahad Darul Musthofa mempunyai peraturan baru, pesantren beliau itu yang masuk kesana syaratnya hafal Alquran dan hafal 2.000 hadits. Demikian salah satu syarat bagi mereka yang mau belajar bersama beliau karena barangkali beliau sudah melihat dan sudah waktunya menumpahkan tugasnya ilmu hadits yang beliau miliki, yang selama ini barangkali terpendam karena keterbatasan kemampuan dari orang – orang yang belajar kepada beliau. Sekarang beliau sudah buka yaitu syarat masuk Darul Musthofa hafal 2.000 hadits dan hafal Alquranulkarim, baru bisa masuk menjadi murid beliau untuk diturunkan keluasan ilmu hadits yang beliau miliki. Semoga Allah memakmurkan pesantren ini dan Allah panjangkan usia beliau dan semoga Allah Swt memakmurkan dunia ini dengan para ahli hadits dan para ulama.

Dan sampai pula muncul banyaknya gempa bumi kata Rasul Saw. Sudah mulia sirna para ulama, ini sudah kita lihat hadits kita tinggal sedikit. Jadi zaman sekarang kalau ada orang yang berfatwa ini haditsnya ternyata Imam Syafii dhaif, sebentar sebentar anda katakan haditsnya Imam Syafii ini haditsnya dhaif, anda tahu berapa hadits? Ini hadits kalau dikumpulkan sekarang tidak sampai 100.000 hadits. Zaman dahulu orang bicara tentang sholat ia punya ribuan hadits. Imam Bukhari di dalam kitab Tadzkiratul Huffad, didatangi oleh muridnya dan berkata “wahai imam aku menyusup ke satu wilayah disana sampai disana itu aku di test tentang hadits – hadits sholat, ayo haditsnya wudhu apa, bagaimana haditsnya i’tidal, bagaimana haditsnya sujud, itu didaerah sana. Imam Bukhari berubah wajahnya, marah beliau. Tidak pantas kau masuk masjid di test seperti itu. Kalau aku masuk kesitu, akan aku keluarkan 10.000 hadits shahih tentang sholat saja. 10.000 hadits shahih tentang sholat saja beserta sanad dan hokum matannya. Ini keadaan mereka di masa itu, jadi Imam Bukhari jauh sebelum Imam Syafii. 

Sebagaimana saya sampaikan minggu yang lalu Imam Syafii sudah jadi imam baru Imam Bukhari lahir. Imam Syafii lahir tahun 150 H, usia 12 tahun sudah mencapai ke derajat Al Hafidh dan Imam Bukhari lahir tahun 194 H. Jadi Imam Syafii sudah 44 tahun, Imam Bukhari baru lahir. Ini Imam Bukhari seperti itu, bagaimana Imam Syafii? Jadi tentunya para ulama dan hujjatul islam berhati – hati kalau Imam Syafii sudah bilang seperti ini, pasti dibelakangnya tertutup sekian ribu hadits yang tidak sempat beliau sampaikan diantaranya pembacaan doa nisfu sya’ban yaitu pembacaan yassin 3X yang menyarankan Imam Syafii, beliau tidak akan mengada-ada, kalau beliau mengada – ada sudah ratusan Al Hafidh dan pakar hadits yang menentang adat istiadatnya ini di masa lalu. Imam Syafii bikin hal yang bid’ah, ngapain baca yassin 3X di malam nisfu sya’ban. Mereka malah ikut baca, kalau ikut baca berarti pasti ada riwayat tsigahnya akan tetapi mungkin dari sekian juta hadits hanya kurang dari 100.000 hadits yang ada di masa sekarang ini sudah terhapus haditsnya tapi cukup fatwa Imam Syafii sebagai hujjat diikuti oleh para imam – imam dan para hujjatul islam yang lainnya. Ini mereka yang mengerti ilmu hadits dan mustholahul hadits. Yang tidak, maka berkata ya kalau tidak ada hadits shahihnya tidak usah diikuti. Tentunya tidak demikian, lihat fatwa dan guru – guru yang bersanad sampai kepada para imam sampai kepada Rasulullah Saw.

Mulai muncul gempa di mana – mana, Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan gempa ini sudah ada sejak dari zaman Nabi Adam as tapi yang dimaksud Rasul disini gempa itu makin banyak dan dahsyat. Di zaman sekarang ini gempa yang dahsyat, muncul tsunami, gempa dahsyat di wilayah muslimin. Salah satu bentuk dari tanda – tanda munculnya akhir zaman. 

Dan selanjutnya adalah semakin terasa dekatnya waktu, baru kemarin Idul Fitri sekarang sudah mendekat malam 1 Ramadhan. Demikian cepatnya waktu berputar, rasanya baru kemarin selesai sekolah sekarang sudah mau menikah. Demikian cepatnya waktu tidak terasa di akhir zaman, sangat – sangat dekat makin hari. Imam Ibn Hajar juga menukil bahwa yang dimaksud diantaranya adalah usia yang semakin singkat. Dimasa Rasul umur 60 tahunan sekarang hanya 30 tahunan saja usia manusia. Dan muncul fitnah – fitnah, hal yang kecil jadi fitnah, hal yang tidak berarti jadi fitnah, hanya masalah gerakan jari sedikit saja (sms) ribuan orang yang memusuhinya. Hanya karena jari kecil saja bias menyebabkan fitnah yang besar, membuat orang bunuh satu sama lain, saling pecah silaturahmi dan demikian hadirin – hadirat hanya masalah kecil bisa menjadi fitnah yang besar.

Dan juga mulai banyak terjadi pembunuhan, disini pembunuhan disana pembunuhan, anaknya membunuh ayahnya, ayahnya membunuh anaknya terus terjadi pembunuhan hal yang mustahil terjadi puluhan tahun yang lalu, sekarang terjadi. Belum pernah ada yang namanya anak mau menyiksa dan membunuh ibunya, sekarang mulai muncul seperti itu dan semakin banyak. 

Dan setelah semua itu terjadi, Rasul Saw berkata “dan akan datang waktunya nanti Allah munculkan kemakmuran”. Maka kalian lihat nantinya di akhir zaman setelah ini muncul, gempa bumi dan lainnya sebagainya muncullah keluasan dan kemakmuran, ini sabda Nabiyyuna Muhammad Saw. Ini sudah muncul pada kita, kekurangan ulama sudah mulai muncul, gempa bumi, fitnah dan zaman yang semakin cepat, muncul orang yang mengaku Nabi. Ini semua sudah muncul, tinggal menagih janji Sang Nabi akan muncul segala kemakmuran pada muslimin. Maka kalian ini akan dilimpahi kemakmuran, kata Rasul Saw ini terusan haditsnya riwayat Shahih Bukhari sampai nanti tidak ada lagi orang yang menerima sedekah semua orang cukup, semua orang kaya – raya, kalau sekarang mustahil tapi di masa itu juga barangkali mustahil di masa Rasul Saw. Di zaman Nabiyullah Adam as ada orang usianya mencapai 63 tahun, mustahil. 1500 tahun ada, 1900 tahun mereka barangkali mustahil ada orang usia 63 tahun sudah lanjut usia. Di masa itu Allah bukakan harta yang luas dan kemakmuran bagi muslimin. 

Guru kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh menjelaskan makna hadits ini bahwa Allah akan membuat orang – orang yang baik jadi kaya – raya, orang – orang yang mencintai dakwah menjadi kaya – raya, dengan cara seperti itu orang – orang susah akan kembali kepada mereka, orang – orang non muslim akan diberikan kemiskinan oleh Allah, hancur usahanya, rusak dari apa – apa segala yang menjadi perdagangannya. Allah bikin keberkahan apa yang diusahan orang – orang non muslim yang baik, berhasil. Perdagangannya maju terus dibantu oleh Allah Swt dan disaat itulah harta dan kekayaan dipegang oleh orang – orang yang baik. Orang – orang yang sholeh diberi kekayaan oleh Allah Swt. Maka tentunya disaat seperti itu orang – orang muslimin yang susah mereka dimodali, mereka dibantu karena orang baik mereka Bantu. Kalau orang kaya tapi kikir, ia mau kaya sendiri tidak mau berbagi dengan orang lain maka Allah jadikan saat itu adalah orang yang baik yang kaya – raya. Orang yang baik yang kaya – raya membantu yang lain yang diluar islam yang perdagangannya jatuh, ikut bisnis dengan dia, dating pada dia, ikut dengan dia jadi maju. Dan usaha orang – orang non muslim yang hancur, mereka akan kembali kepada islam.

Demikianlah keadaan muslimin di masa itu dan tidak ada orang – orang yang susah, pertama – pertama kecukupan, yang kedua sudah cukup, diriwayatkan dari hadits yang tsigah oleh Imam Tirmidzi ada 1 orang membawa kantung besar berisi dinar, kau mau menerima sedekah. Tidak ada satupun kah yang mau terima, ada 1 orang mau terima “sini aku terima”. Setelah ia terima Subhanallah orang lain tidak ada yang mau teriam tapi aku menerimanya, ini aku kembalikan. Orang itu tidak mau kemudian ia menaruh harta emas dan 1000 dinar dalam kantung yang besar meninggalkannya dijalan, dan ia pun pergi. Demikian luasnya keadaan orang – orang saat itu, riwayat Shahih Bukhari Rasul Saw bersabda “bersedekahlah kalian, akan datang satu masa sedekah tidak akan lagi diterima oleh semua orang karena semua orang sudah berkecukupan”. 

Demikian dahsyatnya, kita bertanya tampaknya ini mustahil namun tentunya kita ingat bahwa beliau ini adalah waliyullah tidak berbicara dari hawa nafsunya dan hal itu akan datang, bencana itu akan datang, fitnah akan datang, yang mengaku Nabi telah datang, gempa bumi telah datang maka ini tanda – tanda akan segera munculnya kemakmuran pada muslimin muslimat.

Kita bermunajat kepada Allah Swt semoga Allah memakmurkan dan menyegerakan kedatangan kemakmuran muslimin muslimat, Ya Rahman Ya Rahim bukakan keberkahan bagi kami, limpahkan cahaya keluasan bagi kami dhahiran wa bathinan dunia dan akhirat, majukan dakwah muslimin, ramaikan panggung – panggung dzikir dan shalawat, Ya Rahman Ya Rahim jadikanlah kami ini orang – orang yang pertama membenahi keadaan masyarakat kami, Ya Rahman Ya Rahim jadikanlah harta dan kekuasaan pada orang – orang yang baik dan kamu muslimin dan jadikanlah kehancuran dan kesempitan bagi mereka – mereka yang memusuhi muslimin, Ya Rahman Ya Rahim kami mengadukan keadaan hati kami ini, Rabbiy benahi keadaan diri kami hingga kami bermanfaat bagi masyarakat kami, Ya Rahman Ya Rahim fakullu jami’an Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah.

Majelis kita semakin luas dan malam selasa semakin besar, Insya Allah semakin makmur dan semakin banyak muslimin muslimat yang mengambil faedah dan ternyata tidak cukup sampai disini Allah makmurkan lagi majelis – majelis lainnya, majelis tahunan kini sudah semakin dekat dan semakin banyak dan di bulan ramadhan kita tidak akan berhenti memakmurkan wilayah Jakarta ini dengan majelis – majelis dzikir. Insya Allah di malam 17 ramadhan akan mengadakan tabligh akbar dan badr kubro sekaligus malam nuzullul qur’an yang Insya Allah bertempat di Monumen Nasional (Monas). Kemarin ada sedikit kendala sudah perinzinan muncul di Monas ternyata monas dipenuhi oleh kemah – kemah para tentara dan juga persenjataan untuk peringatan acara 17 Agustus jadi tidak etis kalau seandainya jamaah kumpul jadi satu dengan kemah – kemah para tentara tentunya kita tidak nyaman maka kita dipindahkan ke Lapangan Banteng. Tapi untuk malam 17 Ramadhan telah disepakati Insya Allah. Dan juga di bulan ramadhan kita akan mengadakan acara besar besaran 2X di wilayah Ancol, tempat – tempat maksiat akan kita terangi dengan Nama Allah.

Wassalallahu wassallam wabarik 'ala Nabina Muhammadin wa'ala alihi washohbihi wassallam. 
Walhamdulillahirabbil'alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Terakhir Diperbaharui ( Sunday, 24 August 2008 )
Kontributor: Munzir Almusawa  

Sunday, 24 August 2008

www.majelisrasulullah.org

Read More

Selasa, 19 Agustus 2008

Sejarah Singkat Imam Syafi'i

03.15.00 0
Nama dan Nasab

Beliau bernama Muhammad dengan kun-yah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap adalah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi‘ bin as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada diri ‘Abdu Manaf bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau , yaitu Hasyim bin al-Muththalib.

Bapak beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Madinah lalu berpindah dan menetap di ‘Asqalan (Kota tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya meninggal dalam keadaan masih muda di sana. Syafi‘, kakek dari kakek beliau, -yang namanya menjadi sumber penisbatan beliau (Syafi‘i)- menurut sebagian ulama adalah seorang sahabat shigar (yunior) Nabi. As-Saib, bapak Syafi‘, sendiri termasuk sahabat kibar (senior) yang memiliki kemiripan fisik dengan Rasulullah saw. Dia termasuk dalam barisan tokoh musyrikin Quraysy dalam Perang Badar. Ketika itu dia tertawan lalu menebus sendiri dirinya dan menyatakan masuk Islam.
 
Para ahli sejarah dan ulama nasab serta ahli hadits bersepakat bahwa Imam Syafi‘i berasal dari keturunan Arab murni. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memberi kesaksian mereka akan kevalidan nasabnya tersebut dan ketersambungannya dengan nasab Nabi, kemudian mereka membantah pendapat-pendapat sekelompok orang dari kalangan Malikiyah dan Hanafiyah yang menyatakan bahwa Imam Syafi‘i bukanlah asli keturunan Quraysy secara nasab, tetapi hanya keturunan secara wala’ saja.

Adapun ibu beliau, terdapat perbedaan pendapat tentang jati dirinya. Beberapa pendapat mengatakan dia masih keturunan al-Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, sedangkan yang lain menyebutkan seorang wanita dari kabilah Azadiyah yang memiliki kun-yah Ummu Habibah. Imam an-Nawawi menegaskan bahwa ibu Imam Syafi‘i adalah seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia seorang yang faqih dalam urusan agama dan memiliki kemampuan melakukan istinbath.

Waktu dan Tempat Kelahirannya

Beliau dilahirkan pada tahun 150H. Pada tahun itu pula, Abu Hanifah wafat sehingga dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu Hanifah dalam bidang yang ditekuninya.

Tentang tempat kelahirannya, banyak riwayat yang menyebutkan beberapa tempat yang berbeda. Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua farsakh). Tempat lain yang disebut-sebut adalah kota Asqalan dan Yaman.

Ibnu Hajar memberikan penjelasan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat digabungkan dengan dikatakan bahwa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan. Ketika berumur dua tahun, beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman). Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah, karena sang ibu khawatir nasabnya yang mulia lenyap dan terlupakan.

Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu

Di Mekkah, Imam Syafi ‘i dan ibunya tinggal di dekat Syi‘bu al-Khaif. Di sana, sang ibu mengirimnya belajar kepada seorang guru. Sebenarnya ibunya tidak mampu untuk membiayainya, tetapi sang guru ternyata rela tidak dibayar setelah melihat kecerdasan dan kecepatannya dalam menghafal. Imam Syafi‘i bercerita, “Di al-Kuttab (sekolah tempat menghafal Alquran), saya melihat guru yang mengajar di situ membacakan murid-muridnya ayat Alquran, maka aku ikut menghafalnya. Sampai ketika saya menghafal semua yang dia diktekan, dia berkata kepadaku, “Tidak halal bagiku mengambil upah sedikitpun darimu.” Dan ternyata kemudian dengan segera guru itu mengangkatnya sebagai penggantinya (mengawasi murid-murid lain) jika dia tidak ada. Demikianlah, belum lagi menginjak usia baligh, beliau telah berubah menjadi seorang guru.

Setelah rampung menghafal Alquran di al-Kuttab, beliau kemudian beralih ke Masjidil Haram untuk menghadiri majelis-majelis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam kemiskinan, beliau tidak berputus asa dalam menimba ilmu. Beliau mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai menulis. Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang-tulang, pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadits-hadits Nabi. Dan itu terjadi pada saat beliau belum lagi berusia baligh. Sampai dikatakan bahwa beliau telah menghafal Alquran pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik pada usia 12 tahun sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik di Madinah.

Beliau juga tertarik mempelajari ilmu bahasa Arab dan syair-syairnya. Beliau memutuskan untuk tinggal di daerah pedalaman bersama suku Hudzail yang telah terkenal kefasihan dan kemurnian bahasanya, serta syair-syair mereka. Hasilnya, sekembalinya dari sana beliau telah berhasil menguasai kefasihan mereka dan menghafal seluruh syair mereka, serta mengetahui nasab orang-orang Arab, suatu hal yang kemudian banyak dipuji oleh ahli-ahli bahasa Arab yang pernah berjumpa dengannya dan yang hidup sesudahnya. Namun, takdir Allah telah menentukan jalan lain baginya. Setelah mendapatkan nasehat dari dua orang ulama, yaitu Muslim bin Khalid az-Zanji -mufti kota Mekkah-, dan al-Husain bin ‘Ali bin Yazid agar mendalami ilmu fiqih, maka beliau pun tersentuh untuk mendalaminya dan mulailah beliau melakukan pengembaraannya mencari ilmu.

Beliau mengawalinya dengan menimbanya dari ulama-ulama kotanya, Mekkah, seperti Muslim bin Khalid, Dawud bin Abdurrahman al-‘Athar, Muhammad bin Ali bin Syafi’ –yang masih terhitung paman jauhnya-, Sufyan bin ‘Uyainah –ahli hadits Mekkah-, Abdurrahman bin Abu Bakar al-Maliki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin ‘Iyadh, dan lain-lain. Di Mekkah ini, beliau mempelajari ilmu fiqih, hadits, lughoh, dan Muwaththa’ Imam Malik. Di samping itu beliau juga mempelajari keterampilan memanah dan menunggang kuda sampai menjadi mahir sebagai realisasi pemahamannya terhadap ayat 60 surat Al-Anfal. Bahkan dikatakan bahwa dari 10 panah yang dilepasnya, 9 di antaranya pasti mengena sasaran.

Setelah mendapat izin dari para syaikh-nya untuk berfatwa, timbul keinginannya untuk mengembara ke Madinah, Dar as-Sunnah, untuk mengambil ilmu dari para ulamanya. Terlebih lagi di sana ada Imam Malik bin Anas, penyusun al-Muwaththa’ . Maka berangkatlah beliau ke sana menemui sang Imam. Di hadapan Imam Malik, beliau membaca al-Muwaththa’ yang telah dihafalnya di Mekkah, dan hafalannya itu membuat Imam Malik kagum kepadanya. Beliau menjalani mulazamah kepada Imam Malik demi mengambil ilmu darinya sampai sang Imam wafat pada tahun 179. Di samping Imam Malik, beliau juga mengambil ilmu dari ulama Madinah lainnya seperti Ibrahim bin Abu Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Isma‘il bin Ja‘far, Ibrahim bin Sa‘d dan masih banyak lagi.

Setelah kembali ke Mekkah, beliau kemudian melanjutkan mencari ilmu ke Yaman. Di sana beliau mengambil ilmu dari Mutharrif bin Mazin dan Hisyam bin Yusuf al-Qadhi, serta yang lain. Namun, berawal dari Yaman inilah beliau mendapat cobaan –satu hal yang selalu dihadapi oleh para ulama, sebelum maupun sesudah beliau-. Di Yaman, nama beliau menjadi tenar karena sejumlah kegiatan dan kegigihannya menegakkan keadilan, dan ketenarannya itu sampai juga ke telinga penduduk Mekkah. Lalu, orang-orang yang tidak senang kepadanya akibat kegiatannya tadi mengadukannya kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, Mereka menuduhnya hendak mengobarkan pemberontakan bersama orang-orang dari kalangan Alawiyah.

Sebagaimana dalam sejarah, Imam Syafi‘i hidup pada masa-masa awal pemerintahan Bani ‘Abbasiyah yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Pada masa itu, setiap khalifah dari Bani ‘Abbasiyah hampir selalu menghadapi pemberontakan orang-orang dari kalangan ‘Alawiyah. Kenyataan ini membuat mereka bersikap sangat kejam dalam memadamkan pemberontakan orang-orang ‘Alawiyah yang sebenarnya masih saudara mereka sebagai sesama Bani Hasyim. Dan hal itu menggoreskan rasa sedih yang mendalam pada kaum muslimin secara umum dan pada diri Imam Syafi‘i secara khusus. Dia melihat orang-orang dari Ahlu Bait Nabi menghadapi musibah yang mengenaskan dari penguasa. Maka berbeda dengan sikap ahli fiqih selainnya, beliau pun menampakkan secara terang-terangan rasa cintanya kepada mereka tanpa rasa takut sedikitpun, suatu sikap yang saat itu akan membuat pemiliknya merasakan kehidupan yang sangat sulit.

Sikapnya itu membuatnya dituduh sebagai orang yang bersikap tasyayyu‘, padahal sikapnya sama sekali berbeda dengan tasysyu’ model orang-orang syi‘ah. Bahkan Imam Syafi‘i menolak keras sikap tasysyu’ model mereka itu yang meyakini ketidakabsahan keimaman Abu Bakar, Umar, serta ‘Utsman , dan hanya meyakini keimaman Ali, serta meyakini kemaksuman para imam mereka. Sedangkan kecintaan beliau kepada Ahlu Bait adalah kecintaan yang didasari oleh perintah-perintah yang terdapat dalam Alquran maupun hadits-hadits shahih. Dan kecintaan beliau itu ternyata tidaklah lantas membuatnya dianggap oleh orang-orang syiah sebagai ahli fiqih madzhab mereka.

Tuduhan dusta yang diarahkan kepadanya bahwa dia hendak mengobarkan pemberontakan, membuatnya ditangkap, lalu digelandang ke Baghdad dalam keadaan dibelenggu dengan rantai bersama sejumlah orang-orang ‘Alawiyah. Beliau bersama orang-orang ‘Alawiyah itu dihadapkan ke hadapan Khalifah Harun ar-Rasyid. Khalifah menyuruh bawahannya menyiapkan pedang dan hamparan kulit. Setelah memeriksa mereka seorang demi seorang, ia menyuruh pegawainya memenggal kepala mereka. Ketika sampai pada gilirannya, Imam Syafi‘i berusaha memberikan penjelasan kepada Khalifah. Dengan kecerdasan dan ketenangannya serta pembelaan dari Muhammad bin al-Hasan -ahli fiqih Irak-, beliau berhasil meyakinkan Khalifah tentang ketidakbenaran apa yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya beliau meninggalkan majelis Harun ar-Rasyid dalam keadaan bersih dari tuduhan bersekongkol dengan ‘Alawiyah dan mendapatkan kesempatan untuk tinggal di Baghdad.

Di Baghdad, beliau kembali pada kegiatan asalnya, mencari ilmu. Beliau meneliti dan mendalami madzhab Ahlu Ra’yu. Untuk itu beliau berguru dengan mulazamah kepada Muhammad bin al-Hassan. Selain itu, kepada Isma‘il bin ‘Ulayyah dan Abdul Wahhab ats-Tsaqafiy dan lain-lain. Setelah meraih ilmu dari para ulama Irak itu, beliau kembali ke Mekkah pada saat namanya mulai dikenal. Maka mulailah ia mengajar di tempat dahulu ia belajar. Ketika musim haji tiba, ribuan jamaah haji berdatangan ke Mekkah. Mereka yang telah mendengar nama beliau dan ilmunya yang mengagumkan, bersemangat mengikuti pengajarannya sampai akhirnya nama beliau makin dikenal luas. Salah satu di antara mereka adalah Imam Ahmad bin Hanbal. 

Ketika kamasyhurannya sampai ke kota Baghdad, Imam Abdurrahman bin Mahdi mengirim surat kepada Imam Syafi‘i memintanya untuk menulis sebuah kitab yang berisi khabar-khabar yang maqbul, penjelasan tentang nasikh dan mansukh dari ayat-ayat Alquran dan lain-lain. Maka beliau pun menulis kitabnya yang terkenal, Ar-Risalah.

Setelah lebih dari 9 tahun mengajar di Mekkah, beliau kembali melakukan perjalanan ke Irak untuk kedua kalinya dalam rangka menolong madzhab Ash-habul Hadits di sana. Beliau mendapat sambutan meriah di Baghdad karena para ulama besar di sana telah menyebut-nyebut namanya. Dengan kedatangannya, kelompok Ash-habul Hadits merasa mendapat angin segar karena sebelumnya mereka merasa didominasi oleh Ahlu Ra’yi. Sampai-sampai dikatakan bahwa ketika beliau datang ke Baghdad, di Masjid Jami ‘ al-Gharbi terdapat sekitar 20 halaqah Ahlu Ra ‘yu. Tetapi ketika hari Jumat tiba, yang tersisa hanya 2 atau 3 halaqah saja. 

Beliau menetap di Irak selama dua tahun, kemudian pada tahun 197 beliau balik ke Mekkah. Di sana beliau mulai menyebar madzhabnya sendiri. Maka datanglah para penuntut ilmu kepadanya meneguk dari lautan ilmunya. Tetapi beliau hanya berada setahun di Mekkah.

Tahun 198, beliau berangkat lagi ke Irak. Namun, beliau hanya beberapa bulan saja di sana karena telah terjadi perubahan politik. Khalifah al-Makmun telah dikuasai oleh para ulama ahli kalam, dan terjebak dalam pembahasan-pembahas an tentang ilmu kalam. Sementara Imam Syafi‘i adalah orang yang paham betul tentang ilmu kalam. Beliau tahu bagaimana pertentangan ilmu ini dengan manhaj as-salaf ash-shaleh –yang selama ini dipegangnya- di dalam memahami masalah-masalah syariat. Hal itu karena orang-orang ahli kalam menjadikan akal sebagai patokan utama dalam menghadapi setiap masalah, menjadikannya rujukan dalam memahami syariat padahal mereka tahu bahwa akal juga memiliki keterbatasan- keterbatasan. Beliau tahu betul kebencian meraka kepada ulama ahlu hadits. Karena itulah beliau menolak madzhab mereka.

Dan begitulah kenyataannya. Provokasi mereka membuat Khalifah mendatangkan banyak musibah kepada para ulama ahlu hadits. Salah satunya adalah yang dikenal sebagai Yaumul Mihnah, ketika dia mengumpulkan para ulama untuk menguji dan memaksa mereka menerima paham Alquran itu makhluk. Akibatnya, banyak ulama yang masuk penjara, bila tidak dibunuh. Salah satu di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Karena perubahan itulah, Imam Syafi‘i kemudian memutuskan pergi ke Mesir. Sebenarnya hati kecilnya menolak pergi ke sana, tetapi akhirnya ia menyerahkan dirinya kepada kehendak Allah. Di Mesir, beliau mendapat sambutan masyarakatnya. Di sana beliau berdakwah, menebar ilmunya, dan menulis sejumlah kitab, termasuk merevisi kitabnya ar-Risalah, sampai akhirnya beliau menemui akhir kehidupannya di sana.

Keteguhannya Membela Sunnah

Sebagai seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam menetapkan suatu masalah terutama masalah aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai landasan dan sumber hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil dari keduanya dan menjadikannya hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama dari kalangan ahli kalam. Beliau berkata, “Jika kalian telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian berpaling mengambil pendapat yang lain.” Karena komitmennya mengikuti sunnah dan membelanya itu, beliau mendapat gelar Nashir as-Sunnah wa al-Hadits. 

Terdapat banyak atsar tentang ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu Kalam, mengingat perbedaan manhaj beliau dengan mereka. Beliau berkata, “Setiap orang yang berbicara (mutakallim) dengan bersumber dari Alquran dan sunnah, maka ucapannya adalah benar, tetapi jika dari selain keduanya, maka ucapannya hanyalah igauan belaka.” Imam Ahmad berkata, “Bagi Syafi‘i jika telah yakin dengan keshahihan sebuah hadits, maka dia akan menyampaikannya. Dan prilaku yang terbaik adalah dia tidak tertarik sama sekali dengan ilmu kalam, dan lebih tertarik kepada fiqih.” Imam Syafi ‘i berkata, “Tidak ada yang lebih aku benci daripada ilmu kalam dan ahlinya” Al-Mazani berkata, “Merupakan madzhab Imam Syafi‘i membenci kesibukan dalam ilmu kalam. Beliau melarang kami sibuk dalam ilmu kalam.” 

Ketidaksukaan beliau sampai pada tingkat memberi fatwa bahwa hukum bagi ahli ilmu kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan ke atas punggung unta dan digiring berkeliling di antara kabilah-kabilah dengan mengumumkan bahwa itu adalah hukuman bagi orang yang meninggalkan Alquran dan Sunnah dan memilih ilmu kalam.

Wafatnya

Karena kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau menderita penyakit bawasir yang selalu mengeluarkan darah. Makin lama penyakitnya itu bertambah parah hingga akhirnya beliau wafat karenanya. Beliau wafat pada malam Jumat setelah shalat Isya’ hari terakhir bulan Rajab permulaan tahun 204 dalam usia 54 tahun. Semoga Allah memberikan kepadanya rahmat-Nya yang luas.

Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia bermimpi melihat Imam Syafi‘i, sesudah wafatnya. Dia berkata kepada beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu, wahai Abu Abdillah ?” Beliau menjawab, “Allah mendudukkan aku di atas sebuah kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus”

Karangan-Karanganny a

Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak kitab. Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut al-Marwaziy mencapai 113 kitab tentang tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-Hamawi mengatakan jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam al-Fahrasat.

Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya adalah al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al-Jadidah (yang telah direvisinya) mengenai Alquran dan As-Sunnah serta kedudukannya dalam syariat.
 
Sumber :
1. Al-Umm, bagian muqoddimah hal 3-33.
2. Siyar A‘lam an-Nubala’
3. Manhaj Aqidah Imam asy-Syafi‘, terjemah kitab Manhaj al-Imam Asy-Syafi ‘i fi Itsbat al-‘Aqidah karya DR. Muhammad AW al-Aql terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi‘i, Cirebon.

Sumber: http://muslim. or.id/?p= 9

Read More

Post Top Ad